Laman

Kamis, 31 Januari 2013

FF: You Belong With Him [Part 5]





Title : You Belong With Him
Author : @AiXia0929
Genre : Romance
Length : 6 shoot
Cast :
Choi Ryu Ri as Choi Ryu Ri
B1A4 Jin Young as Jung Jin Young
B.A.P Dae Hyun as Jung Dae Hyun

Jinyoung mendengar langkah kaki Ryuri. Ia berusaha keras mencegah keinginannya untuk memandang gadis itu. Bodohnya, apa yang ia lakukan, ia tetap berbalik memandang punggung Ryuri. Yang semakin lama semakin menjauh darinya. Sungguh ia sangat merindukan gadis itu. Ingin sekali ia menghentikan gadis itu. Mengusap rambutnya, lalu memeluknya. namun langkah yang diambilnya sudah terlalu jauh. Ia sudah terlanjur bersikap yang tidak seharusnya pada Ryuri. Dan Ryuri juga sudah melangkah jauh darinya. Bukan itu yang Jinyoung inginkan.
“Kajima…” kata-kata itu tiba-tiba terlontar dari bibir Jinyoung. Membuat Ryuri menghentikan langkahnya. Bisikan yang cukup pelan itu masih terdengar jelas di sepanjang koridor yang sepi. Hanya ada Ryuri dan Jinyoung di sana. Ryuri hanya diam. Yang mengatakan hal itu pasti Jinyoung. Ryuri berpikir sejenak, memastikan bahwa pendengarannya tadi tak salah. Ia lalu berbalik memandang Jinyoung yang berdiri menghadap padanya.
Jinyoung menggeleng pelan. Ia pasti sedang tak sadarkan diri tadi. Kedua matanya pun hampir basah. Ryuri tak boleh melihat ini. Ia tak boleh tau. Jinyoung berlari menjauhi Ryuri.
Ryuri tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Jinyoung bertindak aneh padanya akhir-akhir ini. Dan kali ini lebih aneh. Ia tak tau apa-apa, maka ia harus mencari kepastian. Ryuri berlari. Mengejar Jinyoung yang cukup jauh darinya.
“Seonbae!” Ryuri berseru memanggil Jinyoung. Tetapi Jinyoung tak mempedulikan panggilannya.
Sialnya. Tali sepatunya yang terlepas menghambat langkahnya. Ryuri tersungkur di lantai. Nafasnya terengah-engah. Baiklah. Mungkin ia tak seharusnya mengejar namja itu.
“Gwaenchanhayo?” suara yang tak asing itu terdengar jelas. Kini Jinyoung berlutut di sampingnya. Ryuri memandang wajah Jinyoung. Wajah yang begitu khawatir. Pandangan Ryuri terfokus pada kedua mata Jinyoung yang berkaca. Semua di hadapannya membuatnya semakin tak bisa mengerti apa yang namja itu inginkan.
“Ne..” ucap Ryuri. Jinyoung membantu Ryuri berdiri. Ryuri lalu mengarah pada tangan Jinyoung yang bergetar. Dan tubuhnya yang terlihat begitu lemah.
“Bolehkah… aku memelukmu?” kata Jinyoung tiba-tiba.
Ryuri membelalakan matanya, “huh?”
Jinyoung menggeleng lagi. Ia tak tau apa yang sekarang menguasai pikirannya. Tapi ia sungguh tak bisa mengontrol hatinya, maupun pikirannya. Ia tak tau bagaimana semua bisa terjadi begitu saja.
Jinyoung berlari lagi. Menjauh, kemana saja asal tak berada di hadapan Ryuri lagi. Ryuri masih berdiri mematung. Apa yang terjadi barusan, memberikan tanda tanya besar baginya. Tapi hatinya bisa sedikit lebih tenang.
Ada kemungkinan Jinyoung merindukannya juga.
*You Belong With Him*
Ryuri tak lagi bisa menahan dirinya untuk tetap diam. Ia mencari sosok Jinyoung. Ketika ia menemukan sosok itu, ia segera mempercepat langkahnya, menyusul langkah kaki panjang Jinyoung. Ryuri harus memperjelas semua ini. Semua yang menjadi tanda baginya.
“Sunbae…” panggil Ryuri lirih.
Meski Jinyoung mendengar suara itu, sebisa mungkin ia terus berjalan. Berusaha menutup rapat-rapat telinganya. Seakan tak terjadi apa-apa. Tak ada yang mengganggu langkahnya atau mencoba menghentikan langkahnya. Ya, seperti itu.
“Jung Jinyoung-sunbaenim…” Ryuri memanggil lengkap nama Jinyoung. Jinyoung, pemilik nama itu, bagaimana bisa ia mengabaikan seseorang yang telah memanggil namanya?
Namun Jinyoung menumpas semua pikirannya. Terus beranggapan bahwa tak ada yang terjadi. Mengabaikan semua yang ada di sekelilingnya.
Jinyoung terus berjalan. Ryuri menatap punggung itu. Yang tak mempedulikannya. Ryuri menghentikan langkahnya. Percuma saja. Berapa kalipun memanggil, ia tak akan menoleh sedikitpun. Ryuri menyerah memanggilnya. Bukan cara ini yang terbaik. Pasti ada cara lain.
“Sunbae..” panggil Ryuri sekali lagi, “kau boleh.. memelukku.”
Langkah kaki Jinyoung pada akhirnya berhenti. Kalimat singkat itu membuat detak jantungnya melonjak. Kalimat jawaban atas pertanyaan konyolnya tadi. Meskipun pertanyaan itu dilontarkannya begitu saja, diluar kendalinya.
Ryuri berjalan mendekati Jinyoung. Sehingga punggungnya tepat dihadapannya, “Sunbae.. lakukan saja.. apa yang kau inginkan.”
Jinyoung tak pernah ingkar janji. Dan tak bisa. Tapi untuk kali ini saja. Ia tak bisa memegang kuat janjinya. Semoga Tuhan tak menghukumnnya. Untuk sekali ini, ia ingin mengingkari janjinya.
Jinyoung berbalik. Dan meraih bahu Ryuri. Menariknya ke pelukannya. Tangan Jinyoung memegang kepala gadis itu. Lalu membelainya lembut. Ia memeluk Ryuri cukup erat. Terdengar bodoh, tapi ia memang tak ingin melepaskannya. Biarlah hanya kali ini ia merasakan semua ini. Tak peduli dengan sekelilingnya, siapapun yang memperhatikannya. Yang penting gadis itu ada di sisinya. Untuk waktu yang terasa sangat lama baginya, ia bisa memeluk gadis yang sejak lama memang diinginkannya.
Ryuri diam. Ia hanya membiarkan sikap Jinyoung tanpa merespon apapun. Rasanya hatinya begitu tenang berada di sampingnya. Cukup. Ia tak butuh lagi penjelasan lebih. Waktu akan menjawab semuanya. Ia akan tau semuanya meski bukan sekarang. Untuk saat ini, cukup ada Jinyoung di sampingnya. Seakan inilah apa yang ia butuhkan.
*You Belong With Him*
Masih terasa pelukan hangat dari Jinyoung sore tadi. Mengetahui bahwa namja itu tidak sepenuhnya membencinya benar-benar membuatnya lebih tenang.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Ryuri membelalak melihat nama yang tertulis di ponselnya. Daehyun. Untuk apa ia menelepon malam-malam begini?
Ryuri menjawab panggilannya, “yeoboseyo?”
Er, Ryuri?”
“Ne, mwoya?”
Er, kau sedang apa?” tanya Daehyun.
Ryuri terkekeh, “ayolah, kau bukan orang yang suka basa-basi. Ada apa?”
Daehyun menggaruk kepalanya. Seharusnya memang ia tak mengatakan hal yang tak penting. Hanya saja ia bingung harus memulai darimana, “kau mau pergi?”
Ryuri mengernyitkan dahinya. Daehyun nampak tak seperti biasanya. “Ke mana?”
Ada sesuatu yang benar-benar keren.”
Jinyoung memperhatikan gerak-gerik Daehyun sedari tadi. Seharusnya ia tak usah peduli. Tapi Daehyun mencuri perhatiannya. Akhir-akhir ini Daehyun memang terlihat berbeda. Ia berubah. Pertama, karena Daehyun telah berjanji padanya. Kedua, mungkin saja karena gadis itu.
Daehyun meraih jaketnya. Lalu melewati Jinyoung yang sedang duduk. “Kau mau kemana?”
Daehyun menoleh, “aku rasa kau sudah menduganya.”
Ia lalu menghampiri Appa. “Aku ingin pergi. Tak akan lama.”
Appa hanya mengangguk, selanjutnya bermaksud menasihatinya. Namun terlebih dahulu Daehyun menyergahnya, “tenang saja. Aku bukannya ingin berkelahi,” lalu ia tersenyum. Appa tau anak lelakinya ini memang sudah berubah akhir-akhir ini. Mungkin tak ada salahnya jika ia memberikan kebebasan sedikit pada Daehyun.
Setelah pamit pada Appa-nya. Daehyun bergegas pergi. Jinyoung mengamati Daehyun. Ia memang terlihat lebih baik sekarang. Appa menghampiri Jinyoung lalu duduk di sampingnya. “Gomapta..”
Kemudian Appa menepuk bahunya, “—untuk apa yang kau berikan.” Jinyoung tersenyum memandang Appa-nya. Mungkin melihat senyum Appa-nya bisa membuat perasaannya baik. Setidaknya semuanya setimpal.
*You Belong With Him*
“Kau menggunakan sepeda motor?” Ryuri menatap Daehyun heran. Namja itu kini sudah di depan rumahnya. Dengan sebuah sepeda motor. Daehyun nyengir lebar.
“Kau dapatkan darimana sepeda motor itu?” tanya Ryuri.
“Yang penting sekarang ada tumpangan. Ya kan?”
Ryuri terkekeh, “terserah. Tapi jika itu sepeda motor curian, aku tak mau ikut campur.”
“Okay,” kata Daehyun. Ryuri naik ke atas sepeda motor. Ia memegang bahu Daehyun lalu menariknya, mendekati telinganya, “jangan culik aku.”
Daehyun tertawa, “bagaimana kalau itu terjadi?”
“Aku akan melaporkanmu pada pihak berwajib,” ancam Ryuri.
“Tak masalah,” kata Daehyun lalu mereka tertawa. Daehyun menyalakan mesin motornya. Lalu mereka melaju cukup kencang. Daehyun tersenyum sendiri mengetahui ia berhasil membuat Ryuri berpegangan erat padanya. Tentang sepeda motor, Daehyun meminjamnya dari salah satu temannya. Apa saja asal bisa menyenangkan gadis itu.
“Daehyun-a, kau mau membawaku kemana?” tanya Ryuri di sela jalan.
“Ke suatu tempat,” kata Daehyun.
“Iya, tempat apa?” tanya Ryuri. Daehyun tak menjawab. Tak lama kemudian mereka sampai pada sebuah lapangan luas. Banyak orang muda berkumpul di sana. Seperti sebuah perkumpulan yang cukup besar. Terlihat seperti festival..
Tiba-tiba sebuah cahaya meluncur ke atas langit. Lalu meledak dan menyemburkan cahaya warna-warni. Mata Ryuri hampir tak berkedip untuk sesaat. Terpesona akan apa yang dipandanginya saat ini. Bukan, bukan karena ia belum pernah melihat kembang api sebelumnya. Tapi karena suatu hal.
“Inikah yang ingin kau tunjukkan padaku?” tanya Ryuri menatap Daehyun yang sedang tersenyum lebar menonton pertunjukkan yang sedang berlangsung. Menyadari pertanyaan Ryuri, ia hanya cengengesan.
“Yeppeo..” ucap Ryuri. Daehyun terdiam sejenak. Melihat wajah gadis itu tengah terpesona karenanya. Tepatnya, karena kembang api itu.
“Kau... untuk apa mengajakku ke tempat ini?” tanya Ryuri.
“Wae? Kau tidak suka?” Daehyun balik bertanya. Ryuri menggeleng seraya tersenyum, “aniya, nan johayo..”
Daehyun memandangi Ryuri. Gadis itu sekarang sibuk mendongak. Memandang langit yang berhiaskan kembang api yang bergantian meluncur.
Ryuri menyadari Daehyun sedang memandanginya. Ini seperti bukan Daehyun. Atau ini memang Daehyun yang sebenarnya? Ryuri memang belum terlalu lama mengenal Daehyun. Tapi ia cukup tau tentang sifat anak ini. Bersenang-senang sepertinya bukan salah satunya. Ia masih penasaran adalah, apa alasan Daehyun mengajaknya ke tempat ini. Namun yang menjadi teka-teki adalah pertanyaan daehyun, ‘Wae? Kau tidak suka?’
Apakah Daehyun hanya ingin membuatnya suka?
“Daehyun-ah..” panggil Ryuri. Daehyun terkejut, ia langsung mengalihkan pandangannya, “eo?”
“Kau bukan orang yang buruk..”
Daehyun menoleh, “eo?”
Ryuri masih menatap lurus pemandangan di hadapannya, “ya maksudku.. kau tidak seperti yang kuduga sebelumnya. Kau itu sebenarnya orang yang menyebalkan, tapi sebenarnya kau orang yang..”
“Yang..?”
“Menyenangkan.”
Sebuah kembang api memancar di langit. Meledak cetar cetar membahana nan menggelegar (?). Dentuman keras itu juga terjadi di jantungnya. Bahkan seakan lebih keras. Lebih cepat. Dan terus menerus..
Daehyun menatap terus kedua mata Ryuri.  Ryuri merasa aneh dengan sikap Daehyun. Ia membalas tatapan itu. Berpikir, apa maksud dari tatapan itu. Tatapan yang begitu berani. Tatapan yang tak lepas sedikitpun darinya.
Tiba-tiba Daehyun menarik kasar kedua bahu Ryuri. Lalu mengecup bibirnya dengan cepat.
Oh, semoga saja Ryuri tidak mati berdiri sekarang. Karena detak jantungnya begitu cepat, hampir tak bisa dikendalikannya.
Otaknya sudah tidak bisa berpikir lancar, jadi ia hanya diam mematung tanpa bereaksi atas apa yang terjadi padanya. Namja itu telah mencuri ciuman pertamanya.
Hingga Daehyun melepas ciumannya. Ryuri masih diam, sementara Daehyun mengatur nafasnya. Wakah Ryuri memerah. Ia menyembunyikannyadengan menyandarkan dahinya di bahu Daehyun. Ia tak pernah membayangkan apalagi menyangka hal ini akan terjadi.
Daehyun hanya diam. Mulutnya seakan terkunci. Ia tak bicara sebelum Ryuri yang memulai.
Ryuri pun sama. Ia diam. Ia tak tau apa yang harus dikatakan. Hanya suara ramai dari orang-orang di sekitar mereka dan gemuruh kembang api di angkasa. Namun hening di antara mereka berdua.
Tidak. Tidak boleh terus seperti ini.
“Daehyun-ah..” Ryuri akhirnya berbisik. Bisikkan yang cukup pelan. Namun bibir Ryuri terlalu dekat. Dekat hingga bisa terdengar jelas oleh Daehyun.
“Yeh..”
“Pulang..” ucap Ryuri.
“Eoh?”
“Kita sebaiknya pulang,” kata Ryuri dengan jelas.
“Geurae.. kita pulang,” kata Daehyun. Ia menarik tubuhnya dari Ryuri. Membuat jarak diantara mereka. Daehyun tertunduk. Betapa bodohnya dia. Apa yang dilakukannya tadi? Menciumnya? Dengan alasan apa? Bukankah seharusnya ia minta maaf?
Ryuri hanya mengekor pada Daehyun. Bibirnya terkunci rapat. Kecupan itu masih terasa di bibirnya. Sudahlah, jangan pikirkan itu.
Daehyun menuju motornya, lalu menaikinya. Ryuri menaiki motor itu dengan ragu.
“Berpeganganlah..” ucap Daehyun. Ryuri menurut. Perlahan jari-jemarinya meraih jaket hangat Daehyun. Debaran jantungnya tidak stabil. Kacau. Baru saja ia bisa menenangkannya, tapi sekarang debaran itu kembali bertempo cepat.
Daehyun menarik nafas dalam. mencoba memulihkan konsentrasinya sebelum melajukan motornya. Lagipula, apa yang telah ia lakukan? Ingin sekali ia memukuli kepalanya sekarang juga. Ia telah melakukan hal bodoh.
Cahaya lampu menerangi jalan yang cukup sepi. Hingga hanya terdengar suara deru motor mereka. Tidak. Ada suara deru motor yang lain. Dan cahaya-cahaya kecil berlari ke arah mereka.  Beberapa sepeda motor nampak datang dari arah berlawanan. Sepeda motor itu berhenti di depan mereka dan menghalangi jalan mereka.
Seorang namja turun dari salah satu sepeda motor diikuti dengan kedua temannya. Namja itu mendekatkan dirinya ke arah cahaya, sehingga Daehyun dapat melihat jelas wajahnya. Daehyun membelalakan matanya ketika ia dapat mengenali wajah tersebut. Wajah dengan penuh amarah. Ia Joowon. *ciye jadi cameo*
“Apa kabar, ‘kawan’?” kata Joowon sambil menyeringai.
“Sedang apa kau di sini?” tanya Daehyun dengan wajah cemas. Ryuri menatap keadaan di hadapannya dengan bingung. Kenapa Daehyun berwajah seperti itu? Kenapa namja itu tiba-tiba menjegat mereka? Ada yang tidak beres.
“Sudah lama kita tak bertemu. Aku ingin tau bagaimana keadaanmu,” Joowon mendekati Daehyun. Kalimatnya tadi terdengar bersahabat, tapi tidak seperti itu. Tidak seperti itu yang dirasakan Ryuri.
“Nugu…?” tanya Ryuri tiba-tiba. Ia tidak bisa diam terus.
“Oh! Siapa ini? Pacarmukah?” kata Joowon dengan tatapan menghardik. Ryuri tidak suka tatapan itu.
“Apa pedulimu?” kata Daehyun.
“Oh ya. Aku tidak peduli. Dan kau juga tidak pernah peduli padaku. Dengan apa yang telah kau lakukan padaku.”
Namja itu menarik kerah jaketnya. Ia menunjukkan bahunya yang terdapat goresan luka sehabis dijahit. Ryuri mengerutkan dahi memandangnya. Luka apa itu? Kenapa bisa terluka? Dan siapa juga kedua namja yang ada di sampingnya?
“Mau apa kau sebenarnya?” tanya Daehyun muak.
“Aku ingin kau tau rasanya seperti aku.”
Hening sejenak. Kemudian Joowon memberi kode kepada dua temannya. Salah satu temannya mengepalkan tangannya, berusaha meninju Daehyun. Ryuri mengetahui gerak-gerik itu. Dengan cepat, ia mencegah perbuatan namja itu, lalu melepaskan tangannya.
“Ada apa sebenarnya?” seru Ryuri tak sabar.
“Yaa, kau tak usah ikut campur!” kata namja itu.
“Bagaimana bisa aku tidak ikut campur? Jelas-jelas kau tiba-tiba datang dan mengganggu kami dengan alasan yang tidak jelas!”
“Dasar kau..”
“Cukup,” Joowon menghentikan perdebatan Ryuri. “—Kami bukan datang dengan alasan yang tidak jelas. Aku rasa semua sudah cukup jelas, ya kan Daehyun?” namja itu melirik Daehyun.
Namja di sampingnya lalu meninju Daehyun dengan tiba-tiba. Tidak terima, Ryuri membela Daehyun. Dengan ilmu taekwondo-nya, ia balik meninju namja itu. Semua tercengang termasuk namja itu. Ia hampir saja jatuh karena pukulan Ryuri.
Namja itu tak mau kalah dengan Ryuri. Tak peduli yeoja atau bukan. Ia malah berkelahi dengan Ryuri. Mencoba meninju Ryuri, namun Ryuri menahan tangannya. Ryuri memutar tangan panjang namja itu. Namja itu merintih kesakitan. Untuk melepas rasa sakitnya, refleks ia membanting Ryuri.
Brak.
“ARGH!” jerit Ryuri dengan keras.
“RYURI-YA!!”

To be continued..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar