Title
: Do You Love Me?
Genre
: Romance, Married Life
Length
: x shoot
Rate
: PG-17
Cast
:
Kim
Jang Li as Kim Jang Li
EXO
Tao as Huang Zi Tao
EXO
Chanyeol as Park Chan Yeol
Note
: This Fan Fiction originally mine. RCL
for my pleasure, please~ Thank you and Happy reading :)
===================================================================
“Aku sayang kamu. Jadi
bagaimana bisa aku melihatmu terluka?”
Sebuah
mobil sedan berwarna hitam parkir sembarangan di pinggir jalan. Pemiliknya,
seorang pria muda, bersandar diri di pintu mobilnya. Tak sabar menunggu
seseorang yang penting baginya.
"HA!!"
Seru seorang wanita. Wanita itu baru saja mencoba mengejutkan Chanyeol dengan
menepuk bahunya dan berteriak seperti tadi. Chanyeol sudah mengetahui sifat
Jangli yang masih suka main-main, meski sudah menikah sekalipun. Chanyeol hanya
terkekeh menghadapi wanita itu. Jangli cemberut.
"Kau
tidak terkejut," ucapnya kecewa.
Chanyeol
tertawa, "aku sudah tau."
"Harusnya
kau pura-pura terkejut saja," protes Jangli. Chanyeol menepuk kepala
Jangli pelan.
"Apa
kau benar-benar sudah kepala dua?" Tanya Chanyeol.
Jangli
tersenyum, "apa aku terlihat lebih muda?"
"Hmm,
tidak juga," canda Chanyeol.
"Yaa!" seru Jangli. Kemudian mereka
tertawa. "Jadi, kita mau kemana?"
"Kemana
saja yang kita mau."
*****
Hening.
Paling tidak, ada suara tv menyala, atau suara sumbang Jangli yang sedang
bernyanyi sambil mengenakan earphone.
Tao mencoba memastikan hal itu. Menelusuri setiap ruang. Hasilnya nihil. Tidak
ada siapa pun dirumah.
Tao
menemukan ponselnya tergeletak di meja. Sehabis menelepon, ia memang
meninggalkannya di sana. Ia mengecek ponselnya, takut ada panggilan penting.
Untungnya tidak ada, tidak ada masalah.
Lalu
kemana Jangli?
Mungkin ia keluar sebentar, mungkin ke supermarket
atau semacamnya, pikir Tao. Pemuda itu mencoba berpikir positif saja.
Kemudian ia sesegera mungkin kembali ke kantornya.
Tao
melintasi jalan raya dengan mobilnya. Perlahan namun pasti, sambil sesekali
menoleh ke kaca jendela.
Tunggu.
Ia
mengenali sosok itu. Seorang wanita di sudut jalan. Ia mengenali betul.
Struktur pakaiannya. Postur tubuhnya. Wajahnya.
Tao
menghentikan laju mobilnya. Memperhatikan wanita itu dengan seksama, memastikan
bahwa itu hanyalah kebetulan belaka. Tidak, bukan kebetulan. Itu Jangli. Benar.
Tapi... dengan siapa?
*****
Beberapa jam
terakhir dihabiskan mereka berdua, jalan-jalan mengelilingi Myeongdong meski
tak membeli banyak hal. Hanya dihabiskan untuk berfoto-foto ria, karena tak ada
hal yang lebih murah meriah dari itu. Setidaknya mereka sempat makan siang
bersama. Juga menemani Jangli berbelanja ke supermarket sebentar. Dan akhirnya
mereka sampai pada saat ini, menikmati sunset di tepi sungai Han. Kedua
pasangan muda itu duduk di atas bagasi mobil, saling bersandar. Keduanya menggenggam
segelas coklat panas sambil sesekali disesap. Saat-saat yang sempurna untuk
dilewati bersama dengan ‘kekasih’.
Jangli
menyesap lagi coklat panasnya yang kian menghangat, kemudian ia menengadahkan
kepalanya kepada seorang bertubuh tinggi besar disampingnya. Sinar matahari
yang semakin samar menerpa wajah Chanyeol, menciptakan siluet yang indah.
Chanyeol
menyadari sikap itu, lalu ia menoleh, membalas tatapan Jangli. Menatap kedua
mata bulat kesepian itu, “kenapa? apa aku terlalu tampan?”
Raut wajah
Jangli berubah mengerut, “aish, memangnya kau siapa?”
"Park~
Chanyeol!" ucap Chanyeol dengan nada yang dibuat terkesan imut, meski
gagal.
Jangli
tertawa, "apa-apaan kau ini.."
Jangli
mengatur nafas, menstabilkannya ke semula. "Chanyeol-ssi."
"Ya?"
"Apa
kau menyukaiku?" tanya Jangli.
"Yap.
Neomu joha (sangat suka)."
"Kenapa?"
Chanyeol
diam, tampak berpikir sejenak. "Karena kau wanita yang banyak makan. Lalu
kau makan seperti bayi. Kadang terburu-buru, kadang lama sekali, lalu
berantakan."
Jangli
mengernyitkan dahi, "huh? Jawaban macam apa itu."
"Heheh,
memang benar kan?" goda Chanyeol lagi. Tatapan Jangli lurus ke depan. Agak
kesal, tapi Chanyeol memang benar.
"Tidak,
tidak. Aku suka kau karena kau manis sekali," ucap Chanyeol. Laki-laki itu
mulai lagi.
Jangli
hampir terbiasa dengan rayuan itu. Chanyeol memujinya seakan Jangli seberharga
itu. Membuat dirinya seakan berarti di mata orang lain. Meskipun hatinya selalu
memberi peringatan, tapi siapa wanita yang bisa menolak pujian seperti itu?
"Yeol-ssi.."
panggil Jangli lembut.
"Hmm?"
Chanyeol menyesap kopi hangatnya.
"Terima
kasih."
"Ya,
sama-sama," ucapnya sambil tersenyum lebar. Kemudian senyumnya redup dan
menoleh, "untuk apa?"
"Menemaniku
selama ini," ucap Jangli.
Chanyeol
diam. Memandangi wajah Jangli yang sedang tersenyum. Entah apa maksud senyum
itu. Chanyeol tau wanita itu. Ia bukannya ingin bersenang-senang tanpa sebab
dengan Chanyeol. Tapi sekedar untuk mengobati luka di hati Jangli. Meskipun
terlihat tegar, ia tidak seperti itu. Ia butuh lelaki di sampingnya.
Jangli
hanya kesepian. Chanyeol tau. Betapa Jangi ingin direngkuh. Betapa Jangli
merindukan seseorang yang kapanpun bisa memeluknya. Betapa Chanyeol ingin
menjadi satu satunya orang itu.
Chanyeol
lalu memeluk Jangli erat seperti takut kehilangan wanita itu. Dan ia benar-benar
takut.
"Jangli-ya.."
panggil Chanyeol. "Aku akan selalu ada untukmu."
Jangli
terkejut, "Yeol.."
"Kapanpun
kau membutuhkanku. Aku bersedia untukmu. Kau paham?"
Jangli
tak mengerti, sikap Chanyeol mendadak serius seperti ini. Jantung Jangli
berdetak tak karuan menghadapi situasi begini. Ia menarik nafas, menghirup
aroma tubuh Chanyeol yang hangat. Rasanya tenang berada di samping pria ini. Ia
lalu membalas pelukan itu.
"Seumur
hidupku aku akan berterima kasih untuk itu," ucap Jangli.
Chanyeol
menyentuh dagu Jangli, menengadahkan wajahnya. Membuat kedua mata mereka
bertemu.
"Aku
mencintaimu.." ungkap Chanyeol.
"Aku.."
Cinta? Jangli, hentikan permainan bodoh ini!
"Aku
harus pulang. Maafkan aku.."
*****
Jangli
melangkah masuk dengan santainya, mengetahui keadaan ruangnya masih sepi seperti
biasanya. Jangli meletakkan sepatunya di rak. Sepatu putih mungilnya bersanding
dengan sepatu hitan mengkilap. Ia baru tersadar akan hal ini. Oh gawat, Tao
sudah pulang.
Oke, tenang, tarik nafas, lalu keluarkan. Tak akan ada
hal buruk yang terjadi. Semuanya akan baik-baik saja.
Sekantung
plastik yang tidak cukup besar dipeganginya erat-erat. Berisi bahan makanan
yang tadi dibelinya di supermarket. Beruntung Chanyeol mengajaknya kesana,
sehingga Jangli bisa memutar otak, mencari-cari alas an penyebabnya keluar
apartemen.
Jangli
memasuki ruang apartemennya, mencari sosok Tao berada. Kemudian terdengar suara
samar dari arah dapur. Jangli menghampiri asal suara itu. Tao, dan teleponnya.
"Tenang
saja, aku akan menyelesaikannya besok. Hari ini aku benar-benar tidak bisa. Ya,
ya, kau tak perlu khawatir.."
Kemudian
mata mereka bertemu. "Ya, sampai nanti." Tao menutup teleponnya.
Jangli
baru saja akan mengembangkan senyumnya, menyambut suaminya itu. Namun Tao
berbalik lebih dulu sebelum senyuman itu terwujud.
Tao
menuju lemari es nya dan mengambil sebotol air, lalu meminumnya.
"Sudah
pulang kau rupanya," Jangli tetap berusaha bersikap seperti biasa.
Tao
acuh. Ia menutup pintu kulkas dan kemudian berjalan begitu saja di samping
Jangli. Tanpa senyuman, lebih lebih sapaan. Jangli mengikuti arah pandangnya
pada Tao. Ada apa dengan lelaki itu?
"Yeobo, kau sudah makan?" tanya
Jangli. Mungkin Tao terlalu lelah untuk menghiraukan dirinya.
Tao
diam beberapa saat. Kemudian ia bergumam tanpa tatap muka, "hmm."
"Mau
kubuatkan teh hangat?" tawar Jangli. Tidak ada balasan.
Jangli
mengernyitkan dahinya. Menyadari sikap Tao yang tak seperti biasanya. Berubah
menjengkelkan tanpa sebab.
Jangli
menghampiri Tao yang sibuk dengan ponselnya. Mungkin lebih terlihat seperti
'pura-pura sibuk'. Lalu ia bertanya, "kau kenapa?"
Tao
diam saja. Ia meletakkan ponselnya di buffet,
lalu pergi meninggalkan Jangli seakan Jangli seperti angin lalu. Apa-apaan
sikapnya itu, Jangli cukup geram dibuatnya.
"Yeobo, jawab aku kau kenapa?"
Jangli mencoba memegang bahu Tao, menghadapkan ke arahnya. Namun Tao
menghindari sentuhan apapun Jangli. Dengan kasar.
"Aku
kenapa? Kau yang kenapa," ucap Tao.
Wanita
itu semakin tak mengerti. "Apa maksudmu? Apa kau lelah? Kau sakit?"
"Aku
sehat."
"Ayolah,
ceritakan padaku, apa yang terjadi? Ada masalah apa denganmu?"
"Bukan
aku." Tao menatap Jangli intens. "Bukan aku masalahnya. Tapi
kau."
"Aku?
Yeobo.." sebelum kalimatnya
selesai, Tao sudah menghindar. Jangli mengikuti langkah itu, mendahului Tao di
hadapannya. "Jelaskan padaku. Apa yang salah denganku?"
"Kau..
Kau dari mana saja?"
Deg.
Detak jantung Jangli seakan berhenti sesaat. Tenang, Jangli... Tenang…
"Dari
supermarket, kenapa kau tanyakan itu?"
"Sejak
kapan?"
"Sejak
pukul 12pm. Kenapa.."
"Dengan
siapa?"
Matilah.
Habis sudah. Jangli menelan ludah pahit.
"Dengan
siapa? Kau tidak mau jawab aku?"
"Aku
pergi sendiri."
Bohong.
Jangli gemetar. Tangannya mengepal keras.
Tao
terus menatap Jangli. Tak ada yang bicara. Jangli tak berani angkat bicara,
sampai Tao yang bicara.
"Ke
supermarket. Dari jam 12 siang. Sendirian. Dan kau baru pulang dini hari. Apa
saja yang kau lakukan?"
Tao
memerasnya. Apa Tao sudah tau semuanya? Jangli panik, dirinya benar-benar
kacau.
"Yeobo.."
"Jangan
panggil aku seperti itu."
"Kau.."
"Jawab
aku!"
Buntu.
Jangli tak bisa jawab apa-apa.
Tiba-tiba
Tao meraih tangan Jangli yang sedari tadi berusaha disembunyikan. Tangannya
gemetar hebat.
Tatapan
tajam Tao mulai surut. Sikapnya malah melemah. Sekarang kedua bola mata itu
mulai berkaca-kaca.
"Aku
tidak pernah menyangka, Jangli. Wanita sepertimu mencoba membohongiku."
Oh
Tuhan, ini benar-benar kacau. Bohong katanya. Tao merasa dibohongi. Apa Tao
sudah tau semua? Darimana ia tau? Lalu bagaimana menanyakan ini semua? Rasa
ingintahu berkecamuk dalam pikiran Jangli.
"Bagaimana
bisa kau bilang aku membohongimu?"
"Cukup!
Jangan berlagak bodoh!" suara Tao meninggi, mengisi penuh keheningan
ruang. "Aku sudah tau.."
Air
mata itu. Sudah mulai menggenang di pelupuk mata Tao. Sebisa mungkin lelaki itu
menahannya agar tidak jatuh. Tao berbalik, membelakangi Jangli. Entahlah,
mungkin air mata itu sudah menetes, atau bahkan mengalir. Jangli tak tau. Yang
jelas ia tau betul betapa Tao berusaha menutupi tangisannya itu. Ia tau betul
betapa lelaki itu memiliki perasaan yang lembut dibalik wajah kasar dan
dinginnya. Ia tau, seharusnya ia selalu mengingat itu. Sehingga ia tak perlu
menyakitinya seperti ini.
Jangli
menangis begitu saja. Ia tak pernah tau jadinya akan seperti ini. Bodoh, semua
sudah terlambat. Semua dramanya sudah berakhir. Bahkan terlalu berat meski
hanya untuk mengucap kata maaf.
Jangan marah padaku, Tao. Kumohon..
To be continued...
========================================================================
Argh! Aku ga punya ide gimana meng-cut cerita ini, jadi sampai di sini aja hehehe xD. Jadi, apa siapa yang akan Jangli pilih? Chanyeol atau Tao? Lalu bagaimana perasaan Chanyeol? Bagaimana perasaan Jangli? Bagaimana perasaan Tao? Bagaimana perasaan author? Bagaimana perasaan Jokowi? *lohsalah*
Author juga manusia yah, jadi mohon maap lahir batin (?) :'D