Title : You Belong With Him
Author : @AiXia0929
Genre : Romance
Length : 6 shoot
Cast :
Choi Ryu Ri as Choi Ryu Ri
B1A4 Jin Young as Jung Jin Young
B.A.P Dae Hyun as Jung Dae Hyun
Jinyoung
mendengar langkah kaki Ryuri. Ia berusaha keras mencegah keinginannya untuk
memandang gadis itu. Bodohnya, apa yang ia lakukan, ia tetap berbalik memandang
punggung Ryuri. Yang semakin lama semakin menjauh darinya. Sungguh ia sangat
merindukan gadis itu. Ingin sekali ia menghentikan gadis itu. Mengusap rambutnya,
lalu memeluknya. namun langkah yang diambilnya sudah terlalu jauh. Ia sudah
terlanjur bersikap yang tidak seharusnya pada Ryuri. Dan Ryuri juga sudah
melangkah jauh darinya. Bukan itu yang Jinyoung inginkan.
“Kajima…”
kata-kata itu tiba-tiba terlontar dari bibir Jinyoung. Membuat Ryuri
menghentikan langkahnya. Bisikan yang cukup pelan itu masih terdengar jelas di
sepanjang koridor yang sepi. Hanya ada Ryuri dan Jinyoung di sana. Ryuri hanya
diam. Yang mengatakan hal itu pasti Jinyoung. Ryuri berpikir sejenak,
memastikan bahwa pendengarannya tadi tak salah. Ia lalu berbalik memandang
Jinyoung yang berdiri menghadap padanya.
Jinyoung
menggeleng pelan. Ia pasti sedang tak sadarkan diri tadi. Kedua matanya pun
hampir basah. Ryuri tak boleh melihat ini. Ia tak boleh tau. Jinyoung berlari
menjauhi Ryuri.
Ryuri tak
mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Jinyoung bertindak aneh padanya
akhir-akhir ini. Dan kali ini lebih aneh. Ia tak tau apa-apa, maka ia harus
mencari kepastian. Ryuri berlari. Mengejar Jinyoung yang cukup jauh darinya.
“Seonbae!”
Ryuri berseru memanggil Jinyoung. Tetapi Jinyoung tak mempedulikan
panggilannya.
Sialnya. Tali
sepatunya yang terlepas menghambat langkahnya. Ryuri tersungkur di lantai.
Nafasnya terengah-engah. Baiklah. Mungkin ia tak seharusnya mengejar namja itu.
“Gwaenchanhayo?”
suara yang tak asing itu terdengar jelas. Kini Jinyoung berlutut di sampingnya.
Ryuri memandang wajah Jinyoung. Wajah yang begitu khawatir. Pandangan Ryuri
terfokus pada kedua mata Jinyoung yang berkaca. Semua di hadapannya membuatnya
semakin tak bisa mengerti apa yang namja itu inginkan.
“Ne..” ucap
Ryuri. Jinyoung membantu Ryuri berdiri. Ryuri lalu mengarah pada tangan
Jinyoung yang bergetar. Dan tubuhnya yang terlihat begitu lemah.
“Bolehkah…
aku memelukmu?” kata Jinyoung tiba-tiba.
Ryuri
membelalakan matanya, “huh?”
Jinyoung
menggeleng lagi. Ia tak tau apa yang sekarang menguasai pikirannya. Tapi ia
sungguh tak bisa mengontrol hatinya, maupun pikirannya. Ia tak tau bagaimana
semua bisa terjadi begitu saja.
Jinyoung
berlari lagi. Menjauh, kemana saja asal tak berada di hadapan Ryuri lagi. Ryuri
masih berdiri mematung. Apa yang terjadi barusan, memberikan tanda tanya besar
baginya. Tapi hatinya bisa sedikit lebih tenang.
Ada
kemungkinan Jinyoung merindukannya juga.
*You Belong With Him*
Ryuri tak
lagi bisa menahan dirinya untuk tetap diam. Ia mencari sosok Jinyoung. Ketika
ia menemukan sosok itu, ia segera mempercepat langkahnya, menyusul langkah kaki
panjang Jinyoung. Ryuri harus memperjelas semua ini. Semua yang menjadi tanda
baginya.
“Sunbae…”
panggil Ryuri lirih.
Meski
Jinyoung mendengar suara itu, sebisa mungkin ia terus berjalan. Berusaha
menutup rapat-rapat telinganya. Seakan tak terjadi apa-apa. Tak ada yang
mengganggu langkahnya atau mencoba menghentikan langkahnya. Ya, seperti itu.
“Jung
Jinyoung-sunbaenim…” Ryuri memanggil lengkap nama Jinyoung. Jinyoung, pemilik
nama itu, bagaimana bisa ia mengabaikan seseorang yang telah memanggil namanya?
Namun
Jinyoung menumpas semua pikirannya. Terus beranggapan bahwa tak ada yang
terjadi. Mengabaikan semua yang ada di sekelilingnya.
Jinyoung
terus berjalan. Ryuri menatap punggung itu. Yang tak mempedulikannya. Ryuri
menghentikan langkahnya. Percuma saja. Berapa kalipun memanggil, ia tak akan
menoleh sedikitpun. Ryuri menyerah memanggilnya. Bukan cara ini yang terbaik.
Pasti ada cara lain.
“Sunbae..”
panggil Ryuri sekali lagi, “kau boleh.. memelukku.”
Langkah kaki
Jinyoung pada akhirnya berhenti. Kalimat singkat itu membuat detak jantungnya
melonjak. Kalimat jawaban atas pertanyaan konyolnya tadi. Meskipun pertanyaan
itu dilontarkannya begitu saja, diluar kendalinya.
Ryuri
berjalan mendekati Jinyoung. Sehingga punggungnya tepat dihadapannya, “Sunbae..
lakukan saja.. apa yang kau inginkan.”
Jinyoung tak
pernah ingkar janji. Dan tak bisa. Tapi untuk kali ini saja. Ia tak bisa
memegang kuat janjinya. Semoga Tuhan tak menghukumnnya. Untuk sekali ini, ia
ingin mengingkari janjinya.
Jinyoung
berbalik. Dan meraih bahu Ryuri. Menariknya ke pelukannya. Tangan Jinyoung
memegang kepala gadis itu. Lalu membelainya lembut. Ia memeluk Ryuri cukup
erat. Terdengar bodoh, tapi ia memang tak ingin melepaskannya. Biarlah hanya
kali ini ia merasakan semua ini. Tak peduli dengan sekelilingnya, siapapun yang
memperhatikannya. Yang penting gadis itu ada di sisinya. Untuk waktu yang
terasa sangat lama baginya, ia bisa memeluk gadis yang sejak lama memang
diinginkannya.
Ryuri diam.
Ia hanya membiarkan sikap Jinyoung tanpa merespon apapun. Rasanya hatinya
begitu tenang berada di sampingnya. Cukup. Ia tak butuh lagi penjelasan lebih.
Waktu akan menjawab semuanya. Ia akan tau semuanya meski bukan sekarang. Untuk
saat ini, cukup ada Jinyoung di sampingnya. Seakan inilah apa yang ia butuhkan.
*You Belong With Him*
Masih terasa
pelukan hangat dari Jinyoung sore tadi. Mengetahui bahwa namja itu tidak
sepenuhnya membencinya benar-benar membuatnya lebih tenang.
Tiba-tiba
ponselnya berdering. Ryuri membelalak melihat nama yang tertulis di ponselnya.
Daehyun. Untuk apa ia menelepon malam-malam begini?
Ryuri menjawab
panggilannya, “yeoboseyo?”
“Er, Ryuri?”
“Ne, mwoya?”
“Er, kau sedang apa?” tanya Daehyun.
Ryuri
terkekeh, “ayolah, kau bukan orang yang suka basa-basi. Ada apa?”
Daehyun
menggaruk kepalanya. Seharusnya memang ia tak mengatakan hal yang tak penting.
Hanya saja ia bingung harus memulai darimana, “kau mau pergi?”
Ryuri
mengernyitkan dahinya. Daehyun nampak tak seperti biasanya. “Ke mana?”
“Ada sesuatu yang benar-benar keren.”
Jinyoung
memperhatikan gerak-gerik Daehyun sedari tadi. Seharusnya ia tak usah peduli.
Tapi Daehyun mencuri perhatiannya. Akhir-akhir ini Daehyun memang terlihat
berbeda. Ia berubah. Pertama, karena Daehyun telah berjanji padanya. Kedua,
mungkin saja karena gadis itu.
Daehyun
meraih jaketnya. Lalu melewati Jinyoung yang sedang duduk. “Kau mau kemana?”
Daehyun
menoleh, “aku rasa kau sudah menduganya.”
Ia lalu
menghampiri Appa. “Aku ingin pergi. Tak akan lama.”
Appa hanya
mengangguk, selanjutnya bermaksud menasihatinya. Namun terlebih dahulu Daehyun
menyergahnya, “tenang saja. Aku bukannya ingin berkelahi,” lalu ia tersenyum.
Appa tau anak lelakinya ini memang sudah berubah akhir-akhir ini. Mungkin tak
ada salahnya jika ia memberikan kebebasan sedikit pada Daehyun.
Setelah pamit
pada Appa-nya. Daehyun bergegas pergi. Jinyoung mengamati Daehyun. Ia memang
terlihat lebih baik sekarang. Appa menghampiri Jinyoung lalu duduk di
sampingnya. “Gomapta..”
Kemudian Appa
menepuk bahunya, “—untuk apa yang kau berikan.” Jinyoung tersenyum memandang
Appa-nya. Mungkin melihat senyum Appa-nya bisa membuat perasaannya baik.
Setidaknya semuanya setimpal.
*You Belong With Him*
“Kau
menggunakan sepeda motor?” Ryuri menatap Daehyun heran. Namja itu kini sudah di
depan rumahnya. Dengan sebuah sepeda motor. Daehyun nyengir lebar.
“Kau dapatkan
darimana sepeda motor itu?” tanya Ryuri.
“Yang penting
sekarang ada tumpangan. Ya kan?”
Ryuri
terkekeh, “terserah. Tapi jika itu sepeda motor curian, aku tak mau ikut
campur.”
“Okay,” kata
Daehyun. Ryuri naik ke atas sepeda motor. Ia memegang bahu Daehyun lalu menariknya,
mendekati telinganya, “jangan culik aku.”
Daehyun
tertawa, “bagaimana kalau itu terjadi?”
“Aku akan
melaporkanmu pada pihak berwajib,” ancam Ryuri.
“Tak
masalah,” kata Daehyun lalu mereka tertawa. Daehyun menyalakan mesin motornya.
Lalu mereka melaju cukup kencang. Daehyun tersenyum sendiri mengetahui ia
berhasil membuat Ryuri berpegangan erat padanya. Tentang sepeda motor, Daehyun
meminjamnya dari salah satu temannya. Apa saja asal bisa menyenangkan gadis
itu.
“Daehyun-a,
kau mau membawaku kemana?” tanya Ryuri di sela jalan.
“Ke suatu
tempat,” kata Daehyun.
“Iya, tempat
apa?” tanya Ryuri. Daehyun tak menjawab. Tak lama kemudian mereka sampai pada sebuah
lapangan luas. Banyak orang muda berkumpul di sana. Seperti sebuah perkumpulan
yang cukup besar. Terlihat seperti festival..
Tiba-tiba
sebuah cahaya meluncur ke atas langit. Lalu meledak dan menyemburkan cahaya
warna-warni. Mata Ryuri hampir tak berkedip untuk sesaat. Terpesona akan apa
yang dipandanginya saat ini. Bukan, bukan karena ia belum pernah melihat
kembang api sebelumnya. Tapi karena suatu hal.
“Inikah yang
ingin kau tunjukkan padaku?” tanya Ryuri menatap Daehyun yang sedang tersenyum
lebar menonton pertunjukkan yang sedang berlangsung. Menyadari pertanyaan
Ryuri, ia hanya cengengesan.
“Yeppeo..”
ucap Ryuri. Daehyun terdiam sejenak. Melihat wajah gadis itu tengah terpesona
karenanya. Tepatnya, karena kembang api itu.
“Kau... untuk
apa mengajakku ke tempat ini?” tanya Ryuri.
“Wae? Kau
tidak suka?” Daehyun balik bertanya. Ryuri menggeleng seraya tersenyum, “aniya,
nan johayo..”
Daehyun
memandangi Ryuri. Gadis itu sekarang sibuk mendongak. Memandang langit yang
berhiaskan kembang api yang bergantian meluncur.
Ryuri
menyadari Daehyun sedang memandanginya. Ini seperti bukan Daehyun. Atau ini
memang Daehyun yang sebenarnya? Ryuri memang belum terlalu lama mengenal
Daehyun. Tapi ia cukup tau tentang sifat anak ini. Bersenang-senang sepertinya
bukan salah satunya. Ia masih penasaran adalah, apa alasan Daehyun mengajaknya
ke tempat ini. Namun yang menjadi teka-teki adalah pertanyaan daehyun, ‘Wae? Kau tidak suka?’
Apakah
Daehyun hanya ingin membuatnya suka?
“Daehyun-ah..”
panggil Ryuri. Daehyun terkejut, ia langsung mengalihkan pandangannya, “eo?”
“Kau bukan
orang yang buruk..”
Daehyun
menoleh, “eo?”
Ryuri masih
menatap lurus pemandangan di hadapannya, “ya maksudku.. kau tidak seperti yang
kuduga sebelumnya. Kau itu sebenarnya orang yang menyebalkan, tapi sebenarnya
kau orang yang..”
“Yang..?”
“Menyenangkan.”
Sebuah
kembang api memancar di langit. Meledak cetar cetar membahana nan menggelegar
(?). Dentuman keras itu juga terjadi di jantungnya. Bahkan seakan lebih keras.
Lebih cepat. Dan terus menerus..
Daehyun
menatap terus kedua mata Ryuri. Ryuri
merasa aneh dengan sikap Daehyun. Ia membalas tatapan itu. Berpikir, apa maksud
dari tatapan itu. Tatapan yang begitu berani. Tatapan yang tak lepas sedikitpun
darinya.
Tiba-tiba
Daehyun menarik kasar kedua bahu Ryuri. Lalu mengecup bibirnya dengan cepat.
Oh, semoga
saja Ryuri tidak mati berdiri sekarang. Karena detak jantungnya begitu cepat,
hampir tak bisa dikendalikannya.
Otaknya sudah
tidak bisa berpikir lancar, jadi ia hanya diam mematung tanpa bereaksi atas apa
yang terjadi padanya. Namja itu telah mencuri ciuman pertamanya.
Hingga
Daehyun melepas ciumannya. Ryuri masih diam, sementara Daehyun mengatur
nafasnya. Wakah Ryuri memerah. Ia menyembunyikannyadengan menyandarkan dahinya
di bahu Daehyun. Ia tak pernah membayangkan apalagi menyangka hal ini akan
terjadi.
Daehyun hanya
diam. Mulutnya seakan terkunci. Ia tak bicara sebelum Ryuri yang memulai.
Ryuri pun
sama. Ia diam. Ia tak tau apa yang harus dikatakan. Hanya suara ramai dari
orang-orang di sekitar mereka dan gemuruh kembang api di angkasa. Namun hening
di antara mereka berdua.
Tidak. Tidak
boleh terus seperti ini.
“Daehyun-ah..”
Ryuri akhirnya berbisik. Bisikkan yang cukup pelan. Namun bibir Ryuri terlalu
dekat. Dekat hingga bisa terdengar jelas oleh Daehyun.
“Yeh..”
“Pulang..”
ucap Ryuri.
“Eoh?”
“Kita
sebaiknya pulang,” kata Ryuri dengan jelas.
“Geurae..
kita pulang,” kata Daehyun. Ia menarik tubuhnya dari Ryuri. Membuat jarak
diantara mereka. Daehyun tertunduk. Betapa bodohnya dia. Apa yang dilakukannya
tadi? Menciumnya? Dengan alasan apa? Bukankah seharusnya ia minta maaf?
Ryuri hanya
mengekor pada Daehyun. Bibirnya terkunci rapat. Kecupan itu masih terasa di
bibirnya. Sudahlah, jangan pikirkan itu.
Daehyun
menuju motornya, lalu menaikinya. Ryuri menaiki motor itu dengan ragu.
“Berpeganganlah..”
ucap Daehyun. Ryuri menurut. Perlahan jari-jemarinya meraih jaket hangat
Daehyun. Debaran jantungnya tidak stabil. Kacau. Baru saja ia bisa
menenangkannya, tapi sekarang debaran itu kembali bertempo cepat.
Daehyun
menarik nafas dalam. mencoba memulihkan konsentrasinya sebelum melajukan
motornya. Lagipula, apa yang telah ia lakukan? Ingin sekali ia memukuli
kepalanya sekarang juga. Ia telah melakukan hal bodoh.
Cahaya lampu menerangi jalan yang
cukup sepi. Hingga hanya terdengar suara deru motor mereka. Tidak. Ada suara
deru motor yang lain. Dan cahaya-cahaya kecil berlari ke arah mereka. Beberapa sepeda motor nampak datang dari arah
berlawanan. Sepeda motor itu berhenti di depan mereka dan menghalangi jalan
mereka.
Seorang namja turun dari salah satu
sepeda motor diikuti dengan kedua temannya. Namja itu mendekatkan dirinya ke
arah cahaya, sehingga Daehyun dapat melihat jelas wajahnya. Daehyun
membelalakan matanya ketika ia dapat mengenali wajah tersebut. Wajah dengan
penuh amarah. Ia Joowon. *ciye jadi cameo*
“Apa kabar, ‘kawan’?” kata Joowon sambil
menyeringai.
“Sedang apa kau di sini?” tanya
Daehyun dengan wajah cemas. Ryuri menatap keadaan di hadapannya dengan bingung.
Kenapa Daehyun berwajah seperti itu? Kenapa namja itu tiba-tiba menjegat
mereka? Ada yang tidak beres.
“Sudah lama kita tak bertemu. Aku
ingin tau bagaimana keadaanmu,” Joowon mendekati Daehyun. Kalimatnya tadi
terdengar bersahabat, tapi tidak seperti itu. Tidak seperti itu yang dirasakan
Ryuri.
“Nugu…?” tanya Ryuri tiba-tiba. Ia
tidak bisa diam terus.
“Oh! Siapa ini? Pacarmukah?” kata Joowon
dengan tatapan menghardik. Ryuri tidak suka tatapan itu.
“Apa pedulimu?” kata Daehyun.
“Oh ya. Aku tidak peduli. Dan kau
juga tidak pernah peduli padaku. Dengan apa yang telah kau lakukan padaku.”
Namja itu menarik kerah jaketnya. Ia menunjukkan
bahunya yang terdapat goresan luka sehabis dijahit. Ryuri mengerutkan dahi
memandangnya. Luka apa itu? Kenapa bisa terluka? Dan siapa juga kedua namja
yang ada di sampingnya?
“Mau apa kau sebenarnya?” tanya
Daehyun muak.
“Aku ingin kau tau rasanya seperti
aku.”
Hening sejenak. Kemudian Joowon memberi
kode kepada dua temannya. Salah satu temannya mengepalkan tangannya, berusaha
meninju Daehyun. Ryuri mengetahui gerak-gerik itu. Dengan cepat, ia mencegah
perbuatan namja itu, lalu melepaskan tangannya.
“Ada apa sebenarnya?” seru Ryuri tak
sabar.
“Yaa, kau tak usah ikut campur!” kata
namja itu.
“Bagaimana bisa aku tidak ikut
campur? Jelas-jelas kau tiba-tiba datang dan mengganggu kami dengan alasan yang
tidak jelas!”
“Dasar kau..”
“Cukup,” Joowon menghentikan
perdebatan Ryuri. “—Kami bukan datang dengan alasan yang tidak jelas. Aku rasa
semua sudah cukup jelas, ya kan Daehyun?” namja itu melirik Daehyun.
Namja di sampingnya lalu meninju
Daehyun dengan tiba-tiba. Tidak terima, Ryuri membela Daehyun. Dengan ilmu
taekwondo-nya, ia balik meninju namja itu. Semua tercengang termasuk namja itu.
Ia hampir saja jatuh karena pukulan Ryuri.
Namja itu tak mau kalah dengan Ryuri.
Tak peduli yeoja atau bukan. Ia malah berkelahi dengan Ryuri. Mencoba meninju
Ryuri, namun Ryuri menahan tangannya. Ryuri memutar tangan panjang namja itu. Namja
itu merintih kesakitan. Untuk melepas rasa sakitnya, refleks ia membanting
Ryuri.
Brak.
“ARGH!” jerit Ryuri dengan keras.
“RYURI-YA!!”
To be continued..