Genre : Romance, Fantasy
Cast :
EXO Tao as Tao
Kim Jang Li as Li
Length : x shoot
Disclaimer : ©Haraya929
Note : Ini FF gapenting banget sumpah, ceritanya mainstream, ga jelas pula. Harap gausah dibaca -siapa juga yang mau baca?- karena Author nya udah mager buat ngayal ini cerita lebih lanjut, kwkwkw xD
Note : Ini FF gapenting banget sumpah, ceritanya mainstream, ga jelas pula. Harap gausah dibaca -siapa juga yang mau baca?- karena Author nya udah mager buat ngayal ini cerita lebih lanjut, kwkwkw xD
========================================================================
Tempat ini tampak tak asing baginya,
meskipun yang satu ini lebih berkilau dipandang. Bangunan besar berjajar rapi
melintasi kota, ditambah dengan lampu-lampu yang menyala terang -sempat membuat
matanya pusing. Sejumlah orang berlalu lalang, sangat banyak malah. Kota ini
terlihat begitu sesak akan manusia, tapi mungkin seru juga untuk di jelajahi.
Tao menelusuri jalan yang hampir tertutup
oleh benda putih misterius yang Kris bilang itu salju. Salju yang cantik
berserakan begitu saja di jalan, sangat disayangkan baginya. Tanpa sengaja
seorang lelaki bertubuh cukup besar menabrak tubuhnya. Ia baru saja keluar dari
sebuah bangunan dengan sedikit berlari. Mungkin ia sedang buru-buru.
"Maaf," ucapnya santai. Lalu ia
kembali meneruskan perjalanannya. Entahlah, Tao tidak begitu memikirkannya.
Seorang wanita kemudian masuk ke dalam
bangunan tadi. Siapapun bebas keluar-masuk ke sana. Penasaran, Tao ikut masuk
ke sana.
Hanya setumpukan barang di sana,
macam-macam. Entah itu apa, tapi beberapa orang mengambil salah satu dari
mereka lalu memasukannya ke dalam keranjang. Tao lalu masuk lebih dalam.
Semuanya melakukan hal yang sama.
Seorang lelaki mengambil sebuah tabung,
terbuat dari bahan logam. Ia membukanya, membuat sebuah lubang, lalu meminum
cairan di dalamnya. Pria itu menikmatinya. Lalu ia pergi.
“Yiks!” Tao menyipitkan matanya. Lidahnya terasa geli,
seakan seluruh rahangnya dipenuhi oleh para lebah madu yang sedang
mondar-mandir. Minuman macam apa ini? Rasanya aneh sekali!
Tao lalu meletakkan kembali tabung logam tadi ke tempat
asalnya. Kemudian ia berjalan pergi keluar, rasanya tempat ini tak cocok
untuknya.
“Tunggu sebentar!” seru seseorang. Sepertinya seseorang
telah memanggilnya. Tao menolehkan wajahnya. Seorang pria muda menghampirinya,
mencegahnya takut-takut dia akan kabur. Tampaknya ia sudah mengawasi Tao sedari
tadi.
“Bayar dulu jika kau ingin pergi,” pria itu menghadang Tao
dengan tatapan ketus.
“Bayar?” Tanya Tao.
“Tentu saja!” seru pria itu. Wajahnya sekarang mulai
khawatir, mencurigai Tao adalah seorang pencuri berwajah tampan yang mungkin
bisa menipu siapa saja yang memandangnya.
Tao bingung. Apa yang harus dibayarnya. Apakah dengan
meminum cairan yang rasanya menggelikan itu dia harus mengganti rugi? Dunia
yang aneh.
“Bayar… dengan apa?” Tanya Tao lagi.
“Tentu saja dengan uang! Oh! Jangan kau bilang kau tidak
bawa uang sekarang!” pria itu hampir marah.
Tao ingin tertawa. Bawa uang? Punya saja tidak!
Baru saja, Tao akan mengacungkan kedua jarinya, tiba-tiba
suara seseorang menghentikan aksinya.
“Maaf, permisi?” seorang gadis menyela pembicaraan kedua
orang tersebut. Matanya sembab seperti habis menangis. Bibirnya membiru,
mungkin ia terlalu kedinginan di musim salju kali ini.
“Apa kau petugas di sini?” tanya Li, gadis itu.
Pria itu mengangguk, “ya.”
“Ah, aku ingin membayar barangku sekarang. Aku sedang
buru-buru,” Li, lalu menunjukkan keranjang belanjanya kepada sang petugas.
“Ya, tapi sebelum itu aku harus membuat si kleptomania ini
membayar dulu barang curiannya!” kata pria itu sambil menunjuk ke arah Tao.
Kleptomania? Apa lagi itu?
“Memangnya apa yang dicurinya?” Tanya Li.
“Dia meminum sekaleng soda lalu meletakan begitu saja.”
“Sekaleng soda? Hanya itu?”
Petugas itu menggaruk tengkuknya, “iya, benar. Tapi
sekaleng soda pun dapat memberi kerugian bagi kami! Ini bukan mauku, tapi jika
perusahaan..”
“Sudahlah, aku yang bayar,” ucap gadis itu enteng.
“Benarkah?” Tanya petugas itu.
“Ya, berapa harganya?”
“Tiga dollar.”
“Baiklah.”
Kemudian Li membayar barang yang dibelinya pada petugas
kasir. Setelah itu, Li segera meninggalkan tempat itu. Cepat-cepat ingin
pulang, karena tidak ada tempat sehangat rumahnya.
Li berjalan kaki menuju rumahnya. Lama kelamaan kakinya
terasa kaku, sulit untuk digerakkan. Mungkin sekarang sudah membeku seperti es.
Langkah kaki Li jadi semakin lambat karenanya.
Jalanan cukup sepi, tapi Li terus-menerus mendengar derap
kaki mengikuti langkahnya. Perasaannya menjadi buruk. Sekuat mungkin ia
mempercepat jalannya, berharap orang di belakangnya hanya kebetulan searah
dengannya. Tapi semakin cepat ia berjalan, semakin cepat juga derap kaki itu
mengikutinya.
Li menoleh ke belakang. Makhluk dengan pakaian hitamnya
tinggi besar, menciptakan bayangan yang hampir menutupi cahaya lampu yang
menerpanya. Jantung Li berdebar cepat, menerima aura buruk dari sana.
Tak mau mencari masalah dengannya, Li berjalan saja. Lebih
baik ia diam daripada bertindak, nantinya hal buruk akan terjadi padanya. Yang
harus ia lakukan hanya berjalan terus, berlari dengan cepat, selama orang itu
tidak mengejutkannya dengan tiba-tiba merampas dompetnya.
Li menyisip jalan sampai makhluk tadi tidak menemukannya.
Lalu ia segera berlari sekuat mungkin menuju rumahnya.
Li sampai di rumahnya. Ia membuka pintu rumahnya. Li
terkejut. Matanya membelalak menatap ada seseorang yang tengah berdiri di
hadapannya. Seseorang yang tidak asing. Orang yang ditemuinya tadi, di mini
market.
“Kau.. kau..” ucap Li terbata-bata. Tao yang kini berdiri
di hadapannya hanya diam. Hanni, anjing kecil milik Li pun terus menggonggong,
memberi firasat bahwa orang ini bisa membawa petaka.
“Kenapa kau bisa..”
Li ketakutan, tak tau harus bertindak apa. Ia menghampiri
sudut ruangan, mengambil sebuah sapu. Tangannya bersiap memukul pria itu.
Tao tetap bersikap tenang, tak takut atau merasa bersalah
sama sekali. Ia lalu memegang tangan kanan Li. Baru saja Li akan memukulnya,
Tao kemudian mengacungkam kedua jarinya.
Berhenti. Semuanya berhenti. Hanni berhenti menggonggong.
Detik jam di dinding juga berhenti. Atmosfir yang dirasakannya sungguh berbeda.
Apa yang terjadi sesungguhnya? Apa yang pria ini lakukan?
Tubuh Li gemetar. Rasanya bahkan ia tak mampu untuk
mengarahkan sapu yang sedari tadi di genggamnya.
“Siapa kau sebenarnya?” tanya Li lirih.
Tao mendekatkan tubuhnya, kemudian memeluk gadis itu.
“Aku Tao dari EXO Planet..”
To be continued..