Laman

Jumat, 17 April 2015

FF: Sunshine Calling For You (gua ga yakin sih ini judulnya)

Title : Sunshine Calling For You
Genre : Romance, Fluff, Absurd (?)
Rate : PG-15
Cast :
Ciera Lee (OC) as Ciera Lee
EXO Baekhyun as Byun Baek Hyun
EXO Kai as Kim Jong In
Disclaimer : © haraya929
Note :
Sangat disarankan untuk tidak dibaca. Wasting time you know, wkwk

***
            Baekhyun berlarian di koridor, membuat orang-orang yang berada di sekitarnya menoleh sebentar, seakan terpana dengan makhluk berkecepatan turbo itu. Kedua kakinya yang kecil dan lincah mampu menghindar dari kejaran kaki jenjang milik Chanyeol. Baekhyun dan Chanyeol, meski sudah berada di sekolah tinggi menengah, sikap mereka yang kekanakan –atau tidak tau malu, tepatnya- tetap seperti itu. Yah, kau bisa lihat sendiri, bagaimana mereka berlari hampir mengelilingi seluruh sekolah, seperti Tom yang bodoh mengejar Jerry yang cerdik –kau tau yang mana Tom dan yang mana Jerry, kan?
Baekhyun masuk ke dalam perpustakaan. Paling tidak ia bisa bersembunyi dari Chanyeol di sini. Ia masuk lebih dalam lagi. Sudah lama sekali ia tidak pergi ke perpustakaan. Atau bahkan belum pernah. Entahlah, ia tak ingat. Atmosfir yang dirasakannya berbeda, sunyi dan sepi. Hanya ada suara gesekan kertas halaman yang dibalik, atau suara buku yang baru saja diambil dari rak. Baekhyun tak habis pikir, hal-hal sekecil itu dapat didengarnya. Dan siswa-siswa yang serius meratap buku, tanpa suara. Seperti manusia yang habis cuci otak sehingga tak tau bagaimana berbahasa. Tempat ini tidak biasa. Angker. Menyeramkan. Hiyy, Baekhyun bergidik.
Lelaki itu menelusuri rak buku, terpesona memandangi buku-buku yang berjajar rapi. Siapa yang berhasil menyusun buku-buku yang tertata seperti ini? Apa ia sudah tidak punya pekerjaan lain sehingga rela membuat buku-buku ini berbaris indah bak tentara?
Langkahnya terhenti ketika ia sampai pada sudut rak. Hampir saja ia menabrak wujud suatu makhluk di hadapannya.
Sesuatu dengan bola mata seindah itu. Intens, tepat menatap kedua mata baekhyun. Bola mata coklat yang terpantul hangat sinar matahari yang masuk dari celah jendela. Membuatnya terlihat seperti karamel yang baru masak. Terlihat menggoda untuk dicicipi, ia yakin betapa manisnya jika caramel itu bisa menyentuh ujung lidahnya. Oh Tuhan, Siapa yang memiliki bola mata seindah itu?
“Maaf, kau menghalangi jalanku.”
Makhuk itu hanyalah seorang gadis. Suaranya menyadarkan Baekhyun dari lezatnya karamel itu. Bangun Baekhyun, bangun! Apa yang baru saja kau pikirkan, uh? Kau mengigau?
“Oh, ya. Maafkan aku,” Baekhyun membungkukan badannya. Dengan cepat ia memberi jalan pada gadis itu. Gadis itu kemudian berjalan melewati Baekhyun dengan sebuah buku di tangannya, tanpa ekspresi, tanpa reaksi.
Baekhyun memandangi punggung gadis itu. Bergumam dalam hatinya, sejak kapan di sekolahnya memiliki siswi seperti dia? Apakah dia keturunan Venus atau apa? Demi Tuhan, Baekhyun ingin lebih mengenal siapa sebenarnya gadis bermata lezat itu.
Tiba-tiba jari-jari besar menghinggapi pinggangnya, lalu menjalar ke perutnya. Sesosok tubuh tinggi besar menciptakan bayangan mengerikan di hadapannya. Kemudian ia berbisik, “Baekhyun, kena kau.”
Astaga! Chanyeol!
“Chanyeor-a, andwae!” belum sempat Baekhyun mengelak, Chanyeol sudah lebih dulu menangkap Baekhyun dan menggelitik perutnya.
Baekhyun tertawa sambil menggeliat geli. Tawanya disertai jeritan yang membuat ruangan menjadi riuh seketika. Chanyeol ikut tertawa merasakan kemenangannya. Sampai akhirnya Chanyeol berhenti menggelitiki Baekhyun. Baekhyun masih tertawa lalu mengikuti arah pandang Chanyeol yang sudah seperti orang kehabisan akal.
Seorang lelaki paruh baya berkacamata tebal berdiri di hadapan mereka berdua. Tatapannya terlihat santai namun seakan menusuk. Penjaga perpustakaan, tak salah lagi. Chanyeol dan Baekhyun memandang sekeliling. Semua penghuni perpustakaan menatap mereka berdua dengan tatapan akan-ku-potong-mulutmu-jika-kau-ribut-lagi.
“Keluar, atau ku laporkan kalian,” ucap sang penjaga perpustakaan. Merka berdua hanya membungkuk dalam diam lalu segera berjalan pergi ke luar. Para penghuni perpustakaan masih mengawasi mereka sampai keluar ruang, kemudian kembali membaca. Kutu buku itu memang terlihat baik ketika membaca, namun ternyata mereka lebih menyeramkan dari yang kau pikirkan.
Tempat ini memang terkutuk.
*****
“Kau suka padanya.”
“Tidak.”
“Aku tidak bertanya.”
“Lantas apa?” Baekhyun menoleh pada Chanyeol yang baru saja meneguk sodanya.
“Kau tau siapa dia?” tanya Chanyeol. Baekhyun memandangi gadis itu kemudian menggeleng, “tidak.”
“Kau ingin tau?”
Kali ini Baekhyun menoleh pada Chanyeol antusias, “memangnya kau tau?”
Chanyeol menggerakan tangannya, tampak seperti menyuruh Baekhyun mendekat. Ia pun mendekat, dan Chanyeol berbisik di telinga Baekhyun. “Tanya sendiri.”
Sialan kau, Chanyeol. “Ku bunuh kau.”
“Jangan, nanti kau tidak punya teman,” balas Chanyeol. Baekhyun menghela nafas, baru kali ini ia dibodohi Chanyeol. Padahal Chanyeol sudah sangat bodoh.
“Hey, aku tidak bercanda. Kalau kau ingin tau siapa dia, ya kau tanyakan saja padanya. Kau laki-laki, kan?”
Baekhyun terdiam, mencerna kata-kata Chanyeol. Lelaki itu memang besar omongan, dia belum tau bagaimana rasanya berada di posisi Baekhyun  sekarang. Berani taruhan, Chanyeol tak akan berani melakukan apa yang baru saja dia katakan.
Tapi bagaimanapun Chanyeol tidak salah. Kata-katanya benar.
Baekhyun memandanginya terus. Gadis itu masih pada tempatnya –kursi taman, di bawah pohon. Ia membaca buku dengan santai, terlihat lebih enak dilihat dibanding dengan para penghuni perpustakaan tadi. Dia terlihat seperti tokoh di dalam komik, siluetnya seperti sudah diatur sekeren mungkin oleh sang komikus.
Bangkit, Baekhyun. Berdirilah, hampiri dia. Apa yang kau takutkan? Kau tidak phobia dengan gadis cantik kan? Tunggu, tadi aku bilang apa?
Baekhyun berdiri. Ya, ia sudah berdiri. Lalu apa?
Ia melangkahkan kaki kanannya. Kemudian kaki kirinya. Kemudian kaki kanannya lagi. Pelan-pelan, sangat pelan. Baekhyun seakan ingin memukul pantatnya sendiri, seperti memukul pantat kuda. Setidaknya agar ia bisa berjalan dengan cepat seperti kuda, bukan seperti siput begini. Baiklah, lupakan tentang 'kaki turbo' Baekhyun. Sekarang julukan itu tampak tak berguna.
Tiba-tiba Chanyeol mendorong punggung Baekhyun. Baekhyun tersentak dan tanpa sadar ia terdorong sampai ke hadapan gadis itu. Oh, Baekhyun sudah sampai!
Gadis itu mengalihkan pandangannya dari buku yang di bacanya. Menatap bingung wajah Baekhyun yang sekarang membatu. Bertanya dalam hati, siapa laki-laki absurd ini.
“Erh.. Hai?” ucap Baekhyun spontan. Aduh, Baekhyun, nadamu kaku sekali!
“Hai?” balas gadis itu.
Dia membalasnya. Bagus. Bicara lagi, Baek! Ayo, kau pasti bisa!
“Kau sedang apa?” tanya Baekhyun. Bukan itu yang ingin ditanyakan. Kau ingin bertanya.. apa.. kau ingin bertanya apa tadi, Baek? Tanya apa.. Tanya apa..
“Kau tau aku sedang apa,” kata gadis itu. Singkat. Padat. Jelas. Memukul. Mengetuk hati Baekhyun hingga hampir saja hancur. Prang.
“Oh, ya.. aku tau..” Baekhyun menunduk. Merasa dirinya sudah gagal meski di awal. Baek, sebaiknya kau mundur saja..
“Aku Ciera Lee,” ucap gadis itu kemudian.
Nah! Itu dia! Namanya Ciera Lee, Baek! Ciera! Namanya Ciera! Itu yang tadi ingin kau tanyakan kan? Ya ampun, kenapa bisa sampai lupa..
“Ah, ehm.. Aku Baekhyun..” kata Baekhyun. Gadis itu menjulurkan tangannya pada Baekhyun. Baekhyun diam, hampir saja ia tak berkutik sama sekali. Kemudian Baekhyun menyambut tangan hangat itu –atau tangan Baekhyun yang dingin? Entahlah. Menjabat tangan gadis itu, kemudian ia tersenyum.
Jantung Baekhyun seakan berdetak indah. Sesuai irama, seperti sebuah lagu yang memiliki birama 4/4. Tidak terlalu cepat, tidak juga lambat, namun berdetak pasti. Seperti itulah saat ia bisa melihat senyum seindah itu. Dan menjabat tangan Ciera.
Sekali lagi, ia dapat menatap mata caramel yang manis itu. Dan wajah seakan boneka asal Inggris yang terkenal itu. Ciera Lee.

***

"Neo taeme, neo taeme michyeo na wo oh oh.."
Musik video Expectation milik Girl's Day terputar di layar ponsel milik Junho. Teman-temannya mengerubung di sekelilingnya, sehingga dapat menonton bersama sama. Jam istirahat yang masih kosong dihabiskan mereka dengan acara 'menonton bersama'.
"JUNG-SEONSAENGNIM DATANG!"
Junho dan kawan-kawan tersentak,  mereka buru-buru duduk ke kursi masing-masing. Sementara Junho panik dan mematikan ponselnya segera, sebelum guru 'kesayangan'nya mengetahui perbuatan mereka.
Seketika kelas hening. Semua sudah duduk rapi. Hening untuk beberapa saat kemudian. Dan Jung-seonsaengnim tidak juga datang. Kemudian hanya suara tawa Jongin yang terdengar, memecah keheningan kelas.
"Sialan kau Jongin!" Seru Doojoon. Kelas yang semula tegang, kini menjadi cair kembali dan menyoraki Jongin. Seisi kelas menghela nafas, lemas mengetahui mereka semua dikelabui Jongin.
"Kena, kan?" Ucap Jongin santai selagi masih tertawa.
"Dasar Hitam!" Seru Dongwoo. Membuat semua kelas ikut menyoraki Jongin. Jongin hanya tertawa puas.
Seseorang berdiri di ambang pintu. Antara ragu untuk masuk atau tidak ke dalam kelas. Jongin menemukan sosoknya disana. Kemudian mereka saling berpandangan. Mengisyaratkan Jongin untuk menemuinya secara langsung.
Jongin berdiri dan menghampiri anak lelaki yang lebih mungil darinya, "ingin menemuiku?"
Anak lelaki itu, Baekhyun, ia mengangguk.
"Ada perlu apa?" Tanya Jongin. Baekhyun, tumben sekali menghampiri Jongin di saat begini. Yah, Jongin tidak terlalu mengenal Baekhyun. Seingatnya, tim Jongin pernah dikalahkan tim Baekhyun saat turnamen sepak bola sekolah. Meski itu pun sama sekali tidak mengurangi pesonanya. Haha.
"Bisa kita bicara berdua?" kata Baekhyun. Jongin mengernyitkan dahinya. Eh? Bocah ini tidak akan menyatakan cinta padanya kan?
"Berdua? Kau ingin menyatakan cinta padaku?" Tanya Jongin to the point. Daripada ia harus menerima resiko atas Baekhyun mengajaknya ke tempat yang sepi berdua dan tiba-tiba menciumnya begitu saja. Mimpi buruk.
"Tentu saja tidak!" Bantah Baekhyun. "Aku tidak seperti itu!"
Syukurlah. Jongin menghela nafas.
"Lalu apa?"
"Ada sesuatu yang penting," ucap Baekhyun.
Baekhyun belum pernah mendadak seperti ini. Meminta berdua untuk membicarakan sesuatu yang penting. Berarti sesuatu yang ‘benar-benar penting'.
*****
"Jadi, apa?" Tanya Jongin. Baekhyun celingukan, sibuk memperhatikan sekeliling. Setelah memastikan keadaan, Baekhyun menoleh pada Jongin.
"Aku jatuh cinta."
"MWO?!!" Jongin berseru. Apa-apaan ini? Jangan bilang dugaannya benar. Jangan bilang Baekhyun benar-benar ingin menyatakan cinta padanya. Ia tak bisa membayangkan bagaimana kehidupan selanjutnya. Bisa saja Jongin menolak Baekhyun, kemudian Baekhyun menjadi sasaeng fans-nya. Mengikuti Jongin kemanapun ia pergi. Atau Jongin menerima Baekhyun, lalu menjadi sepasang kekasih.. Hiyy.
"Psssttt.. Bukan dengan kau!!" Kata Baekhyun setengah berbisik.
"Lalu?" Jongin hampir geram dengan ketidakpastian Baekhyun. /tsahh/
"Dengan dia," Baekhyun menunjuk seseorang di tengah keramaian. Yang meskipun tubuhnya terhalang oleh beberapa siswa yang berlalu-lalang, dirinya tetap menjadi fokus Baekhyun.
Jongin diam sesaat. Merasakan semilir angin meniup rambutnya, menggelitik permukaan wajahnya. Ada sihir yang datang menghipnotisnya.
"Jongin," panggil Baekhyun.
"Ya."
"Aku butuh bantuanmu."
"Tapi aku jarang membantu."
"Aku jatuh cinta pada gadis ini," Baekhyun melanjutkan kalimatnya, mengabaikan jawaban Jongin barusan.
"Lalu apa urusanku?" Tanya Jongin sambil mengernyitkan dahinya.
"Aku belum pernah menyukai seseorang seperti ini."
"Norak sekali."
"Aku serius. Aku tidak dapat berpikir jernih ketika berada di dekatnya."
"Mungkin kau terlalu sering bergaul dengan Chanyeol," ucap Jongin sekenanya.
"Tidak.. bukan Chanyeol," Baekhyun merengut, Jongin tidak serius. Atau Baekhyun terlihat tidak sungguh-sungguh?
"Aku butuh bantuanmu," pinta Baekhyun.
Jongin mengernyit, "kenapa aku?"
"Kau Rajanya wanita, kau tau itu."
Mendengar kata-kata itu, Jongin tak bisa menahan tawanya. Entah apa yang ada di pikiran Baekhyun, tapi Raja-Wanita terdengar seperti julukan yang sudah lama Jongin raih, layaknya Jongin sudah setingkat dengan Einstein, semacam raja-matematika atau apalah namanya yang terkesan fantastis. Tapi ini raja-wanita. Bayangkan saja.
Ia memang mengakui dirinya mempesona, dan Baekhyun membuatnya merasa bangga.
"Lalu?"
"Kau tau bagaimana mendekati wanita. Buat aku mendekatinya."
"Dia?" Tunjuk jongin, "aku belum pernah melihatnya. Siswi pindahan?"
"Ya. Ciera, namanya Ciera."

===============================================================

Dah. Selesai. Anggap aja udah tamat wkwk.