Laman

Jumat, 10 Mei 2013

FF: Officially Boyfriend [Part 2]


Title : Officially Boyfriend
Genre : Romance
Cast :
Choi Ryu Ri as Choi Ryu Ri
Block B Zico as Woo Ji Ho
B.A.P Bang as Bang Yong Guk
Length : Two Shoot
Note : It’s my original FanFiction. Sorry for the typo. Sorry for the failed story. And thanks to read, guys! Happy Reading.. :)

Awalnya tidak ada yang menarik sebelum ia menyadari apa yang terdapat disana. Ryuri membelalakkan matanya. Seperti apa Jiho sebenarnya? Apa dia menyembunyikan sesuatu? Apa Jiho menderita.. kelainan?
Tiba-tiba seseorang menepuk bahu Ryuri.  Ryuri berbalik. Sekarang Jiho tengah menatapnya begitu tajam. Ryuri hanya bisa diam mematung.
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Jiho. Entah kenapa wajah namja ini sekarang jadi terlihat menyeramkan di matanya.
“Aku hanya..”
“Hanya?” Jiho menatap Ryuri konkrit, tak sabar menunggu jawaban Ryuri.
“Hanya melihat-lihat. Maaf aku lancang,” ucap Ryuri.
“Tidak perlu minta maaf. Aku tak apa. Yang penting sekarang adalah.. apa kau tak apa?” tanya Jiho. Pertanyaan Jiho malah membuat Ryuri lebih bingung lagi.
“Apa?”
“Setelah mengetahui semua ini. Kau pasti menganggapku aneh,” ungkap Jiho.
Ryuri memandang wajah Jiho yang begitu jujur kali ini. Mungkin ia memang tidak bermaksud menyembunyikan. Hanya saja ia belum memberitau Ryuri. “Kau benar-benar menyukainya?”
“Ya.”
Ryrui melempar pandangan ke sekeliling. Beberapa stuff Hello Kitty seperti tas, bantal, dan jam dinding di sana.
“Yah, terkadang kita tidak bisa menyalahkan apa yang kita sukai.”
Jiho memandang nanar gadis tersebut. “Kau cukup bijak ya?”
“Eh? Jinja? Ah tidak.. Aku..”
Jiho tersenyum senang. “Kenapa kau manis sekali, huh?” Jiho mencubit hidung Ryuri. Ryuri gemas, balas mencubit hidung Jiho.
“Kenapa hidungmu besar sekali, huh?”
Jiho tertawa, “ayo ikut.”
Jiho menarik tangan Ryuri. Ryuri menahan dirinya, bertindak was-was. “Mau apa kau?”
“Aku tak akan berbuat jahat,” ucap Jiho seakan bisa membaca pikiran Ryuri. Memang berdua saja di kamar harus diwaspadai.
“Benar?” Ryuri meyakinkan.
“Benar.”
Entah kenapa Ryuri jadi mudah percaya padanya. Jiho duduk bersandar di ranjang. Ryuri mengikutinya. Untuk beberapa saat, hanya ada diam diantara mereka.
“Jadi, sejak kapan kau menjadi penggemar Hello Kitty?” Ryuri membuka pembicaraan.
“Entahlah. Sudah lama.”
“Kenapa kau suka mereka?”
“Mereka sangat manis. Tapi kau lebih manis.”
Ryuri tertawa pelan, “cih.”
“Aku juga ingin tau apa yang kau sukai. Beritahu aku,” kata Jiho.
Ryuri mengadahkan kepalanya, berpikir sejenak tentang hal-hal yang disukainya. “Aku suka susu strawberry. Kau?”
“Aku suka kamu.”
=Officially Boyfriend=

Without permission, why you came into my heart?
You were wandering in my head all night long
Now, I’m really curious about all of you
Even your lack is good for me..
(SISTAR19 – A Girl In Love)

Ryuri baru saja terbangun dari tidurnya, mendapati ruang tidurnya sudah sangat terang di sinari matahari. Ini hari Minggu. Ia kesiangan lagi. Bukan kesiangan, tepatnya memang sengaja bangun siang.
Hal yang pertama dilakukan Ryuri setelah bangun tidur adalah mengecek ponselnya. Ia meraih ponselnya yang tergeletak di buffet di samping ranjangnya.
Ada satu panggilan tak terjawab dari Yongguk. Dan satu pesan darinya juga. Ryuri membaca pesan tersebut.
Sulit sekali meluangkan waktu untukmu, Ryu-ya. Besok sore mau pergi denganku?^^
Ryuri tersenyum membacanya. Jarang sekali Yongguk punya waktu luang untuknya. Minggu ini waktunya mereka bisa pergi bersama lagi.
Ryuri melirik ke arah jam dindingnya. Ia membelalak, “eomeona! Jam berapa ini?” Ryuri segera berlari ke kamar mandi setelah mengetahui sekarang jam menunjukkan pukul 12 siang.
Setelah ia selesai mandi, segera ia menghampiri ponselnya. Karena terburu-burunya, Ryuri lupa membalas pesan Yongguk. Saat ia akan membalas pesan, tiba-tiba sebuah pesan diterima. Dari Jiho?
Sepertinya cuaca yang baik untuk jalan-jalan. Denganmu akan lebih baik. Temui aku di =biip sensor :p= jam 4 sore, oke? :D
Seketika Ryuri seakan diam mematung. Pesan dari Jiho barusan membuatnya bingung harus bagaimana. Jiho mengajaknya pergi, sementara Yongguk juga begitu. Tapi Yongguk mengajaknya lebih dulu.
Tiba-tiba ponsel Ryuri berdering. Sebuah panggilan dari Yongguk. Angkat atau tidak? Angkat.. Tidak.. Angkat.. Tidak..
“Yeoboseyo?” Ryuri menjawab panggilan tersebut.
“Ryu-ya?” panggil Yongguk.
“Erh, ne?”
“Aku meneleponmu semalam. Tapi kau tidak menjawabnya. Apa kau sudah tidur semalam?” tanya Yongguk.
“Ne, kau tau aku jika sudah tidur,” kata Ryuri.
“Ne, araseo. Kau baca pesanku kan? Bagaimana hari ini?  Kau bisa pergi denganku?”
“Oh itu..” Ryuri diam sejenak. Ia punya cukup waktu hari ini. Seharusnya bisa. Tapi sesuatu seperti menjegat hatinya. “Maaf, aku tak bisa..”
“Kenapa? Ada sesuatu?”
“Aku.. sudah punya janji.”
“Janji? Dengan siapa?” tanya Yongguk.
“Dengan Eomma. Aku janji mau mengantarnya pergi.”
Yongguk mendesah pelan. Kapan lagi dia bisa pergi berdua dengan Ryuri jika bukan sekarang. Mungkin ini memang bukan waktu yang tepat untuknya. Ia memutuskan tak usah banyak bertanya lagi.
“Ah, sayang sekali. Padahal aku sangat berharap bisa pergi hari ini. Denganmu.”
“Aku juga begitu. Makanya maafkan aku..” ucap Ryuri.
“Tidak apa-apa. Kita masih bisa bertemu lain kali.”
“Ya, benar.”
“Baiklah, sampai jumpa lain waktu. Aku merindukanmu.”
“Aku merindukanmu juga..”
Sambungan telepon pun terputus. Ryuri terduduk lemas. Bohong. Ia telah berbohong.
“Maafkan aku.. Maafkan aku bohong…”
=Officially Boyfriend=
Jika kau tak mau mengambil resiko, maka jangan pernah memulai..
Jiho bersandar di sebuah pohon, sesekali ia berjalan-jalan di sekitar untuk menghilangkan rasa bosannya. Bahkan ia lebih memilih begitu, daripada duduk diam. Sebelumnya ia belum pernah seperti ini, datang lebih awal dari yang dijanjikan. Hanya satu orang dalam hidupnya yang berhasil membuatnya seperti ini. Ryuri.
“Sudah lama menunggu?” tanya Ryuri yang kini sudah berada di samping Jiho.
“Ah, ya. Lama banget,” kata Jiho merengek.
“Mianhae. Memangnya kita mau pergi ke mana?” tanya Ryuri.
Jiho tersenyum. Ia lalu menggandeng tangan Ryuri. Ia lalu mengajak gadis itu ke suatu tempat.
“Ice cream?”
Jiho mengangguk. Ryuri memandangi dua mangkuk besar ice cream strawberry di hadapannya.
Jiho mendekatkan kepalanya, “kita main.”
“Main?”
“Siapa yang paling cepat habis? Dia menang. Yang menang boleh minta apa saja dari yang kalah.”
Ryuri tertawa, “memang apa yang kau inginkan dariku?”
“Kau siap?”
“Ya,”
“Hana, dul, si~jak!”
Ryuri dan Jiho pun melahap ice cream di hadapan mereka dengan cepat. Benar-benar seperti singa kelaparan. Orang-orang di sekeliling pun tampak herang dengan kelakuan mereka.
Ice cream Ryuri dan Jiho sudah tinggal sedikit lagi habis.
“Ryu-ya?”
Ryuri melihat sosok itu. Postur tegap yang selalu dikenalinya. Wajah yang memang tak asing lagi. Kenapa ada di sini? Kenapa Yongguk ada di sini?
Ryuri memegang kuat tangan Jiho. Ia menundukkan kepalanya. Namun pandangan matanya masih mengawasi Yongguk.
“Kau kenapa?” tanya Jiho.
“Yongguk-Oppa.. ada di sini..”
“Mwo?” Jiho memandang sekeliling. Akhirnya dia menemukan Yongguk di sana. Di saat yang sama, Yongguk melihay wajah Jiho. Jiho segera mengalihkan pandangan.
“Jiho-ya? Jiho-ya!” Yongguk memanggil Jiho.
“Dia mengenaliku.. Sekarang bagaimana?” tanya Jiho berbisik pada Ryuri.
Yongguk baru saja akan menghampiri Jiho. Langkahnya terhenti saat ia melihat gadis di hadapan Jiho. Gadis yang seharusnya pergi ke sini bersamanya.
Apa yang sebenarnya terjadi? Yongguk semakin tak mengerti. Ia mengenal baik Ryuri. Gadis itu tak pernah membohonginya. Ryuri seorang yang baik. Dan tidak seperti yang dilihatnya. Mungkin mereka hanya teman?
Sepertinya Yongguk tak usah banyak menyangkal apa yang ada di hatinya, Ryuri pasti ada hubungan dengan Jiho.
Yongguk berjalan pergi meninggalkan mereka. Ia tak mau melihat lagi pemandangan yang membakar hatinya. Mungkin harus pergi keluar. Mencari udara segar untuk menyejukkan hatinya. Angin segar.. datanglah angin segar..
 Wajah Yongguk terlihat begitu memerah ketika mengetahui Ryuri bersama dengan Jiho. Ryuri tau, wajah itu selalu jujur, pasti mengandung kemarahan yang amat sangat. Ryuri yang menyebabkannya, dan ia tak mau membuat Yongguk marah.
Ryuri bangkit. Berlari mengejar Yongguk. Ia harus memastikan bahwa namja itu tidak marah padanya. Sia-sia memang. Tapi hanya itu yang ada di pikirannya sekarang.
“Yongguk-Oppa! Yongguk-Oppa!” Ryuri berlari sambil meneriakkan nama tersebut. Yongguk mendengar panggilan itu. Sangat tidak baik jika ia mengabaikannya. Jadi ia memutuskan berhenti dan berbalik.
Ryuri pun berdiri di depan namja itu. Nafasnya begitu terengah. Kedua matanya bertatapan dengan Yongguk. Mata Yongguk terlihat tak seperti biasanya. Biasanya mta itu selalu memancarkan ketenangan.
“Apa?” tanya Yongguk.
Ryuri terpaku. Mulutnya seperti terkunci. Tak tau harus berkata apa. Ia punya kesempatan untuk bicara dengan Yongguk, lalu sekarang apa?
“Oppa..” panggil Ryuri lagi. “Kau tidak marah, kan?”
Yongguk diam. Melihat mimik yang begitu takut, tergambar jelas di wajah Ryuri. Ia benar-benar tak tega dengan gadis itu. Tapi gadis itu yang tega.
“Kau ingin jawaban apa dariku?” Yongguk balik bertanya. Ryuri tak bisa menjawabnya. Ia hanya bisa menunduk.
“Aku tidak marah padamu. Hanya saja aku kecewa,” kata Yongguk. Ia kemudian berjalan pergi meninggalkan Ryuri. Ryuri memilih untuk diam saja. Apa lagi yang bisa ia lakukan? Ia memang bersalah. Jadi ini memang pantas untuknya. Seharusnya tidak seperti ini..
Sehelai tisu tiba-tiba datang dan mengelap bibirnya. Jiho sudah berada di sampingnya, mengelap bibir Ryuri yang kotor karena ice cream. Ia sampai lupa, belum sempat membersihkannya.
Jiho. Orang yang menyebabkan semua ini terjadi.
Ryuri menatap Jiho, “kenapa.. kenapa waktu itu kau menciumku?”
Tatapan Ryuri begitu tegas, tapi di mata itu terlihat berkaca. Dan sesaat kemudian air mata menetes begitu saja di pipinya.
Jiho bermaksud menyeka air mata itu, tapi Ryuri menggubrisnya.
“Kenapa kau menciumku?! Kenapa kau buat aku jadi begini..” Ryuri ingin menangis. Ia memukul-mukul tubuh namja di hadapannya itu. Melampiaskan hatinya.
“Ice cream-ku habis lebih dulu, jadi aku yang menang. Kau harus turuti permintaanku,” kata Jiho. Ryuri mengernyitkan dahinya, “apa? Kau..”
“Aku minta kau maafkan aku. Aku menyesal, jadi maafkan aku.”
Ryuri diam. Meskipun isak tangis terus mendesaknya. Perjanjiannya memang seperti itu. Ryuri membuat dirinya kalah dalam permainan tadi. Dan ia harus memenuhi permintaan itu.
=Officially Boyfriend=
Tak perlu khawatirkan aku, yang penting kau bahagia..
Yongguk melewati hari-hari ujiannya. Ujian sekolah memang banyak menyita waktunya. Waktu bermain-mainnya, istirahatnya, bahkan waktunya dengan Ryuri. Ia menyesal tidak menjaga gadis itu dengan baik. Karena ia sangat mempercayakan gadis itu.
Ujian sekolah dan Ryuri berbeda. Meskpun ada masalah diantaranya dan Ryuri, ia harus melaksanakan ujian dengan semestinya. Fokus.
Hari terakhir Yongguk ujian. Semoga semuanya berjalan lancar. Semoga semuanya sukses seperti yang diharapkannya.
Yongguk melangkahkan kakinya ke luar sekolah. Bergegas pulang ke rumah. Tapi suara derap langkah kaki seperti mengikutinya dari belakang. Berlari dengan tergesa-gesa.
“Yongguk-Oppa!!” panggilan yang tak asing. Dan suara yang tak asing.
Sudah beberapa hari sejak hari itu, Yongguk belum berbicara pada Ryuri sampai sekarang. Ia merasa belum siap berhadapan dengan gadis itu. Atau ia tak ingin berhadapan lagi? Sejujurnya ia begitu rindu..
Ryuri berlari secepat yang ia bisa, menyusul langkah kaki Yongguk yang panjang. Begitu inginnya menyusul Yongguk, Ryuri tak memperhatikan apa yang ada di sekelilingnya. Sepatunya tersandung sesuatu entah apa, dan Ryuri tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. Ia pun jatuh tersungkur. *sabar ya*
“Sial,” keluh Ryuri. Hidungnya terasa perih, lututnya juga terluka. Ah, seperti seluruh tubuhnya terasa perih.
Sebuah tangan besar ada di depannya. Ryuri mengadah pada siapa pemilik tangan itu. Yongguk di sana. Uluran tangannya ingin membantunya berdiri. Tapi Ryuri diam, tidak menyambutnya. Ia malah menunduk, tak mau menunjukkan wajahnya. Ia jadi malu dengan dirinya sendiri. Begitu bodoh.
“Kau terlihat tidak baik-baik saja.”
Tiba-tiba kedua tangan itu meraih kedua lengannya. Ryuri membelalak terkejut. Kedua tangan Yongguk mengangkat tubuhnya. Entah seberapa berat bobot tubuh Ryuri di tangan Yongguk, yang jelas sekarang Ryuri seperti melayang. Begitu kuatnya Yongguk membuatnya seperti tak memiliki berat.
Setelah mengangkat Ryuri, Yongguk menurunkannya. Membuatnya berdiri di hadapannya. Yongguk melepaskan kedua tangannya, lalu memandang Ryuri.
Ryuri kembali berhadapan dengan Yongguk. Air matanya sudah mendesak keluar. “Aku.. maaf..”
Ryuri menangis. Ia sudah tak dapat membendung air matanya. Yongguk mengusap pipi Ryuri yang kian basah. “Tak perlu menangis..”
“Aku juga minta maaf.”
Ryuri berhenti menangis, meski masih sesenggukan. “Huh?”
“Kau berhubungan dengan Jiho, itu juga salahku juga. Salahku terlalu sering menjauhimu. Aku jarang berhubungan dengamu karena terlalu sibuk. Aku pikir kau akan terus bersamaku. Tapi kau juga punya kehidupanmu. Aku terlalu egois.”
Ryuri tak bisa berkata banyak, membiarkan Yongguk menjelaskan semuanya. Tunggu, bukankah seharusnya Ryuri yang menjelaskan?
“Aku terlalu sibuk belajar untuk mempersiapkan ujian. Aku ingin mengejar pendidikanku sampai ke Jerman *yoi*. Makanya aku menjauhimu seperti itu. Aku tak mau kau sedih. Ternyata kau benar-benar tak akan sedih.”
“Aku akan meninggalkan Seoul untuk sementara waktu. Dan kau juga. Tidak seharusnya lelaki membiarkan seorang gadis sendirian. Aku bukan orang yang pantas. Harus ada orang untuk melindungimu.”
Yongguk memegang kepala Ryuri, “orang itu bukan aku. Orang itu Jiho.”
“Jiho datang lebih awal padamu daripada yang ku duga. Itu baik sekali,” Yongguk mengusap rambut Ryuri. “Aku minta maaf untuk segalanya. Aku juga memaafkanmu.”
Ryuri menangis lagi, kemudian ia membuka lebar tangannya. Yongguk bisa membaca hal itu dan langsung memeluknya erat.
“Aku akan merindukanmu, Ryu-ya..”
*udeh kaya lebaran aje yak-_-v*
=Officially Boyfriend=
“Kenapa kau menciumku?”
Pesawat pun lepas landas. Yongguk sudah pergi meninggalkan Seoul. Ryuri mengantarkan Yongguk sampai di bandara. Jiho juga ikut ke sana.
“Aku ingin seperti Yongguk. Belajar sampai ke Jerman,” ucap Ryuri.
“Tak usah banyak bermimpi. Belajar di Korea saja sudah sulit bagaimana kalau di Jerman? Yang benar saja kau,” kata Jiho meremehkan.
“Ish!” Ryuri mencubit hidung Jiho dengan kencang.
“Sakit tau!” gerutu Jiho. Ia memijat hidungnya. Ini sudah kesekian kalinya Ryuri mencubit hidung Jiho.
“Lalu kita mau ke mana sekarang?” tanya Ryuri.
“Kemana saja boleh asal denganmu.”
Lagi-lagi Ryuri mencubit hidung Jiho. “Cukup!!”
Ryuri tertawa pelan memandangi Jiho yang tersiksa begitu. Kemudian ia melempar pandangan ke angkasa yang luas. Bahkan pesawat yang ditumpangi Yongguk terlihat begitu kecil seperti semut.
“Jiho-ya.”
“Uh?”
“Kenapa waktu itu kau menciumku?” tanya Ryuri. Jiho menyeringai.
“Bukankah waktu itu aku sudah bilang?”
“Apa?” Ryuri menoleh.
“Karena dirimu begitu menggodaku.”
“Aih, serius!”
“Aku serius. Kenapa tiba-tiba kau tanyakan itu?” tanya Jiho.
“Seandainya kau tidak menciumku waktu itu. Mungkin aku tidak tau akan bisa menyukaimu.”
=Officially Boyfriend=
“Aku ingin melindungimu..”
 “Main saja yuk. Main truth or dare,” ajak Ryuri.
“Ok. Truth or dare?” tanya Jiho.
“Dare.”
“Geurae. Minum kopi,” perintah Jiho.
“Apa-apaan? Sirheo!” seru Ryuri.
“Lakukan! Ini Dare!” Jiho memaksa.
“Jangan kopi!” tolak Ryuri.
“Baiklah, kalau begitu cium aku saja!”
“Ah! Ini permainan apa sih? Bubaran!” protes Ryuri.
“Gitu? Kau tak sportif,”
“Terserahlah. Truth aja deh?”
“Hmm.. Kau masih menyukai Yongguk?”
“Tidak.”
Jiho menatap mata Ryuri tajam, “yang benar?”
“Iya benaaaaaaaaar!”
“Baiklah, sekarang kau. Truth or dare?”
“Dare pasti disuruh aneh-aneh. Truth.”
“Hmm.. apa keinginan terbesarmu saat ini?”
“Keinginan? Keinginan terbesarku adalah..” Jiho mendekati wajah Ryuri, lalu menciumnya.
“Aku ingin menciummu lagi..” Jiho mendekati wajah Ryuri.
Chu~~~

-THE END-

Mianhae endingnya cacat ya ._.v Mianhae ceritanya.. Mianhae berantakan.. Mianhae everything.. but thanks to read :)

FF: Officially Boyfriend [Part 1]




Title : Officially Boyfriend
Genre : Romance
Cast :
Choi Ryu Ri as Choi Ryu Ri
Block B Zico as Woo Ji Ho
B.A.P Bang as Bang Yong Guk
Length : Two Shoot
Note : It’s my original FanFiction. Sorry for the typo. Sorry for the failed story. And thanks to read, guys! Happy Reading.. :)

It’s Begin..
Do as I say, do as I command,
See, it fits right
Don’t love another man or else
 I’ll be disappointed baby..
(Kim Jae Joong – Kiss B)

            Dari jarak sejauh ini pun, aku seperti dapat melihat namja itu jelas. Postur tubuhnya yang tegap begitu ku kenali, sehingga keramaian yang ada di sekelilingnya tak membuatnya lepas dari pandanganku.
            Krek.
Suara decitan engsel pintu mengejutkanku di tengah ruang kelas yang sepi. Di sini hanya ada aku sendiri. Tiba-tiba seorang namja datang memasuki kelas. Aku menoleh padanya. Ku teliti wajahnya. Oh, dia Woo Jiho.
“Yaa..” panggil Jiho. “Dimana kursi Minsoo?”
Aku menunjuk ke arah sebuah kursi di baris kedua. “Disitu.”
“Ah, gomawo,” kata Jiho. Ia melirik ke arah lacinya. Kemudian ia mengambil sebuah jaket. Jaket milik Minsoo. Mungkin Minsoo meninggalkannya di sana, dan meminta Jiho untuk mengambilnya.
Aku kembali mengalihkan pandanganku ke jendela. Jendela yang berhadapan ke lapangan. Memandangi para siswa yang sibuk berhamburan pulang dari sekolah.
“Kau belum pulang?” tanya Jiho tiba-tiba. Ternyata ia masih ada di sana. Aku pikir, ia sudah pergi keluar.
“Belum, kau sendiri?” aku balik bertanya. Aku merasa aneh dengan pertanyaanku sendiri. Terlalu klise untuk basa-basi.
“Pulang terlambat itu kebiasaanku,” jawab Jiho. Aku hanya melempar senyum padanya, tak tau bagaimana aku harus menanggapinya.
Jiho kemudian menghampiriku. Ia berdiri di sampingku. Jiho, ia seorang siswa yang kelasnya berseberangan denganku. Bergaul dengan orang seperti Minsoo, sehingga sifatnya tak jauh beda. Datang ke sekolah ketika jam pertama akan dimulai, dan pulang terlambat. Hanya itu yang ku tau dari dirinya.
“Kenapa melamun?” Jiho bertanya lagi.
“Aku tidak melamun.”
“Lalu apa?” aku menoleh sebentar padanya, lalu kembali memandang lapangan sekolah. Ia tak pernah bersikap seperti ini padaku. Mungkin karena kelas sedang sepi, ia baru bisa berbicara dengan nyaman denganku. Lagipula, tumben sekali mengajakku berbicara seperti ini.
“Hanya.. memikirkan sesuatu.”
“Itu namanya melamun.”
Aku pun tertawa pelan. Mungkin karena pikiranku sedang kacau, aku tak sempat memikirkan ulang apa yang ku ucapkan. “Ya, kau benar.”
“Memikirkan apa?”
Aku terdiam. Aku tak harus mengatakan apapun. Jiho bukanlah orang yang dekat denganku. Tidak harus mengungkapkan apa yang aku pikirkan sekarang.
“Kau kelihatan kesepian,” Jiho terus menatapku. Aku bisa menyadari hal itu meskipun aku tak membalas tatapannya.
“Kau tidak seharusnya kesepian..”
Jantungku seakan berhenti berdegup sejenak. Apa maksudnya berkata seperti itu?
Aku menoleh ke wajahnya. Wajahnya terlihat begitu dekat. Mata Jiho menatapku begitu fokus. Terus seperti itu. Aku mengalihkan pandangan mataku darinya. Kenapa sekarang jadi bertatapan seperti ini dengannya. Tapi Jiho meraih daguku, membuat wajahku kembali menghadapnya.
“Apa.. apa yang..”
Jiho mendorong bahuku hingga jatuh dan menjuruskanku pada dinding. Dengan cepat ia mengecup bibirku. Kecupan yang begitu terburu-buru.
Apa-apaan ini? Jiho menciumku?!
Jiho melepaskan kecupannya. Nafasnya yang terengah begitu dekat denganku. Aku dapat merasakan itu. Matanya masih memandang lurus ke arahku. Jantungku berdebar tak karuan mendapat perlakuan tak terduga darinya.
“Apa maksudmu? Huh?”
Jahat sekali ia melakukan itu padaku. Aku mengangkat tanganku. Bersiap untuk menampar pipinya. Tetapi Jiho menghentikannya. Ia menggenggam tanganku. Kemudian jari-jarinya mengelus lembut bahu dan leherku.
“Ryuri-ya.. Maukah kau menjadi kekasihku?” pinta Jiho tiba-tiba. Aku membelalakkan mataku tak percaya.
“Kau gila! Kau tau aku…”
“Aku tau itu. Tapi kau mau, kan? Jadilah kekasihku..” sergah Jiho. Ia lalu mengecup bibirku sekali lagi dengan lebih lembut.
“Yang harus kau lakukan hanya tidak mengungkap pada siapapun.”
Otakku tak bisa berpikir lancar. Jiho benar-benar membuatku seperti hilang kesadaran. Ciumannya barusan seperti menguasai diriku. Aku mencoba membuat diriku tak terpengaruh. Tapi gagal. Aku seakan sudah begitu terperangkap.
“Ne, geurae..”
=Officially Boyfriend=
Meskipun awalnya menyenangkan, bermain dengan hati tetap bukanlah hal yang baik..
“Ryu-ya!” Ryu menoleh pada asal suara itu. Bang Yongguk.
“Kau mau pulang?” tanya Yongguk ramah.
“Ya. Pulang bersamaku ya?” pinta Ryuri.
Yongguk menghela nafas pelan, “Aku baru mau bilang padamu, aku ada jam tambahan hari ini. Jadi aku tak bisa menemanimu pulang.”
Tubuh Ryuri lemas mendadak. Pikirnya, Yongguk bisa pulang bersamanya hari ini. Ryuri seharusnya bisa mengerti bagaimana menjadi kelas 3. Kelas dimana kau harus sibuk dengan tumpukan buku tebal dan hari-hari penuh belajar untuk menghadapi ujian. Memang bukan salah Yongguk juga.
“Apa tidak bisa ditunda?” tanya Ryuri asal. Ia tak perlu menanyakan itu pun ia sudah tau jawabannya.  Pertanyaan itu hanya sengaja diungkapkannya.
“Kau tau Eomma-ku. Aku melakukan ini untuknya.”
Ryuri menghela nafas, “baiklah.”
“Maafkan aku. Aku benar-benar menyesal,” Yongguk merundukkan tubuhnya, mendekatkan kepalanya sehingga dapat melihat wajah Ryuri lebih jelas. Ia dapat melihat kekecewaan di wajah gadis itu.
“Tidak apa-apa.”
“Tak mungkin tidak apa-apa. Aku janji besok akan pulang denganmu sekalipun Eomma melarangku,” ucap Yongguk.
“Tidak perlu berjan..”
“Aku berjanji,” Yongguk mengacungkan jari kelingkingnya.
Ryuri tersenyum padanya.. “Baik. Janji.”
Ryuri menautkan jari kelingkingnya ke jari Yongguk, pertanda janji. Janji harus ditepati. Ryuri tenang, Yongguk masih ada di sampingnya.
“Baik-baiklah tanpaku,” Yongguk mengusap rambut Ryuri pelan. Membuatnya lebih tenang sekarang.
Setelahnya, Yongguk berjalan pergi meninggalkan Ryuri. Ryuri memperhatikan punggung Yongguk yang semakin menjauh. Tapi kata-kata terakhir Yongguk tadi terasa janggal di hatinya. Ada sesuatu yang terasa menusuk..
“Jadi begitu.”
Ryu berbalik ke belakang, lalu terkejut. Kepalanya terantuk tubuh yang jenjang itu. Jiho ada tepat di hadapannya sekarang.
“Yaa! Neo!” seru Ryuri pada Jiho. “Mau apa kau? Datang tiba-tiba dan berdiri di balik punggungku seperti hantu.”
“Itu yang membuatmu sedih?” Jiho menjuruskan pandangannya pada Yongguk yang sudah berjalan menjauh. Ia mengacungkan jari telunjuknya ke dahi Ryuri kemudian mendorongnya sehingga wajah Ryuri mengadah padanya. “Orang seperti itu tak usah dipikirkan. Kau kan bisa pulang denganku.”
Ryu melepaskan jari telunjuk  Jiho dari kepalanya. “Apa-apaan sih..”
“Jangan cemberut. Nanti jelek,” kata Jiho.
“Memang sudah jelek. Kenapa? Masbunte gitu? Masalah buat ente? Ish..” Ryuri menatap kesal pada Jiho. Jiho memandang wajah Ryuri yang cemberut. Kemudian ia memegang dagu Ryuri dan mengarahkan ke wajahnya. Membuat mata mereka saling menatap.
“Siapa bilang? Cantik kok,” kata Jiho sambil tersenyum. Ryuri menundukkan wajahnya. Seakan tak sanggup menatap namja di depannya.
“Kita harus bicara.”
“Kita sedang bicara,” sahut Jiho.
“Bicara yang serius!” seru Ryuri. Jiho kembali berdiri tegap. “Baiklah.”
Mereka pergi ke atas atap. Ke tempat dimana siapapun tak melihat mereka. Ryuri menuju ke tepi, lalu jemarinya meraih jaring-jaring pengaman (?). Ia melempar pandangan ke angkasa yang terbentang luas.
“Jiho-ya..” panggil Ryuri.
“Tak ada siapapun di sini. Kenapa tidak panggil aku Oppa?” tanya Jiho.
“Aku tidak suka. Tidak mau juga,” jawab Ryuri.
“Kenapa..”
“Kita putus saja,” ucap Ryuri. Kalimat singkat itu mampu membuat suasana hening sejenak. Tiada kata yang keluar dari bibir mereka, tubuh mereka pun hampir tak bergerak. Bahkan hembusan angin yang bertiup hangat seakan terdengar begitu jelas.
“Apa?”
Ryuri meyakinkan dirinya, dan kini ia dapat menatap tajam mata Jiho. “Aku mau kita putus..”
“Apa kau tidak serius berhubungan denganku? Apa Yongguk lebih penting..”
“Sejak awal kita memang tidak benar-benar serius!” tegas Ryuri. Jiho hanya bisa diam. Memang benar seperti itu.
“Kenapa kau memutuskanku? Kau lebih memilih berhubungan dengan Yongguk?” tanya Jiho lembut. Berusaha menahan emosinya sehingga tak meluap.
Ryuri mengangguk. “Ya..”
“Kenapa kau tidak putuskan saja dia?!”
“Tidak bisa!” sergah Ryuri cepat. “Kau tau dia peserta ujian. Bagaimana nantinya jika aku memutuskannya tiba-tiba? Kecuali jika ia tak menyukaiku lagi..”
Ryuri menunduk. Menatap kedua ujung sepatunya. Menyembunyikan wajahnya di balik rambutnya yang tergerai halus. Membuat Jiho tak dapat melihat wajah itu.
Jiho menyisir rambut Ryuri dengan jemarinya. Lalu disampirkannya rambut Ryuri di balik telinga sehingga wajah Ryuri terlihat. Wajah yang sedih.
“Kenapa kau terlihat sedih?” tanya Jiho. Jiho berdiri di balik punggung Ryuri kemudian memeluknya dari belakang.
“Jangan terlalu banyak bersedih,” Jiho meletakkan dagunya di bahu Ryuri, “kan ada aku di sini.”
Ryuri melepas tangan Jiho yang melingkar di tubuhnya, kemudian berbalik menghadap Jiho. “Kenapa kau selalu menggodaku seperti itu?!” seru Ryuri tak terima.
“Tidak.. bukan aku,” Jiho kembali mendekati Ryuri. Kini Ryuri bersandar di jaring-jaring tersebut.
“Tapi kau yang menggodaku,” wajah Jiho tepat berada di depan wajah Ryuri. Hidung Jiho bersentuhan lebih dulu dengan hidung Ryuri.
“Dasar idung bagol! (?),” ucap Ryuri.
Jiho tertawa kecil, “sebenarnya ini agak menggangguku.”
“Menghalangiku untuk mencium bibirmu..”
Ryuri mendengus. Jiho mulai lagi. Mungkin memang sifatnya seperti ini atau sengaja menggodanya terus, entahlah. Ia hanya bisa tersenyum geli. Wanita manapun bisa gila jika diperlakukan terus seperti ini.
“Woo Jiho-ssi, aku tidak suka bermain-main begini.”
“Kau tidak suka karena tidak pernah. Ya kan?” tanya Jiho. Sebenarnya Jiho punya kecerdasan jauh di dalam otaknya yang –kemungkinan– isinya kotor. Kecerdasan membalas perkataan orang lain.
“Ku pikir kali ini aku tidak akan kalah darimu,” kata Ryuri.
“Maaf, Nona. Tapi dugaanmu salah,” kata Jiho.
“Aku benar-benar tak ingin melakukan ini.”
“Sekali saja denganku,” pinta Jiho.
“Mengapa kau begitu ingin?” tanya Ryuri.
“Aku sudah bilang, karena kau begitu menggodaku.”
Ryuri menyolek (?) hidung Jiho yang besar, “Pria mesum.”
“Sebut aku apa saja sesuka hatimu,”
“Oppa..”
“Panggilan baik.”
“Tapi aku harus memanggilmu seperti itu diam-diam.”
“Bukan masalah bagiku.”
Jiho mencoba mencium bibir Ryuri. Namun Ryuri menoleh ke samping, menghindari Jiho. Jiho kemudia mencium pipi Ryuri.
Ryuri merasa dibodohi oleh lelaki itu. Entah apa yang membuatnya begitu terhipnotis dan menurut apa yang dikatakan Jiho. Mungkin ia terlanjur jatuh cinta pada satu ciuman yang dilakukannya itu.
=Officially Boyfriend=
“Baik-baiklah tanpaku…”
Ryuri hanya mengekor pada Jiho. Jiho masuk ke dalam rumahnya. Orangtuanya sedang tak ada di rumah, makanya Jiho mengajak Ryuri mampir ke sana.
Ryuri hanya celingukan saat masuk ke dalam rumah Jiho yang cukup besar itu. Ia belum pernah masuk ke dalam rumah seorang lelaki sebelumnya. Pernah, tapi tidak seperti ini. Ia hanya sendiri. Tak ada orang pula di rumah. Mereka hanya berdua.
“Kau duduk saja dulu di sana,” Jiho menunjuk ke arah sofa. Ryuri mengangguk
“Aku akan buatkan minum. Kau mau minum apa?” tanya Jiho.
“Aku mau Strawberry Float. Pake bubble juga yak.”
“Lu pikir rumah gua warung-_-.”
*okeh ini skip saja..*
Ryuri menunggu di sofa. Bosan, otaknya pun berpikir jahil. Ia bangkit dari duduknya dan melihat-lihat ke seisi rumah. Tidak sopan memang. Tapi berhubung Jiho tak sopan padanya, tidak apa jika ia tak sopan juga.
Ryuri menemukan sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka. Ruangan itu nampak disinari penerangan yang cukup. Karena rasa penasaran, Ryuri pun nekat masuk ke dalam ruang itu.
Awalnya tidak ada yang menarik sebelum ia menyadari apa yang terdapat disana. Ryuri membelalakkan matanya. Seperti apa Jiho sebenarnya? Apa dia menyembunyikan sesuatu? Apa Jiho menderita.. kelainan?

To be continued..

Maaf ga kira-kira bikin , jadi panjang.. -o-