Laman

Selasa, 22 November 2011

FF: Beautiful Target [Part 1]



Genre : Romance
Length : 2 Shoot
Cast :
Kim Jang Li as Kim Jang Li
B1A4 Baro as Cha Sun Woo
Infinite L Kim as Kim Myung Soo

Hari ini pelantikan OSIS di KyungHee High School. Sebenarnya aku bukan orang sepintar Albert Einstein yang pintar atau berhasil menyabet berbagai piala dan prestasi. Aku juga bukan siswi yang cantik seperti member Girls Generation atau Kim TaeHee. Aku tidak eksis di sekolahku dan kenyataan membuktikan bahwa aku hanyalah siswi biasa saja di KyungHee High School. Tapi aku mendaftarkan diriku menjadi pengurus OSIS di sekolahku.
Aku mendaftarkan diri bukannya tanpa alasan. Kalau pun tanpa alasan aku tak akan mendaftarkan diri menjadi pengurus OSIS? Untuk apa jadi pengurus OSIS? Hanya menjadi beban dan membuatku capek. Aku mendaftarkan diri karena aku ingin dekat dengan seseorang. Seseorang yang dapat membuatku tersenyum ketika memandang wajahnya. Kim MyungSoo. Ketua OSIS yang baik hati. MyungSoo pernah menolongku saat aku pingsan. Dulu saat pertama aku masuk ke sekolah ini, aku pernah di hukum di lapangan karena melakukan kesalahan. Aku kelelahan dan pingsan. Lalu Myungsoo menolongku. Sejak saat itu aku jatuh cinta pada Myungsoo, sunbae-ku.
Dan entah apa kelebihanku yang membuatku menjadi pengurus OSIS. Ya, aku berhasil menjadi pengurus OSIS. Apa ini yang di sebut takdir? Jeongmal, sedari tadi aku tersenyum membayangkan wajah Myungsoo. Aku ingin menemuinya. Tapi dia di mana? Aku mencari-cari sosok Myungsoo. Aku tak menemukannya. Aku pergi ke belakang sekolah. Menikmati angin yang berhembus lembut mengibaskan daun-daun pohon yang banyak tumbuh disekitarku. Mataku tertuju pada beberapa namja di sudut sekolah. Sedang apa mereka? Mereka siswa bolos! Aku menyaksikan sendiri proses kabur (?) mereka. Di sudut sekolah ini ternyata terdapat pintu kecil yang aku juga tak tahu siapa yang membuatnya. Dan seorang namja menoleh padaku. Oh, tidak. Eottohkhae?
Aku berusaha pergi. Entah kenapa namja itu mengejarku. Ia berhasil meraih tanganku dan menarikku ke sudut sekolah. Aku terhimpit olehnya dan tak bisa kemana-mana.
“Mau apa kau?” tanyaku dengan cemas. Namja itu menatap mataku dengan tajam. Jantungku berdebar. Wajahnya hanya sekitar 1 jengkal dari wajahku.
“Tutup mulutmu..” kata namja itu kemudian. “-Kau yeoja pertama yang mengetahui tempat ini. Kalau kau mengadukan hal ini pada orang lain, tamat riwayatmu!” lanjutnya. Ia lalu melepaskan genggaman tangannya yang membuat pergelangan tanganku sakit. Namja itu lalu pergi melewati pintu kecil itu. Jantungku berdebar. Rahasia siswa yang membolos ada di tanganku. Apa yang harus aku lakukan?
*****
                Esoknya aku memasuki ruang OSIS. Aku celingukan memandangi seluruh ruangan. Aku memprhatikan setiap sudut ruangan layaknya seorang desainer interior *eea* Bahkan aku bisa melihat seekor semut yang merayap di dinding. Haha..
                “Yaa! Kau sedang apa?” seseorang mengejutkanku dari belakang. Aku menoleh. Aigo, itu Myungsoo. Aku menjadi salah tingkah. Lagipula mengapa Myungsoo datang begitu saja dan muncul tiba-tiba seperti hantu begitu? Omona.
                “Ah, aniyo. Aku hanya ingin melihat keadaan ruang OSIS. Ternyata tempatnya bersih sekali. Sungguh hebat! Aku terpesona. Bahkan kamar-ku tak lebih besar dari ruangan ini.” Terangku sambir tersenyum lebar.
                “Hahaha.. tak usah berlebihan seperti itu. Tak apa jika ingin melihat-lihat. Lagipula ini kan ruangan bagi pengurus OSIS.” Kata Myungsoo yang tersenyum manis padaku. Eomma, aku ingin berteriak rasanya. (u.u)
                Tak lama kemudian sunbae-sunbae-ku dan beberapa siswa yang satu angkatan denganku memasuki ruang OSIS. Mereka juga pengurus OSIS sepertiku. Aku hanya mengenal beberapa dari mereka. Hari ini kami mengadakan pertemuan. Yah, mungkin hanya untuk mengenal satu sama lain. Aku lalu duduk di salah satu kursi.
                “Geurae. Kalian dipilih menjadi pengurus OSIS karena kalian dipercaya untuk memajukan sekolah ini agar lebih baik. Selamat kepada kalian yang terpilih. Kami berharap kalian bisa membawa nama baik sekolah ini.” Jelas Myungsoo di depan kami semua. Aih, gaya bicaranya keren.
                “Aku akan memperkenalkan para pengurus OSIS yang sudah senior. Ini Sunggyu, Woohyun, Jiyoun, Eunjung, Jinyoung,…”
                “Mianhae, aku terlambat!” belum selesai Myungsoo berkata seseorang memasuki ruang OSIS dan memotong pembicaraan Myungsoo dengan tiba-tiba. Semua mata tertuju padanya. Aku pun menoleh padanya. Mataku membelalak. Dia..
                “Itu Sunwoo. Yaa! Sunwoo mengapa kau baru datang?” tegur Myungsoo pada namja itu. Sunwoo? Dia pengurus OSIS? Dan dia adalah salah satu siswa yang mencoba kabur dari jam belajar di sekolah? Benar-benar tak masuk akal.
                “Eumm.. aku ada urusan. Mianhaeyo.” Kata Sunwoo sambil menggaruk kepalanya. Ia lalu memandangku. Mata kami bertatapan. Mungkin pikirannya sama sepertiku. Sunwoo tampak terkejut melihatku. Aku membuang wajahku. Memandang kuku-kuku-ku berusaha mencari kesibukkan lain. Namja itu duduk di samping-ku. Eehh.. kenapa sih dia? Jantungku berdebar tak karuan. Kenapa jadi begini? Harusnya kan aku bahagia bisa terus dekat dengan Myungsoo. Kenapa perasanku jadi was-was setelah bertemu orang ini. Aku menoleh padanya. Dia sedang memandangku.
                “Mwo?” tanyanya.
                “A.. a.. aniyo.” Kataku tergagap. Aku lalu menghela nafas. Aigooo.
*****
                Para siswa dan siswi berkumpul di pinggir lapangan. Bukan karena ada pengumuman penting ataupun ada meteor jatuhdi lapangan. Tapi karena tim basket sekolah ini sedang berlatih. Tak ada yang hebat sebenarnya dari latihan kali ini. Tapi aku ingin melihat Myungsoo bermain basket. Ya, Myungsoo adalah kapten tim basket sekolah kami. Rasanya aku benar-benar ingin berteriak melihatnya bermain basket. Jarang sekali ada namja seperti dia. Baik hati, tampan, pintar, jago olahraga, mendekati sempurna. Menyebalkan mendengar banyak juga siswi yang menyebut namanya. Dia memang keren. Tak sedikit yeoja yang menyukainya. Dia benar-benar seorang pangeran.
                Pandanganku tak lepas dari wajahnya. Senyumnya mengambang dari wajahnya. Hatiku berbunga-bunga. Aku sangat bahagia walaupun hanya memandang senyumnya.
                “Yaa! Awas!” seseorang nampak berteriak padaku. Aku lalu menoleh padanya. Aku melamun, aku tahu. Dan itu berakibat fatal. Sebuah bola basket melayang ke arahku. Parahnya bola itu mengenai wajahku. Oh, Tuhan.. hampir saja aku terjatuh. Aku memijat hidungku yang menjadi tempat mendaratnya bola basket itu. Aku baik-baik saja tapi.. darah! Hidungku mengeluarkan darah. Omona, darah itu terus mengalir dari hidungku. Aku mengadahkan kepalaku. Tapi malah membuatku pusing.
                “Gwenchanayo?” Tanya seorang namja. Myungsoo kini berdiri di sampingku dan memandangku. Apa yang harus aku lakukan sekarang?
                “Jangan diam saja! Ikut aku!” seseorang datang tiba-tiba dan menarik tanganku. Sunwoo? Mau apa dia? Dia mau membawaku ke mana? *mau dibawa kemana.. nyanyi armada :p*
                Aku dan Sunwoo memasuki ruang UKS yang sepi. Sunwoo menyuruhku untuk duduk. Aku masih memegangi hidungku. Ia membersihkan darah yang mengalir dari hidungku dan menghentikan pendarahannya. Darah itu sudah berhenti mengalir sekarang. Tak sengaja mata kami bertemu.
                “Mwoga?” tanyaku.
                “Hmph.. aniyo. Mianhaeyo.” Katanya sambil memalingkan wajahnya.
                “Untuk apa kau meminta maaf?”
                “Yaa! Kau ini menonton latihan kami atau bengong saja? Harusnya kan kau memperhatikan bola! Aku yang menyebabkan bola itu mengenai wajahmu. Lagipula kau ini bukannya minggir malah tetap di tempat.” Jelasnya.
                “Ne, ne, ne. Gwenchanayo.” Ucapku. Sunwoo memandangku dengan seksama.
                “Mwoga?” tanyaku lagi.
                “Kau ini tak pantas menjadi pengurus OSIS.” Komentarnya.
                “Yaa yaa yaa! Apa maksudmu aku tak pantas? Memangnya kenapa kalau aku menjadi pengurus OSIS? Huh?” protesku.
                “Kau ini tidak cantik, pintar, kaya, maupun pandai bergaul. Tak ada yang menarik dari dirimu.” Ucapnya tanpa rasa bersalah.
                “Mwo? Apa kau bilang? Biarpun aku tak seperti yang kau katakan, aku masih lebih baik darimu! Aku tidak sepertimu yang menjadi pengurus OSIS tapi masih berani membo…” belum selesai aku melanjutkan kalimatku, Sunwoo menutup mulutku dengan jari telunjuknya.
                “Kan sudah kubilang, jangan katakan pada siapapun. Aku melakukannya juga bukan karena kemauanku.” Katanya sambil menatapku dengan puppy eyes.
                “Lantas kenapa kau melakukannya?” ucapku sambil melepaskan jari telunjuknya dari bibirku.
                “JangLi, gwenchanhayo?” tiba-tiba Myungsoo memasuki ruang UKS. Aku melepaskan jari telunjuk Sunwoo dari genggaman tanganku.
                “Ah, ne, gwenchanha.” Ucapku. Myungsoo tersenyum padaku.
                “Geurae. Kau harusnya lebih berhati-hati.” Ujarnya.
                “Ne, Araseo.” Ucapku. Myungsoo membelai rambutku. Oh, Tuhan.. Dewi Fortuna berpihak padaku sekarang. Kau tahu rasanya? Aku seperti ingin loncat-loncat (?). Tidak biasanya Myungsoo bersikap seperti ini padaku. Yah, sesuatu banget. *ala syahrini*
                “Aku harus kembali berlatih. Chamjohasibsiyo.” Kata Myungsoo sambil melambaikan tangannya. Ia tersenyum lebar padaku.
                “Ye, Sunbae. Hwaiting!!” seruku sambil mengepalkan tangan memberinya semangat.
                “Hahahaha.. Gamsahamnida. Sunwoo, kajja.” Ucapnya sambil berlalu. Sunwoo membuntutinya. Sunwoo menghentikan langkahnya. Ia menoleh padaku.
                “Kau tak ingin member semangat padaku?” tanyanya tiba-tiba.
                “Mwo? Untuk apa?” ucapku ketus.
                “Jahat sekali kau.” Sunwoo memonyongkan bibirnya. Ia lalu bergegas pergi untuk berlatih.
                “Yaa! Cha Sunwoo! Hwaiting!” seruku dari depan pintu UKS. Sunwoo menoleh padaku dan tersenyum. Ia mengangkat tangannya tampak memberi hormat padaku. Lalu ia kembali berjalan. Aku hanya terkekeh.
*****
Next day…
                Jung-sonsaengnim menyuruhku ke kantornya. Entah untuk apa. Mungkin karena nilai-ku menurun. Aku menuruni tangga sekolah. Aku melihat Myungsoo dan Sunwoo yang sedang berjalan bersama. Omona. Jantungku berdebar setiap kali bertemu Myungsoo. Mereka  berdua menaiki tangga dan memandang ke arahku.
                GUBRAK! Eh, apa-apaan ini? Aku ngapain? Aku jatuh! Ya Tuhan.. Aku lengah dan terjatuh dari tangga. Lenganku terluka. Kenapa di saat seperti ini aku bukannya memberikan kesan baik malah terjatuh dengan posisi memalukan? Ah, sial.
                “JangLi-ah? Gwenchanhayo? Mau ku bantu?” Tanya Myungsoo. Aku segera berdiri dan nyengir lebar. “Aniyo, gamsahamnida. Gwenchanha.”
                “Kau yakin? Ne, aku duluan ya.” Kata Myungsoo lalu pergi bersama Sunwoo. Aku hanya mengangguk dan kembali berjalan menuju kantor Jung-sonsaengnim. Aku melihat ke arah siku-ku yang terluka. Mungkin karena mengenai ujung anak tangga yang tajam.
                “Kau ingin menyembunyikan rasa sakit itu?” seseorang berteriak dari belakangku. Aku menoleh padanya dan menyerngitkan dahi keheranan. Ia menarik tanganku dan lagi-lagi membawaku ke UKS. Ia membersihkan lukaku dan mengobatinya. Wajahnya tampak sangat serius.
                “Yaa! Neo! Bagaimana kau tahu aku terluka?”
                “Bagaimana bisa aku tidak tahu? Terlihat sekali kau merintih kesakitan.” Ucap Sunwoo.
                “Myungsoo-sunbae tidak tahu.”
                “Mungkin memang dia tidak memperhatikan.”
                “Jangan-jangan kau pembawa sial?” ucapku sambil menunjuk wajahnya dengan jari telunjukku. Sunwoo membelalakan matanya.
                “Mwo? Yaa! Kau jangan sembarang bicara!” Sunwoo lalu memberikan perban luka di siku-ku.
                “Ye, mianhaeyo. Aku kan cuma bercanda. Cha Sunwoo, gomawoyo.” Ucapku sambil tersenyum. Sunwoo diam menatapku, kemudian ia memalingkan wajahnya.
                “Gwenchanha. Jangan kau panggil aku dengan nama lengkap lagi. Cha Sunwoo. Aku risih di panggil seperti itu.” Ujarnya.
                “Lalu? Apa aku harus memanggilmu Sunbae?” tanyaku.
                “Seharusnya memang begitu. Tapi aku tidak mau. Kesannya aku tua sekali.” Protesnya. “Kau memang sudah tua.” Tukasku.
                “Apa kau bilang? Kau ingin aku menjambak bibirmu, huh???” Sunwoo tampak tak terima. Aku tertawa. *eh Baro, emang bibir bisa dijambak?*
                “Hahaha.. Lalu aku harus panggil apa? Masa aku harus memanggilmu Oppa? Tidak mau!!” seruku. Aku lalu berpikir sejenak.
                “AAAH!” teriakku. Sunwoo terkejut. Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. “BARAMJJI!” seruku dengan lantang. Sunwoo terkekeh.
                “Mwo? Waeyo?” tanyanya.
                “Gigimu itu seperti tupai. Makanya Baramjji. Bagus kan?” ucapku tegas. Sunwoo tertawa dan mengangguk.
                “Geurae. Lalu, bagaimana kalau aku memanggilmu Nona Penuh Luka?” ucapnya sambil menyipitkan matanya. Aku cemberut.
                “Yaa yaa yaa! Enak sekali kau! Baramjji itu bagus! Masa nama panggilanku jelek sekali!” protesku.
                “Yaa! Kau ini memang sering terluka. Setiap aku bertemu denganmu pasti ada alasan kau terluka. Jadi nama itu cocok untukmu.” Jelasnya.
                “Jahat sekali kau.”
                “Salah sendiri kenapa kau ceroboh.”
                Aku mencubit lengannya. “Aw!” rintih Sunwoo.
*****
                Aku pulang sekolah agak terlambat. Langit sudah mulai gelap. Cahaya matahari hanya menyusup dari balik awan. Bayanganku sudah nampak jelas di sepanjang langkahku. Aku sudah lelah dan ingin cepat sampai ke rumah. Aku memegangi perutku yang sudah mulai keroncongan. Aku bingung mengapa perutku malah keroncongan bukannya dangdutan saja. *eeaa* aku melirik ke arah restaurant fast food. Aku melihat ke jam tanganku. Aku pikir masih punya waktu sebelum sampai ke rumah. Aku lalu memasuki restaurant itu.
                Aku melihat-lihat makanan apa yang akan aku pilih untuk di santap. Setelah melihat-lihat aku merogoh saku-ku. Mengecek uangku apa masih cukup. Untungnya aku masih punya uang untuk membeli makan. Alhamdulillah yah... sesuatu banget. *eeaa*
                Aku lalu menuju kasir untuk memesan makanan. Lalu seorang pelayan menghampiriku. “Annyeong, ada yang bisa saya bantu?” aku menoleh kepada pelayan itu dan membulatkan mataku. Aku hampir tak percaya melihat siapa yang ada di hadapanku.
                “Ch.. Cha.. Cha Sunwoo?”

To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar