Laman

Kamis, 31 Januari 2013

FF: You Belong With Him [Part 5]





Title : You Belong With Him
Author : @AiXia0929
Genre : Romance
Length : 6 shoot
Cast :
Choi Ryu Ri as Choi Ryu Ri
B1A4 Jin Young as Jung Jin Young
B.A.P Dae Hyun as Jung Dae Hyun

Jinyoung mendengar langkah kaki Ryuri. Ia berusaha keras mencegah keinginannya untuk memandang gadis itu. Bodohnya, apa yang ia lakukan, ia tetap berbalik memandang punggung Ryuri. Yang semakin lama semakin menjauh darinya. Sungguh ia sangat merindukan gadis itu. Ingin sekali ia menghentikan gadis itu. Mengusap rambutnya, lalu memeluknya. namun langkah yang diambilnya sudah terlalu jauh. Ia sudah terlanjur bersikap yang tidak seharusnya pada Ryuri. Dan Ryuri juga sudah melangkah jauh darinya. Bukan itu yang Jinyoung inginkan.
“Kajima…” kata-kata itu tiba-tiba terlontar dari bibir Jinyoung. Membuat Ryuri menghentikan langkahnya. Bisikan yang cukup pelan itu masih terdengar jelas di sepanjang koridor yang sepi. Hanya ada Ryuri dan Jinyoung di sana. Ryuri hanya diam. Yang mengatakan hal itu pasti Jinyoung. Ryuri berpikir sejenak, memastikan bahwa pendengarannya tadi tak salah. Ia lalu berbalik memandang Jinyoung yang berdiri menghadap padanya.
Jinyoung menggeleng pelan. Ia pasti sedang tak sadarkan diri tadi. Kedua matanya pun hampir basah. Ryuri tak boleh melihat ini. Ia tak boleh tau. Jinyoung berlari menjauhi Ryuri.
Ryuri tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Jinyoung bertindak aneh padanya akhir-akhir ini. Dan kali ini lebih aneh. Ia tak tau apa-apa, maka ia harus mencari kepastian. Ryuri berlari. Mengejar Jinyoung yang cukup jauh darinya.
“Seonbae!” Ryuri berseru memanggil Jinyoung. Tetapi Jinyoung tak mempedulikan panggilannya.
Sialnya. Tali sepatunya yang terlepas menghambat langkahnya. Ryuri tersungkur di lantai. Nafasnya terengah-engah. Baiklah. Mungkin ia tak seharusnya mengejar namja itu.
“Gwaenchanhayo?” suara yang tak asing itu terdengar jelas. Kini Jinyoung berlutut di sampingnya. Ryuri memandang wajah Jinyoung. Wajah yang begitu khawatir. Pandangan Ryuri terfokus pada kedua mata Jinyoung yang berkaca. Semua di hadapannya membuatnya semakin tak bisa mengerti apa yang namja itu inginkan.
“Ne..” ucap Ryuri. Jinyoung membantu Ryuri berdiri. Ryuri lalu mengarah pada tangan Jinyoung yang bergetar. Dan tubuhnya yang terlihat begitu lemah.
“Bolehkah… aku memelukmu?” kata Jinyoung tiba-tiba.
Ryuri membelalakan matanya, “huh?”
Jinyoung menggeleng lagi. Ia tak tau apa yang sekarang menguasai pikirannya. Tapi ia sungguh tak bisa mengontrol hatinya, maupun pikirannya. Ia tak tau bagaimana semua bisa terjadi begitu saja.
Jinyoung berlari lagi. Menjauh, kemana saja asal tak berada di hadapan Ryuri lagi. Ryuri masih berdiri mematung. Apa yang terjadi barusan, memberikan tanda tanya besar baginya. Tapi hatinya bisa sedikit lebih tenang.
Ada kemungkinan Jinyoung merindukannya juga.
*You Belong With Him*
Ryuri tak lagi bisa menahan dirinya untuk tetap diam. Ia mencari sosok Jinyoung. Ketika ia menemukan sosok itu, ia segera mempercepat langkahnya, menyusul langkah kaki panjang Jinyoung. Ryuri harus memperjelas semua ini. Semua yang menjadi tanda baginya.
“Sunbae…” panggil Ryuri lirih.
Meski Jinyoung mendengar suara itu, sebisa mungkin ia terus berjalan. Berusaha menutup rapat-rapat telinganya. Seakan tak terjadi apa-apa. Tak ada yang mengganggu langkahnya atau mencoba menghentikan langkahnya. Ya, seperti itu.
“Jung Jinyoung-sunbaenim…” Ryuri memanggil lengkap nama Jinyoung. Jinyoung, pemilik nama itu, bagaimana bisa ia mengabaikan seseorang yang telah memanggil namanya?
Namun Jinyoung menumpas semua pikirannya. Terus beranggapan bahwa tak ada yang terjadi. Mengabaikan semua yang ada di sekelilingnya.
Jinyoung terus berjalan. Ryuri menatap punggung itu. Yang tak mempedulikannya. Ryuri menghentikan langkahnya. Percuma saja. Berapa kalipun memanggil, ia tak akan menoleh sedikitpun. Ryuri menyerah memanggilnya. Bukan cara ini yang terbaik. Pasti ada cara lain.
“Sunbae..” panggil Ryuri sekali lagi, “kau boleh.. memelukku.”
Langkah kaki Jinyoung pada akhirnya berhenti. Kalimat singkat itu membuat detak jantungnya melonjak. Kalimat jawaban atas pertanyaan konyolnya tadi. Meskipun pertanyaan itu dilontarkannya begitu saja, diluar kendalinya.
Ryuri berjalan mendekati Jinyoung. Sehingga punggungnya tepat dihadapannya, “Sunbae.. lakukan saja.. apa yang kau inginkan.”
Jinyoung tak pernah ingkar janji. Dan tak bisa. Tapi untuk kali ini saja. Ia tak bisa memegang kuat janjinya. Semoga Tuhan tak menghukumnnya. Untuk sekali ini, ia ingin mengingkari janjinya.
Jinyoung berbalik. Dan meraih bahu Ryuri. Menariknya ke pelukannya. Tangan Jinyoung memegang kepala gadis itu. Lalu membelainya lembut. Ia memeluk Ryuri cukup erat. Terdengar bodoh, tapi ia memang tak ingin melepaskannya. Biarlah hanya kali ini ia merasakan semua ini. Tak peduli dengan sekelilingnya, siapapun yang memperhatikannya. Yang penting gadis itu ada di sisinya. Untuk waktu yang terasa sangat lama baginya, ia bisa memeluk gadis yang sejak lama memang diinginkannya.
Ryuri diam. Ia hanya membiarkan sikap Jinyoung tanpa merespon apapun. Rasanya hatinya begitu tenang berada di sampingnya. Cukup. Ia tak butuh lagi penjelasan lebih. Waktu akan menjawab semuanya. Ia akan tau semuanya meski bukan sekarang. Untuk saat ini, cukup ada Jinyoung di sampingnya. Seakan inilah apa yang ia butuhkan.
*You Belong With Him*
Masih terasa pelukan hangat dari Jinyoung sore tadi. Mengetahui bahwa namja itu tidak sepenuhnya membencinya benar-benar membuatnya lebih tenang.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Ryuri membelalak melihat nama yang tertulis di ponselnya. Daehyun. Untuk apa ia menelepon malam-malam begini?
Ryuri menjawab panggilannya, “yeoboseyo?”
Er, Ryuri?”
“Ne, mwoya?”
Er, kau sedang apa?” tanya Daehyun.
Ryuri terkekeh, “ayolah, kau bukan orang yang suka basa-basi. Ada apa?”
Daehyun menggaruk kepalanya. Seharusnya memang ia tak mengatakan hal yang tak penting. Hanya saja ia bingung harus memulai darimana, “kau mau pergi?”
Ryuri mengernyitkan dahinya. Daehyun nampak tak seperti biasanya. “Ke mana?”
Ada sesuatu yang benar-benar keren.”
Jinyoung memperhatikan gerak-gerik Daehyun sedari tadi. Seharusnya ia tak usah peduli. Tapi Daehyun mencuri perhatiannya. Akhir-akhir ini Daehyun memang terlihat berbeda. Ia berubah. Pertama, karena Daehyun telah berjanji padanya. Kedua, mungkin saja karena gadis itu.
Daehyun meraih jaketnya. Lalu melewati Jinyoung yang sedang duduk. “Kau mau kemana?”
Daehyun menoleh, “aku rasa kau sudah menduganya.”
Ia lalu menghampiri Appa. “Aku ingin pergi. Tak akan lama.”
Appa hanya mengangguk, selanjutnya bermaksud menasihatinya. Namun terlebih dahulu Daehyun menyergahnya, “tenang saja. Aku bukannya ingin berkelahi,” lalu ia tersenyum. Appa tau anak lelakinya ini memang sudah berubah akhir-akhir ini. Mungkin tak ada salahnya jika ia memberikan kebebasan sedikit pada Daehyun.
Setelah pamit pada Appa-nya. Daehyun bergegas pergi. Jinyoung mengamati Daehyun. Ia memang terlihat lebih baik sekarang. Appa menghampiri Jinyoung lalu duduk di sampingnya. “Gomapta..”
Kemudian Appa menepuk bahunya, “—untuk apa yang kau berikan.” Jinyoung tersenyum memandang Appa-nya. Mungkin melihat senyum Appa-nya bisa membuat perasaannya baik. Setidaknya semuanya setimpal.
*You Belong With Him*
“Kau menggunakan sepeda motor?” Ryuri menatap Daehyun heran. Namja itu kini sudah di depan rumahnya. Dengan sebuah sepeda motor. Daehyun nyengir lebar.
“Kau dapatkan darimana sepeda motor itu?” tanya Ryuri.
“Yang penting sekarang ada tumpangan. Ya kan?”
Ryuri terkekeh, “terserah. Tapi jika itu sepeda motor curian, aku tak mau ikut campur.”
“Okay,” kata Daehyun. Ryuri naik ke atas sepeda motor. Ia memegang bahu Daehyun lalu menariknya, mendekati telinganya, “jangan culik aku.”
Daehyun tertawa, “bagaimana kalau itu terjadi?”
“Aku akan melaporkanmu pada pihak berwajib,” ancam Ryuri.
“Tak masalah,” kata Daehyun lalu mereka tertawa. Daehyun menyalakan mesin motornya. Lalu mereka melaju cukup kencang. Daehyun tersenyum sendiri mengetahui ia berhasil membuat Ryuri berpegangan erat padanya. Tentang sepeda motor, Daehyun meminjamnya dari salah satu temannya. Apa saja asal bisa menyenangkan gadis itu.
“Daehyun-a, kau mau membawaku kemana?” tanya Ryuri di sela jalan.
“Ke suatu tempat,” kata Daehyun.
“Iya, tempat apa?” tanya Ryuri. Daehyun tak menjawab. Tak lama kemudian mereka sampai pada sebuah lapangan luas. Banyak orang muda berkumpul di sana. Seperti sebuah perkumpulan yang cukup besar. Terlihat seperti festival..
Tiba-tiba sebuah cahaya meluncur ke atas langit. Lalu meledak dan menyemburkan cahaya warna-warni. Mata Ryuri hampir tak berkedip untuk sesaat. Terpesona akan apa yang dipandanginya saat ini. Bukan, bukan karena ia belum pernah melihat kembang api sebelumnya. Tapi karena suatu hal.
“Inikah yang ingin kau tunjukkan padaku?” tanya Ryuri menatap Daehyun yang sedang tersenyum lebar menonton pertunjukkan yang sedang berlangsung. Menyadari pertanyaan Ryuri, ia hanya cengengesan.
“Yeppeo..” ucap Ryuri. Daehyun terdiam sejenak. Melihat wajah gadis itu tengah terpesona karenanya. Tepatnya, karena kembang api itu.
“Kau... untuk apa mengajakku ke tempat ini?” tanya Ryuri.
“Wae? Kau tidak suka?” Daehyun balik bertanya. Ryuri menggeleng seraya tersenyum, “aniya, nan johayo..”
Daehyun memandangi Ryuri. Gadis itu sekarang sibuk mendongak. Memandang langit yang berhiaskan kembang api yang bergantian meluncur.
Ryuri menyadari Daehyun sedang memandanginya. Ini seperti bukan Daehyun. Atau ini memang Daehyun yang sebenarnya? Ryuri memang belum terlalu lama mengenal Daehyun. Tapi ia cukup tau tentang sifat anak ini. Bersenang-senang sepertinya bukan salah satunya. Ia masih penasaran adalah, apa alasan Daehyun mengajaknya ke tempat ini. Namun yang menjadi teka-teki adalah pertanyaan daehyun, ‘Wae? Kau tidak suka?’
Apakah Daehyun hanya ingin membuatnya suka?
“Daehyun-ah..” panggil Ryuri. Daehyun terkejut, ia langsung mengalihkan pandangannya, “eo?”
“Kau bukan orang yang buruk..”
Daehyun menoleh, “eo?”
Ryuri masih menatap lurus pemandangan di hadapannya, “ya maksudku.. kau tidak seperti yang kuduga sebelumnya. Kau itu sebenarnya orang yang menyebalkan, tapi sebenarnya kau orang yang..”
“Yang..?”
“Menyenangkan.”
Sebuah kembang api memancar di langit. Meledak cetar cetar membahana nan menggelegar (?). Dentuman keras itu juga terjadi di jantungnya. Bahkan seakan lebih keras. Lebih cepat. Dan terus menerus..
Daehyun menatap terus kedua mata Ryuri.  Ryuri merasa aneh dengan sikap Daehyun. Ia membalas tatapan itu. Berpikir, apa maksud dari tatapan itu. Tatapan yang begitu berani. Tatapan yang tak lepas sedikitpun darinya.
Tiba-tiba Daehyun menarik kasar kedua bahu Ryuri. Lalu mengecup bibirnya dengan cepat.
Oh, semoga saja Ryuri tidak mati berdiri sekarang. Karena detak jantungnya begitu cepat, hampir tak bisa dikendalikannya.
Otaknya sudah tidak bisa berpikir lancar, jadi ia hanya diam mematung tanpa bereaksi atas apa yang terjadi padanya. Namja itu telah mencuri ciuman pertamanya.
Hingga Daehyun melepas ciumannya. Ryuri masih diam, sementara Daehyun mengatur nafasnya. Wakah Ryuri memerah. Ia menyembunyikannyadengan menyandarkan dahinya di bahu Daehyun. Ia tak pernah membayangkan apalagi menyangka hal ini akan terjadi.
Daehyun hanya diam. Mulutnya seakan terkunci. Ia tak bicara sebelum Ryuri yang memulai.
Ryuri pun sama. Ia diam. Ia tak tau apa yang harus dikatakan. Hanya suara ramai dari orang-orang di sekitar mereka dan gemuruh kembang api di angkasa. Namun hening di antara mereka berdua.
Tidak. Tidak boleh terus seperti ini.
“Daehyun-ah..” Ryuri akhirnya berbisik. Bisikkan yang cukup pelan. Namun bibir Ryuri terlalu dekat. Dekat hingga bisa terdengar jelas oleh Daehyun.
“Yeh..”
“Pulang..” ucap Ryuri.
“Eoh?”
“Kita sebaiknya pulang,” kata Ryuri dengan jelas.
“Geurae.. kita pulang,” kata Daehyun. Ia menarik tubuhnya dari Ryuri. Membuat jarak diantara mereka. Daehyun tertunduk. Betapa bodohnya dia. Apa yang dilakukannya tadi? Menciumnya? Dengan alasan apa? Bukankah seharusnya ia minta maaf?
Ryuri hanya mengekor pada Daehyun. Bibirnya terkunci rapat. Kecupan itu masih terasa di bibirnya. Sudahlah, jangan pikirkan itu.
Daehyun menuju motornya, lalu menaikinya. Ryuri menaiki motor itu dengan ragu.
“Berpeganganlah..” ucap Daehyun. Ryuri menurut. Perlahan jari-jemarinya meraih jaket hangat Daehyun. Debaran jantungnya tidak stabil. Kacau. Baru saja ia bisa menenangkannya, tapi sekarang debaran itu kembali bertempo cepat.
Daehyun menarik nafas dalam. mencoba memulihkan konsentrasinya sebelum melajukan motornya. Lagipula, apa yang telah ia lakukan? Ingin sekali ia memukuli kepalanya sekarang juga. Ia telah melakukan hal bodoh.
Cahaya lampu menerangi jalan yang cukup sepi. Hingga hanya terdengar suara deru motor mereka. Tidak. Ada suara deru motor yang lain. Dan cahaya-cahaya kecil berlari ke arah mereka.  Beberapa sepeda motor nampak datang dari arah berlawanan. Sepeda motor itu berhenti di depan mereka dan menghalangi jalan mereka.
Seorang namja turun dari salah satu sepeda motor diikuti dengan kedua temannya. Namja itu mendekatkan dirinya ke arah cahaya, sehingga Daehyun dapat melihat jelas wajahnya. Daehyun membelalakan matanya ketika ia dapat mengenali wajah tersebut. Wajah dengan penuh amarah. Ia Joowon. *ciye jadi cameo*
“Apa kabar, ‘kawan’?” kata Joowon sambil menyeringai.
“Sedang apa kau di sini?” tanya Daehyun dengan wajah cemas. Ryuri menatap keadaan di hadapannya dengan bingung. Kenapa Daehyun berwajah seperti itu? Kenapa namja itu tiba-tiba menjegat mereka? Ada yang tidak beres.
“Sudah lama kita tak bertemu. Aku ingin tau bagaimana keadaanmu,” Joowon mendekati Daehyun. Kalimatnya tadi terdengar bersahabat, tapi tidak seperti itu. Tidak seperti itu yang dirasakan Ryuri.
“Nugu…?” tanya Ryuri tiba-tiba. Ia tidak bisa diam terus.
“Oh! Siapa ini? Pacarmukah?” kata Joowon dengan tatapan menghardik. Ryuri tidak suka tatapan itu.
“Apa pedulimu?” kata Daehyun.
“Oh ya. Aku tidak peduli. Dan kau juga tidak pernah peduli padaku. Dengan apa yang telah kau lakukan padaku.”
Namja itu menarik kerah jaketnya. Ia menunjukkan bahunya yang terdapat goresan luka sehabis dijahit. Ryuri mengerutkan dahi memandangnya. Luka apa itu? Kenapa bisa terluka? Dan siapa juga kedua namja yang ada di sampingnya?
“Mau apa kau sebenarnya?” tanya Daehyun muak.
“Aku ingin kau tau rasanya seperti aku.”
Hening sejenak. Kemudian Joowon memberi kode kepada dua temannya. Salah satu temannya mengepalkan tangannya, berusaha meninju Daehyun. Ryuri mengetahui gerak-gerik itu. Dengan cepat, ia mencegah perbuatan namja itu, lalu melepaskan tangannya.
“Ada apa sebenarnya?” seru Ryuri tak sabar.
“Yaa, kau tak usah ikut campur!” kata namja itu.
“Bagaimana bisa aku tidak ikut campur? Jelas-jelas kau tiba-tiba datang dan mengganggu kami dengan alasan yang tidak jelas!”
“Dasar kau..”
“Cukup,” Joowon menghentikan perdebatan Ryuri. “—Kami bukan datang dengan alasan yang tidak jelas. Aku rasa semua sudah cukup jelas, ya kan Daehyun?” namja itu melirik Daehyun.
Namja di sampingnya lalu meninju Daehyun dengan tiba-tiba. Tidak terima, Ryuri membela Daehyun. Dengan ilmu taekwondo-nya, ia balik meninju namja itu. Semua tercengang termasuk namja itu. Ia hampir saja jatuh karena pukulan Ryuri.
Namja itu tak mau kalah dengan Ryuri. Tak peduli yeoja atau bukan. Ia malah berkelahi dengan Ryuri. Mencoba meninju Ryuri, namun Ryuri menahan tangannya. Ryuri memutar tangan panjang namja itu. Namja itu merintih kesakitan. Untuk melepas rasa sakitnya, refleks ia membanting Ryuri.
Brak.
“ARGH!” jerit Ryuri dengan keras.
“RYURI-YA!!”

To be continued..

Rabu, 30 Januari 2013

FF: You Belong With Him [Part 4]




Title : You Belong With Him
Author : @AiXia0929
Genre : Romance
Length : 6 shoot
Cast :
Choi Ryu Ri as Choi Ryu Ri
B1A4 Jin Young as Jung Jin Young
B.A.P Dae Hyun as Jung Dae Hyun

        Samar-samar, Ryuri mendengar suara derap kaki di belakang mengikutinya. Ia mempercepat langkahnya, dan suara itu nampak seperti mengejarnya. Di jalan sepi dan sempit seperti ini, bisa saja ada orang yang akan berbuat jahat padanya. Perasaannya menjadi buruk.
        Ryuri mencoba tenang. Ia tau apa yang harus ia lakukan. Ia menarik nafas dalam. Kemudian bersiap mengerahkan tenaganya.
          Ryuri menghitung dalam hatinya, lalu berbalik ke belakang dengan cepat. Ryuri meraih tangan orang di belakangnya, lalu melakukan teknik banting sehingga orang itu jatuh ke tanah sempurna. Ia merasa cukup puas.
         “Ah.. Aphayo..” kata orang itu sambil memegangi punggungnya yang hampir remuk. Ryuri memandang sesuatu yang aneh dari orang itu. Pakaiannya nampak seperti seragam sekolah. Dan rambut pirangnya tak asing.
Ryuri bertekuk lutut, lalu memandang orang yang tergeletak di hadapannya, “eomeona! Apa yang sedang kau lakukan, huh?”
Orang itu mencoba bangkit, ia duduk menghadap Ryuri dengan tatapan kesal, “aku yang bertanya, apa yang kau lakukan padaku?”
“A, aku..,” Ryuri tertunduk, mengetahui orang itu adalah Daehyun yang tak bermaksud jahat padanya, “yeongseohae..”
 “Gwaenchanhayo?” tanya Ryuri. Daehyun menatap Ryuri jengkel sambil meringis, “tentu saja tidak!”
Daehyun mencoba bangkit. Tapi rasa sakit di punggung dan kepalanya  benar-benar membuatnya kekuatannya mendadak hilang. Ia masih terkapar di tanah, tak sanggup bangun. “Bantu aku, ppalli!”
            Ryuri yang tersadar dari pikirannya segera membantu Daehyun berdiri. Ryuri memegangi kedua bahu Daehyun. Yeoja itu menuntunnya melewati jalan sempit tersebut, menuju ke jalan lebar, tempat yang lebih terang. Ia melirik sebuah kursi yang tak jauh dari tempat mereka berpijak. Mengantar Daehyun ke sana.
            Daehyun duduk di kursi, begitu juga Ryuri, ia duduk di sampingnya. Daehyun masih merintih, sesekali memijat kepalanya. Ryuri memandangi namja di sampingnya itu. Tak seperti kelihatannya, namja ini sebenarnya begitu rapuh. Entahlah, ia merasa seperti itu. ia merasa bisa mengenali namja itu. Ia merasa..
            “Argh, ini semua gara-gara kau!” keluh Daehyun tiba-tiba. Ryuri menyerngitkan dahinya menatap Daehyun.
            “Mwo? Aku? Baiklah, aku memang yang membuatmu seperti ini. Tapi ini juga salahmu! Siapa suruh berjalan mengendap-endap dibelakangku?!”
            “Apa aku salah berjalan di belakangmu? Lagipula, itu jalan umum! Siapapun boleh jalan di sana,”seru Daehyun.
            “Tapi kau sangat mencurigakan! Kau seperti orang jahat!” balas Ryuri.
            “Tapi seharusnya kau lihat dulu siapa yang ada di belakangmu!”
            “Tapi aku kan sudah minta maaf! Argh.” Ryuri menatap lurus jalanan di hadapannya. Kini suasana terasa sunyi, hanya suara deru transportasi yang berlalu lalang di sepanjang jalan, dan suara angin yang berhembus kencang menggelitik telinga mereka. Daehyun ikut diam. Bisa saja ia membalas kata-kata Ryuri barusan. Hanya saja, melihat raut wajah Ryuri yang sepertinya sudah tak mau meladeninya lagi, akan percuma saja jika dilakukan.
            Daehyun menatap yeoja di sampingnya. Meski diperhatikan seperti itu Ryuri tetap tak menoleh. Kepalanya tertunduk, pandangan matanya lurus. Baru kali ini Daehyun menemui keadaan seperti ini. Keadaan dimana Ryuri diam. Tak berkobar untuk berdebat dengannya. Ada sesuatu yang terjadi padanya.
            “Kau.. memikirkan sesuatu?” ucap Daehyun tiba-tiba, memecah keheningan. Ryuri mengedipkan matanya. Menggelengkan kepalanya. Baru sadar bahwa ada Daehyun di sampingnya. Ia menoleh. Daehyun memandanginya heran. Apa Daehyun memandanginya sejak tadi?
            “Er, apa? Ah, tidak,” ucap Ryuri seadanya. Ia tak mau ada orang lain yang mencampuri urusannya. Untuk saat ini.
            “Bodoh sekali,” kata Daehyun. Ryuri menyipitkan matanya, “apa?”
            “Tak masalah jika kau tidak mau bercerita padaku. Tapi mengatakan kau tidak memikirkan sesuatu sementara wajahmu berkata iya, itu jelas bohong,” kata Daehyun. Ryuri mendengus pelan. Daehyun benar.
            “Siapa yang kau pikirkan? Pacarmu? Atau.. orang yang kau sukai?” tanya Daehyun iseng.
            “Seperti yang kau katakan, aku tak mau cerita,” kata Ryuri.
Daehyun mengangguk pelan. Layaknya mengerti benar bahwa Ryuri sedang tak ingin bicara panjang lebar dengannya. Mungkin ‘hantu bisu’ sedang merasukinya. Jadi, ia membiarkan dirinya yang bicara, “dulu aku pernah menyukai seorang yeoja.”
Ryuri menoleh dengan tatapan bingung, “lalu?”
“Dia adik kelasku. Dia cantik sekali. Seperti bidadari jatuh dari surga di hadapanku. Eeaaa. Ini ciyyus loh. *-_-* Yang aku lakukan sama sepertimu. Diam. Memikirkannya. Tak peduli dengan sekitarku. Aku ingin melihatnya setiap hari. Selalu merindukannya. Ya, seperti itulah kira-kira,” terang Daehyun. Ryuri terkekeh. Terasa aneh jika yang bercerita seperti itu adalah seorang Daehyun.
“Ya, ya, lalu? Lalu?” tanya Ryuri. Daehyun tersenyum menyeringai, “kau ingin tau?”
Ryuri menghela nafas, “ya, aku ingin tau.”
“Aku pernah mencoba menyatakan rasa sukaku padanya. Rasanya berat sekali. Tapi aku memberanikan diri. Dan…”
“Mwo?” Ryuri menatap Daehyun lekat. Penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Daehyun mendengus, “dan.. ya akhirnya seperti itu.”
Ryuri mengerutkan dahinya, “seperti itu apa?”
“Pokoknya seperti itu.”
“Apa? Apa dia menerimamu? Atau menolakmu? Ayolah..” tanya Ryuri. Ia terus mendesaknya. Daehyun menggaruk kepalanya pelan, seharusnya ia tak menceritakan hal ini, “dia menolakku mentah-mentah dan lari begitu saja. Dia bilang, aku orang yang tak punya masa depan.”
Ryuri terbahak. Cukup keras. Daehyun tau hal ini akan terjadi. Ia tau, Ryuri pasti akan meledeknya habis-habisan. Makanya setengah mati ia menyesal menceritakan pengalaman buruknya pada Ryuri. Lagipula, untuk alasan apa tadi Daehyun menceritakan hal ini.
“Kau.. malang sekali! Hahaha.. kasian deh..” ucap Ryuri masih terbahak.
“Sudah hentikan! Kau membuatku terlihat sangat buruk!” seru Daehyun.
“Kau memang terlihat sangat buruk..” Ryuri berusaha keras menahan tawanya. Ia menarik nafas dalam, lalu menghelanya. Cukup melelahkan tertawa seperti tadi.
“Terserah,” ucap Daehyun. Ryuri tersenyum pada Daehyun. Senyum itu muncul lagi. Muncul karena dia. Karena Daehyun.
“Jadi benar kan?” tanya Daehyun. Ryuri berkerut, “benar apa?”
“Kau melakukan hal yang sama denganku. Memikirkan orang yang kau sukai. Ya kan?” tanya Daehyun meyakinkan.
Ryuri tertawa kecil, “tadinya aku pikir, kau orang yang tak bisa apa-apa.” Daehyun cemberut, “mwoya?”
“Tapi ternyata kau cukup pintar dalam hal ini,” kata Ryuri. Daehyun tersenyum puas.
“Aku memang memikirkannya,” Ryuri akhirnya bicara. Mungkin tak ada salahnya menceritakan hal yang ada di pikirannya.
“Aku memikirkannya. Dia baik sekali padaku. Orang yang begitu perhatian. Tapi entah sejak kapan, sikapnya jadi berubah. Ia menjadi dingin. ia tak bicara padaku. Aku.. tak tau dimana salahku,” jelas Ryuri sambil tertunduk menatap kedua ujung sepatunya yang dimainkannya.
“Padahal tadinya aku ingin mengajaknya pergi ke toko musik berdua. Kita punya selera yang sama. Tapi dia malah tak bicara apapun padaku.”
Sejenak, Daehyun terdiam. Menyadari sesuatu dalam pikirannya. “Kau benar-benar menyukainya?”
Ryuri menghela nafas. “Aku tak tau. Seharusnya tidak.”
Suasana kembali hening. Daehyun menatap kosong pandangan di hadapannya. Ia tau benar apa yang Ryuri maksud. Itu semua yang membuatnya diam sejak tadi. Orang yang merasuki pikirannya. Orang yang –mungkin– disukainya. Orang itu… Jinyoung. Pasti.
“Suka…” Daehyun berbisik pelan. Namun suaranya masih bisa terdengar jelas oleh Ryuri. “—ternyata menyusahkan, ya,” lanjut Daehyun.
Ryuri menatap siluet Daehyun yang terlihat dari samping. Wajah yang begitu lelah. Rambutnya yang selalu acak. Sorot matanya yang tampak sangat layu. Seketika, ia baru tersadar. Orang ini mampu membuat apa yang mengganggu pikirannya hilang untuk sementara waktu. Orang ini membuatnya tersenyum hari ini. Tersenyum dengan tulus.
“Kau terlihat begitu kacau,” ucap Ryuri tiba-tiba.
Daehyun menoleh, ganti menatap raut wajah Ryuri. “Kau juga.”
Ryuri mendengus, “Kekacauanmu menggelikan. Membuatku ingin tertawa.”
Daehyun tersenyum kecut, “baiklah, bagus kalau begitu.” Kemudian wajahnya datar kembali.
“Terima kasih,” kalimat itu terlontar begitu saja dari bibir Ryuri. Daehyun diam sejenak. Ryuri tersenyum padanya. Ada apa, Daehyun tak mengerti. Ia hanya kembali menatap lurus.
“Yaa..”
“Hmm..”
“Kau mau menemaniku ke toko musik?”
Mata Daehyun tak berkedip selama beberapa detik.
*You Belong With Him*
Entah sudah berapa lama waktu yang ia habiskan di depan cermin. Menata rambutnya yang menurutnya tak rapi itu. Meskipun serapi apapun, ia merasa penampilannya tak kunjung cukup baik.
Baiklah. Sudah cukup. Untuk apa berpenampilan baik di hadapan namja seperti itu. Ryuri menghembuskan nafasnya. Tak lama, Eomma memanggilnya dari balik pintu kamarnya. Ryuri menoleh ke belakang, Eomma-nya telah membuka pintu.
“Ryu, kau mengenal orang di depan itu? Dari tadi ia terus mondar-mandir di depan...”
Itu pasti Daehyun. Ryuri segera mengambil tasnya. “Eomma, aku pergi dulu. Sampai nanti.”
Ryuri pamit dan berlari ke luar rumah. Benar saja, Daehyun di depan pagar rumahnya. Ia hanya mondar-mandir tak jelas. Daehyun menyadari kehadiran Ryuri yang menghampirinya memasang tampang cemberut. “Kau lama sekali.”
“Kenapa kau hanya mondar-mandir di sini? Kenapa tidak mengetuk pintu rumahku?!” keluh Ryuri. Orang ini benar aneh.
“Sudahlah. Jangan dipikirkan. Kajja,” ajak Daehyun. Ryuri hanya menggembungkan pipinya. Ia mengekor pada Daehyun yang sudah berjalan lebih dulu di hadapannya. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti.
“Chamkanman!” seru Ryuri. Daehyun menghentikan langkahnya lalu berbalik, “waeyo?”
“Kita berjalan kaki?” tanya Ryuri.
“Maunya?” kata Daehyun cuek. Ryuri menatap Daehyun dengan ekspresi tak terima, “kalau begitu sama saja aku pergi bersamamu atau sendirian.” Kemudian Ryuri berjalan cepat, mendahului Daehyun yang masih tetap pada posisinya.
“Ah.. jadi kau mengajakku pergi karena menginginkan tumpangan?!” tanya Daehyun sedikit berteriak. Ryuri menoleh pada Daehyun sambil terus berjalan. Ia menjulurkan lidahnya.
Daehyun menatap kesal yeoja itu, lalu mengejar langkahnya, “yaa!!”
Pada akhirnya mereka menaiki kereta menuju Gangnam (?). Mungkin karena hari libur, keadaan stasiun kereta begitu ramai. Setelah mereka membeli tiket, mereka memasuki gerbong kereta. Kereta begitu sesak penumpang, sehingga mereka harus terpaksa berdiri berdesakan. Ryuri berdiri di tepat di depan Daehyun. Mau tak mau, posisinya harus seperti itu.
Daehyun memandang sekeliling. Percuma saja, ia tak leluasa bergerak. Jadi lebih baik ia memandang ke arah lurus. Ryuri lebih pendek darinya, jadi yang terlihat hanyalah rambut panjang Ryuri yang tergerai halus. Cahaya lampu meneranginya sehingga tercipta kilauan lembut yang masih terlihat alami. Pandangan matanya lalu turun ke wajah Ryuri. Wajah yang begitu man… apa? Apa yang ingin ia katakan?
Ia membuang pandangannya. Ia memandang seorang lelaki paruh baya di hadapannya. Siapapun asal bukan gadis itu. Untuk melupakan semua pikirannya barusan. Namun matanya menangkap sesuatu. Tangan besar lelaki tersebut. Tangan itu mendekat ke arah bokong Ryuri. Tangan jail..
Daehyun mencengkram tangan tersebut dengan keras. Sekeras yang ia bisa. Ia lalu menatap tajam sang pemilik tangan tersebut. Tatapan mereka bertemu. Mata Daehyun seperti mengisyaratkan don’t-touch-it pada lelaki tersebut. Daehyun melepaskan cengkramannya dengan kasar. Lelaki tersebut menunduk, lalu secepat mungkin menghindari Daehyun dan tatapannya itu. Ia mendesak orang-orang yang sedang berdiri agar menjauhi Daehyun.
“Ada apa?” suara Ryuri mengejutkannya. Ryuri menatap mata Daehyun dengan heran. Gadis itu tak tau yang sebelumnya terjadi. Ia tak tau apa-apa.
“Tidak. Tidak ada apa-apa,” kata Daehyun santai. Lebih baik jika memang Ryuri tak mengetahuinya. Daehyun kembali memandang sekeliling, sekaligus mengawasi sekeliling. Rasanya berbeda. Rasanya seperti ia melakukan sesuatu yang berarti. Tadi ia mencegah tindak pelecehan seksual. Bukan. Tepatnya ia melindungi Ryuri. Ia melindungi gadis itu. Perlahan ia memandang lagi wajah itu. Ryuri yang sedang terdiam. Rambutnya yang tergerai hampir menutupi sebagian wajahnya yang lembut itu. Dan wajah itu menoleh tiba-tiba ke arahnya dengan senyuman, “kita sudah sampai!”
Tangan Ryuri menggandeng tangan Daehyun menuju pintu keluar. Entah kenapa seakan ia suka berada di dalam kereta.
Mendadak suhu tubuh Daehyun meningkat.
Tak lama, mereka sampai ke sebuah toko musik. Ryurui menjajaki kakinya ke dalam. Ia melihat-lihat album-album dari banyak musisi terkenal Korea dan dunia. Saking seriusnya, ia meninggalkan Daehyun yang tadi di sampingnya.
Daehyun memandang gadis itu. Ryuri nampaknya sudah sibuk dengan urusannya. Jadi ia putuskan untuk pergi melihat-lihat sendiri. Ia tak pernah benar-benar tertarik dengan musik sebelumnya. Ia tak tau banyak tentang musik. Ia hanya mengetahui band-band lokal yang sedang terkenal saat ini.
Ia melirik sebuah sample album ‘Catch  Me’ milik TVXQ *cyeelah numpang tenar*. Ia mengambilnya dan mencobanya di sebuah pemutar lagu. Daehyun memakai earphone yang tersedia. Ia mendengarkan lagu ‘Catch Me’. Musik berdentum dengan sangat baik di telinga. Setelah ia mendengarkan beberapa lagu, seseorang menepuk bahunya.
“Kau suka TVXQ?” tanya Ryuri yang kini berdiri di sampingnya. Daehyun tak mendengar ucapannya dengan jelas, ia lalu melepas eraphone-nya, “ne?
Ryuri mendengus, “kau suka TVXQ?” tanyanya lagi.
“Tidak juga,” kata Daehyun.
“Mungkin kau suka Big Bang?” air muka Ryuri menjadi cerah. Di tangannya, ia sudah menggenggam sekantong plastik berisi sebuah album ‘Still Alive’ milik Big Bang. *ini author kehabisan ide. Maklum yah-_-v*
“Kau beli itu?” tanya Daehyun. Ryuri  mengangguk, “kau suka?”
Daehyun menggeleng pelan, “tidak juga.”
Ryuri cemberut, ia mengambil sebuah album Big Bang yang terpajang sebagai sample. “Kau harus dengar.”
Daehyun meliriknya, mungkin tak ada salahnya mencoba. Ia melepas kepingan CD TVXQ. Namun entah mengapa rasanya sulit sekali. Ada kemungkinan CD tersebut tersangkut di…
PRAK.
Mata Daehyun membelalak. Ryuri pun sama, melihat hal di depan mereka. Kepingan CD tersebut pecah terbelah dua.
“Apa yang.. Kau!” bisik Ryuri setengah berteriak.
Tangan Daehyun sedikit gemetar. Ia benar-benar bingung akan apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia menoleh pada Ryuri. “Kau bawa uang lebih?”
Ryuri mengerutkan dahi, “apa kau tak bawa uang?”
“Kira-kira.. hanya cukup untuk ongkos..”
“Ah, sial,” gerutu Ryuri. “Aku hanya bawa uang untuk ini.”
Daehyun memandang sekeliling. Berharap semoga siapapun tak ada yang melihat perbuatannya barusan. Namun harapannya tak terkabul. Seorang penjaga toko tengah mengawasi mereka sedari tadi. Penjaga toko itu menghampiri mereka dengan tatapan tajamnya, “permisi..”
Daehyun mencoba tersenyum, meskipun senyumannya lebih tampak seperti orang meringis, “ya?”
“Apa kau akan membayar untuk itu?” tanya sang penjaga toko.
“Oh.. itu..” Daehyun menatap Ryuri yang hanya diam. Ia tak mau menambah urusan. Semua ini salah Daehyun, jadi ia tak mau ikut campur dengan semua ini. Namun, Daehyun bersamanya. Mau tak mau, ia jadi terlibat.
“Hana..” bisik Daehyun. Ryuri mengernyit, “uh?”
“Dul… Set. Lari!” Daehyun menarik tangan Ryuri erat. Ia berlari sekencang kencangnya. Ryuri mengikuti langkah kakinya yang panjang. Ia terlalu terkejut, sehingga ia belum senpat mengatur nafasnya.
Scurity! Tangkap pencuri itu!”
Segera, seorang scurity mengejar mereka. Daehyun mendengar panggilan itu. Ia tak mau menoleh ke belakang. Otaknya tak bisa bekerja lancar. Yang ada di pikirannya saat itu hanyalah menghindari masalahnya yang menyangkut orang itu. Dan membawa Ryuri aman.
Mereka melewati sebuah jalan sempit. Daehyun mengajak Ryuri bersembunyi. Hingga beberapa saat mereka diam di sana. Sepertinya scurity itu telah gagal menemukan mereka.
“Gwaenchanha?” tanya Daehyun. Nafasnya masih terengah-engah. Ia memandangi Ryuri yang pucat. Semoga gadis itu baik-baik saja.
Ryuri memandang Daehyun dengan marah. Kemudian ia menjitak kepala Daehyun. Daehyun terdiam. Merasakan desiran hangat di seluruh tubuhnya ketika tangan gadis itu menyentuh rambutnya.
“Neon..,” Ryuri melepaskan kepalannya, “michyeo..”
Daehyun menghela nafas. Tadinya, ia Ryuri akan memarahinya. Atau bisa jadi membencinya. Gadis itu tidak seburuk yang ia pikirkan.
“Kau harus ingat..” Ryuri mengacungkan jari telunjuknya. Kemudian ua menunjuk kepingan CD yang sudah patah, “kau punya hutang. Hutang harus dibayar.”
“Geurae, aku akan membayarnya suatu saat,” kata Daehyun.
Ryuri tersenyum, “untuk apa kau bawa kepingan CD itu?”
 “Aku panik,” Daehyun hanya nyengir.
“Dasar,” Ryuri tertawa. Melihat tawa itu, Daehyun pun ikut tertawa bersamanya.
Nafas Daehyun kini sudah bisa diaturnya. Angin berhembus tengah menyejukkan mereka berdua. Daehyun dapat menerima oksigen itu. Oksigen membuatnya kembali bernafas normal. Mungkin tepatnya, gadis itulah yang seperti oksigen baginya.
*You Belong With Him*
Lagu ‘Blue’ milik Big Bang terputar manis di mp3 player milik Ryuri. Sambil berjalan santai di koridor sekolahnya yang sepi, ia mendengarkan musik melalui headset yang menggantung di telinganya. *terserah gue ya.. pan gua author :p*
Jinyoung nampak sedang berdiri berpaut beberapa meter tak jauh darinya. Ryuri memandang wajah namja itu. Mata mereka bertemu, namun Jinyoung buru-buru menunduk, membuang pandangannya. Ryuri benar-benar tak tau apa yang terjadi pada Jinyoung sehingga menyebabkannya menjadi berubah total seperti ini. Ia menghentikan langkahnya, terus menaruh perhatian pada Jinyoung. Tapi Jinyoung terus berjalan lurus tanpa memperhatikannya.
Bibir Ryuri bergetar. Ingin sekali ia memanggil namanya itu. Ingin sekali ia menghentikan langkah namja itu. Ingin sekali ia berkata ‘aku merindukan—‘
Ryuri mengurungkan niatnya. Sebaiknya ia tak perlu melakukannya. Ia hanya harus mengabaikan semuanya. Anggap saja tak pernah ada kejadian seperti ini. Anggap saja tak pernah ada Jinyoung yang seperti dulu ia kenal. Ia memutuskan kembali berjalan. Meninggalkan tempatnya berpijak barusan.
Jinyoung mendengar langkah kaki Ryuri. Ia berusaha keras mencegah keinginannya untuk memandang gadis itu. Bodohnya, apa yang ia lakukan, ia tetap berbalik memandang punggung Ryuri. Yang semakin lama semakin menjauh darinya. Sungguh ia sangat merindukan gadis itu. Ingin sekali ia menghentikan gadis itu. Mengusap rambutnya, lalu memeluknya. namun langkah yang diambilnya sudah terlalu jauh. Ia sudah terlanjur bersikap yang tidak seharusnya pada Ryuri. Dan Ryuri juga sudah melangkah jauh darinya. Bukan itu yang Jinyoung inginkan.
“Kajima…”

To be continued...