Title : What A Beautiful Love
Genre : Romance
Length : 2 shoot
Cast :
Kim Eun Hwa
Jung Yong Hwa
===============================================================
“Ye? Lalu untuk siapa? Untuk seseorangkah? Hahaha, Jung
Yonghwa patah hati..”
“Dakchigo! (diam!)” gertak Yonghwa. Aku pun diam sejenak. Ia
sepertinya marah. Kalau ia marah, berarti yang ku katakan benar.
“Oh, geurae. Jadi aku benar. Kau memang sedang patah hati.”
Ucapku.
“Lalu kenapa? Kenapa jika patah hati? Apa kau bisa
menyembuhkan rasa sakit di hati ini?” seru Yonghwa. Ku lihat raut wajahnya yang
nampak sangat serius. Dadaku bergetar. Apa kata-kataku berlebihan? Aku
seharusnya tau, dia patah hati itu bukan main-main.
Yonghwa bangkit dan menyampirkan tasnya di bahunya. Ia
mengambil gitarnya dan membawanya pergi bersamanya. Ia berjalan cepat. Tanpa
pikir panjang aku berlari mendekatinya.
“Jung Yonghwa!” jeritku sambil terengah-engah. Yonghwa tak
berhenti berjalan.
“Mungkin aku bisaaa!” seruku. Kuputuskan untuk menghentikan
langkahku. Meskipun aku mengejarnya atau berteriak sekeras-kerasnya, ia tak
akan berhenti, apalagi menoleh padaku.
+++++
Aku tak bisa berkonsentrasi selama Seonsaengnim memberi
materi di depan kelasku. Terbayang wajah Yonghwa di depan mataku. Ada perasaan
bersalah karena aku berkata yang tak seharusnya. Aku tak tau ia bisa semarah
itu.
Jam pelajaran berakhir. Aku berlari menaiki tangga menuju
atap. Mencari sosok Yonghwa. Sedari tadi hanya ia yang mengisi pikiranku dan
menjadi tujuanku. Aku harus segera meminta maaf padanya.
Aku sampai di atap. Yonghwa ada di sana, dan memang selalu
ada. Ia berdiri memandangi awan yang berarak terhempas angin senja. Aku
menghampirinya. Saat Yonghwa menoleh padaku aku segera membungkuk 90.
“Jeongmal yeongsohae.. Aku tak tau kau punya masa lalu yang
buruk.” Ucapku. Aku tak berubah dari posisiku sampai derap langkah Yonghwa
terdengar mendekatiku.
“Kalau dipikir-pikir.. kau tidak sepenuhnya salah.” Kata
Yonghwa. Aku berdiri tegak memandanginya.
“Jinjja? Jadi kau memaafkanku?” tanyaku dengan antusias.
“Ani.” Jawabnya singkat. Apa yang ia katakan?
“Mwoya? Apa kau serius?” tanyaku lagi.
“Ani.” Ia mengulangi ucapannya. Kalau ia tidak serius berarti
ia bercanda. Kalau ia bercanda, bercandanya tidak asik.
“Kim Eunhwa..” panggil Yonghwa. Ini terdengar menggelitik
telingaku. Ini pertama kalinya Yonghwa memanggil namaku.
“Ah, ne?”
“Kau pernah bilang padaku, jika kau melakukan suatu hal yang
kau suka terus menerus, kau akan menjadi bosan. Benar kan?” Tanya Yonghwa.
“Geurae. Wae?”
“Aku bosan.” Kata Yonghwa tiba-tiba. Aku membelalakan mataku.
“Mwo?”
“Aku bosan di sini. Kau mau ikut aku?”
Sejenak pandanganku menjadi kosong. Berpikir cukup lama.
Seakan kata-kata Yonghwa yang tampak begitu mudah menjadi sulit dicerna.
“Mau ikut tidak?”
“Eo? Ne!”
+++++
Geuh del bo myun ul gool ee bbal geh jigo
When i look at you my face gets red
Geuh del bo myun
ga seum ee doogeun doogeun
When
i see you my heart goes thump thump
Ah ee chuh
reom soo joob geh mal hago
I
talk with shyness like a kid
Geuh del bo
myun gwen siri oo seum ee na
When
i look at you i just smile out of nowhere
Babo chuh rum
ja ggoo man geuh reh
Like
a fool I keep doing that
Ama neh geh sarang
ee on gut gatah I think love came to me
I think love came to me
(CN Blue – Love Light)
Ku rasakan angin senja menyentuh
wajahku. Matahari masih menampakan sinarnya di sepanjang kota Seoul. Aku
merentangkan tanganku mencoba meraih hembusang angin yang mengelus jari-jariku.
Rasanya benar-benar menyenangkan. Yonghwa mengajakku berkeliling kota Seoul
dengan motornya. Menunjukkan padaku bahwa kota ini adalah kota cinta selain
Paris. Kota ini sungguh indah. Dan bersama Yonghwa yaitu melengkapi keindahan itu
sendiri.
Yonghwa berhenti mengendarai
motornya di pinggir jalan. Ia menoleh padaku yang duduk di belakangnya.
“Turun.”
Aku hanya menurutinya dan segera
turun dari motor. Aku memandang sekeliling. Menghirup udara yang cukup
berpolusi. Meski begitu, kini peraasaanku terasa lepas.
“Wohooooo! Seoul-eun jeongmal
areumdawo (Seoul benar-benar indah)!!
Saranghae! Hahaha..” entah kenapa aku ingin sekali berteriak mengatakan hal
itu. Tak peduli siapa yang mendengarnya dan menganggapku gila. Aku tak bisa memendam
kata-kata yang ingin ku ungkapkan.
“Kheunsorijima! (jangan berteriak!)” bisik Yonghwa
padaku. Aku hanya terkekeh.
“Kenapa kau bisa semudah itu berkata
‘Saranghae’?” lanjut Yonghwa.
“Ye? Saranghae? Bukankah begitu
mudah diucapkan? Bahkan orang yang bukan warga Negara Korea pun bisa
mengucapkannya.” Ucapku seadanya.
“Bukan begitu maksudku. Saranghae
itu kan seharusnya disampaikan kepada orang yang benar-benar kau cintai. Kau
tidak bisa sembarangan mengatakannya.” Jelas Yonghwa. Aku mengangguk setuju.
“Ne, neon baro (kau benar). Tapi aku
tak sembarangan mengatakannya. Aku benar-benar mencintai Negara ini.” Ucapku
sambil tersenyum lebar.
“Semudah itukah kau jatuh cinta?”
Tanya Yonghwa tiba-tiba.
“Untuk apa sulit mencintai? Cinta
itu hanyalah kata lain dari kasih sayang. Lagipula, semakin banyak kita
mencintai sesuatu, semakin banyak juga orang yang mencintai kita. Ne?”
Yonghwa tersenyum pahit.
“Cinta.. Cinta itu menyakitkan.” Kata Yonghwa. Aku memandangi
wajahnya yang sedari awal bertemu dengannya tetap sama. Penuh dengan beban.
Lama-lama aku kasihan pada namja ini.
“Yaa, sebenarnya siapa yang membuatmu seperti ini?” tanyaku
dengan hati-hati. Takut takut menyakiti perasaannya lagi.
“Mwo?”
“Maaf jika aku ikut campur dalam masalahmu. Tapi, yang namanya
membawa beban berat bersama orang lain, beban itu akan terasa lebih ringan.
Setidaknya jika kau ceritakan padaku, bebanmu akan lebih ringan.” Jelasku.
Yonghwa menoleh padaku sejenak. Lalu ia kembali menatap matahari yang sudah hampir
berselimut awan.
“Kau ini, kenapa kau pandai
mempengaruhi perasaanku?” Tanya Yonghwa. Aku hanya tersenyum mendengarnya.
“Aku dulu punya seorang
yeojachingu.” Yonghwa memulai ceritanya.
“Algesseumnida.” Ucapku memotong
ceritanya. Yonghwa menatapku tajam.
“Dengar dulu!” Tukas Yonghwa. Aku
nyengir.
“Hehe, ne. Mianhae. Lalu?” pintaku.
“Dia hampir sama sepertimu. Penuh
rasa keingintahuan. Sedikit mengganggu memang, tapi bersamanya menyenangkan.
Dia juga pernah meminyaku menyanyikan sebuah lagu dengan gitarku. Ia lalu memintaku
mengajarinya.”
Aku mengangguk mengerti. Aku terus
mendengarkannya dengan seksama. Sepertinya hubungan mereka sangat indah.
“Dia belajar gitar dengan sangat
baik. Ditambah suaranya yang indah. Dia sangat hebat.” Lanjut Yonghwa.
“Lalu kenapa kau sedih?” tanyaku.
“Dia memperdayakanku. Dia belajar
gitar untuk berhasil masuk sebuah industri rekaman Korea. Setelah dia berhasil
lolos, dia pergi. Meninggalkanku.. Padahal, dia orang pertama yang aku cintai.”
Aku diam. Cinta pertama memang
sulit, apalagi langsung ditinggalkan seperti itu. Aku bisa mengerti mengapa
Yonghwa jadi sesedih itu.
“Sejak dia meninggalkanku, aku tidak
ingin berteman dengan siapa-siapa lagi. Aku merasa.. lebih baik aku sendirian.”
Aku memandanginya terus. Ternyata
trauma, yang menyebabkannya seperti ini. Karena masa lalunya itu ia jadi
bersikap acuh tak acuh. Karena seorang yeoja, ia menjadi tak peduli pada orang
lain.
“Aku tau dia sangat kejam. Aku tau
orang yang semacam dia di dunia ini banyak. Tapi asal kau tau, tak semua orang
di dunia ini seperti dia. Jadi, jangan berpikiran untuk terus sendiri dan tidak
punya teman. Kalau kau terus sendirian, tak akan terjadi hal baik maupun hal
buruk. Itu sangat membosankan.” Jelasku panjang lebar. Seketika aku ingin
sekali tertawa. Omonganku rasanya terlalu ‘tua’. Namun sebisa mungkin aku
menahannya.
“Gomawo.”
Aku terkejut mendengarnya. “Ne? Bisa
kau ulangi?”
“Apa pendengaranmu buruk? Aku bilang
gomawo.” Kata Yonghwa. Aku tak dapat menahan diriku untuk tersenyum riang.
Seingatku, selama ini Yonghwa tak pernah berterimakasih padaku. Dan dia telah
mengatakannya sekarang.
“Ah, ne. Itu bukan apa-apa. Eh tapi,
Jung Yonghwa..” Ucapku kemudian.
“Hmm?”
“Boleh aku tau, siapa yeojachingumu
itu? Seperti apa orangnya?” tanyaku kemudian. Seharusnya aku tak boleh bertanya
terus seperti ini. Tapi aku benar-benar penasaran.
“Kenapa kau bertanya terus?” Tanya
Yonghwa.
“Ah, iya ya.” Ucapku seraya
menggaruk kepalaku yang tak gatal.
“Dia sangat cantik. Dia Seo Joohyun.“
“Oh jinjja? Seperti nama dari Seohyun
Girls Generation. Apa dia personel Girls Generation? Girls Generation make you feel the heat! Hahaha..” candaku sambil
bernyanyi.
“Ne, geurae.” Ucap Yonghwa. Aku diam
seketika. Yonghwa mantan pacar Seohyun? Aku mengira bahwa Seo Joohyun yang
dimaksud adalah dua orang yang berbeda. Ternyata Seo Joohyun adalah Seohyun
Girls Generation.
“J-J-J-J-Jeongmal?” tanyaku tak
percaya. Yonghwa mengangguk. “Memangnya kenapa?”
“Eomeo! Aku hanya tak menyangka
temanku pernah punya pacar seorang artis. Ya ampun..” ucapku sambil terkikik.
“Memangnya aku temanmu?” kata
Yonghwa. Aku memukul bahunya.
“Lalu kau pikir aku ini apa? Huh
huh?” protesku. Yonghwa nyengir.
“Yaa, Kau belum tau siapa aku?
Sebenarnya aku ini pernah diminta menjadi member Girls Generation. Tapi karena
aku tidak cocok dengan image Girls Generation, aku menolaknya.” Ucapku
mengarang bebas.
“Oh, geuraeyo?”
“Ne, kau mau mendengarku bernyanyi? Neomu banjjak banjjak nuni busyeo No No No
No No.. Neomu kkamjjak kkamjjak nollan naneun Oh Oh Oh Oh Oh.. Neomu jjarit
jjarit momi tteollyeo Gee Gee Gee Gee Gee..” aku bernyanyi dengan suara
pas-pasan dengan nada memaksa. Ditambah gaya dengan jari bentuk V yang ku
ayunkan di depan mataku. Yang ku lakukan ini sungguh gila.
“Hentikan! Kau memalukan sekali tau!
Tariannya juga bukan seperti itu!” seru Yonghwa.
“Yaa
yaa yaa! Ini Gee Kim Eun Hwa Version tau! Oh
jojeun nunbit Oh Yeah.. Oh joeun hyanggi Oh Yeah Yeah Yeah..” aku bernyanyi
lagi. Yonghwa akhirnya tertawa melihat tingkahku yang setengah gila. Atau
mungkin memang terlalu gila? Entahlah, aku senang Yonghwa bisa tertawa lepas
seperti itu. Ini pertama kalinya aku melihatnya tertawa.
“Ah,
kau suka musik?” Tanya Yonghwa tiba-tiba.
“Mwo?
Ah, ne. Waeyo?”
+++++
Esoknya
Yonghwa mengajakku ke toko musik. Entah apa yang ia tunjukan kepadaku. Tapi
rasanya seperti sangat Sesuatu *sesuatu.. yang ada di hatimu sesuatuu~
#authornumpangnyanyisyahrini*. Yonghwa melihat-lihat kaset yang berjajar rapi. Aku
hanya mengekor padanya.
“Kau
tau Jimmy Page?” Tanya Yonghwa. Ia memandang poster seorang gitaris dengan
penampilan ala rocker.
“Mwoga?
Ah, nan mollayo..” ucapku lalu menggaruk kepalaku.
“Dia
seorang gitaris. Permainan gitarnya cepat dan terbilang spontan yang pada
akhirnya menghasilkan suara yang enak didengar dan mengagumkan. Dia dapat
menyesuaikan permainan gitarnya dengan genre apapun. Aku sangat mengaguminya.”
Jelas Yonghwa. Aku melongo. Aku terlihat sangat bodoh. Aku tak tau apa-apa
tentang musisi dunia seperti itu. *tenang aje, author juga gatau-_-*
“Oh,
begitukah? Keren sekali.” Ucapku seadanya.
“Kau
tak tau Jimi Hendrix? Brian May? B.B. King?” Tanya
Yonghwa seakan shock.
“Aniya. Hehe.. Tapi..” ucapku.
“Tapi apa?”
“Tapi
aku tau Super Junior, TVXQ, SS501.. Ah ya, Big Bang juga!” seruku setelah
melihat album terbaru Super Junior di pojok ruangan.
“Ayo
kita kesana ya? Ye? Ye?” ucapku sambil menunjuk album Super Junior tadi. Aku
lalu berjalan ke pojok ruangan. Yonghwa hanya tersenyum melihatku.
“Yonghwa-Oppa..”
panggil seseorang. Suara seorang yeoja. Aku terdiam dan tak bergerak menunggu
apa yang terjadi selanjutnya.
“Hyun-i..
Sedang apa kau di sini?” ucap Yonghwa kemudian. Hyun-i.. Hyun-i? Nama panggilan
itu membuat jantungku berdetak tak karuan. Perasaanku menjadi aneh. Apa yang
aku takutkan sebenarnya?
Aku membalikan badanku menghadap dua
orang yang sedang saling menatap itu. Benar saja apa yang ku pikirkan. Seohyun
berdiri di depan Yonghwa. Mereka berdua berdiri mematung termasuk diriku.
“Nan bogosipeoseo, Oppa.. (aku merindukanmu, kak)” lirih Seohyun.
Kenapa? Kenapa aku menjadi bingung? Apa yang harus kulakukan sekarang?
Seohyun memeluk Yonghwa secara
tiba-tiba. Jatungku serasa berhenti berdetak sejenak. Apa yang aku lakukan? Aku
hanya terkejut kan? Ya, hanya terkejut.
“Niga.. nal bogosipeo? (kau.. rindu aku?)” Tanya Seohyun. Aku
dan Seohyun hanya menunggu jawaban Yonghwa.
“Ne. Nado bogosipeo.” Kata Yonghwa.
Nafasku seperti tercekat. Seharusnya aku tau Yonghwa akan memberikan jawaban
itu. Tapi mengapa aku menginginkan Yonghwa member jawaban lain?
“Maukah kau kembali padaku?” Tanya
Seohyun lagi. Yonghwa membuka mulutnya, tapi tak berkata-kata. Ia lalu menoleh
padaku. Kami saling menatap. Tatapan Yongwa seakan berkata “aku harus bagaimana?”
“Kembalilah padanya.” Ucapku
kemudian. Seohyun yang baru menyadari keberadaanku terkejut.
“Eh? Nuguga? Apa dia yeojachingumu yang baru?” Seohyun
melepaskan pelukannya. Yonghwa lalu tergagap.
“Aniyo. Aku bukan siapa-siapa. Sebaiknya aku pergi. Aku tak
mau mengganggu kalian. Aku permisi dulu.” Ucapku lalu segera keluar dari toko
tersebut. Aku pergi berjalan terus entah kemana. Aku tak punya tujuan sekarang.
Tak seharusnya aku bertingkah seperti ini.
Aku sampai ke sebuah danau. Entah bagaimana caranya aku bisa
sampai ke sini. Aku melihat sebuah kerikil dan mengambilnya. Lalu ku lemparkan
kerikil itu di danau tersebut. Danau yang tadinya tenang kini mendapati
riak-riak yang cukup besar di permukaannya. Danau itu terlihat seperti aku
sekarang. Kacau.
Yaa, Eunhwa! Apa yang kau lakukan? Mengapa kau jadi bersedih
seperti ini? Apa yang membuatmu bersedih? Yonghwa-kah? Bukankah memang
sepantasnya dia kembali pada Seohyun? Bukankah bagus jika Yonghwa menjadi ceria
lagi bersama dengan yeoja-nya? Tapi mengapa terasa sangat sakit? Bagaimana
denganku? Akulah yang sendirian sekarang. Tanpa ku sadari aku merindukan namja
sendirian itu. Meski aku masih bisa melihatnya, tetapi melihatnya bersama yeoja
lain sangatlah sakit. Mengapa seperti ini?
Even if my
heart's still beating just for you
I really know you are not feeling like I do
And even if the sun is shining over me
How come I still freeze?
No one ever sees, no one feels the pain
I shed tear-drops in the rain
I really know you are not feeling like I do
And even if the sun is shining over me
How come I still freeze?
No one ever sees, no one feels the pain
I shed tear-drops in the rain
(CN Blue –
Teardrop in The Rain)
+++++
Next Day..
Aku berlari. Berlari menuju atap dengan penuh harap. Aku tau
aku telah melakukan hal bodoh. Tapi aku ingin bertemu dengannya. Memastikan
keadaannya. Apa dia masih di sana?
Aku sampai di atap. Pemandangan yang indah tetap sama. Namun
satu yang berbeda. Yonghwa tak lagi menyendiri. Ia tak ada di sini. Aku sadar,
aku pikir selama ini Yonghwa akan membutuhkanku. Ternyata, akulah yang
membutuhkannya. Dan sekarang rasanya seperti.. pecundang.
Aku menuruni tangga dengan perlahan. Lemas rasanya. Aku
berjalan dengan gontai ke luar sekolah. Udara terasa sangat dingin. Suara petir
mengejutkanku. Oh, tidak..
Seketika turun hujan. Aku sudah menduga ini. Aku tak bergerak
dari tempatku. Biarkanlah hujan
membasahi wajahku. Aku rasa hujan mengerti perasaanku saat ini. Aku mengadahkan
kepalaku. Menatap langit yang mendung.
“Paboya..” ucapku setengah berbisik. Mengetahui bahwa hujan
membantuku menutupi semua kesedihan ini aku jadi ingin menangis.
“I-paboya! Neoreul paboya!!” kini aku sedikit berteriak. Tak
ada orang di sekelilingku. Jadi ku rasa tak aka nada yang tau aku berbicara
sendiri seperti ini.
“Nuga babogata?”
Suara yang tak asing mengajakku berbicara. Aku tertunduk
sekarang. Tak berani menatap siapapun. Meskipun rintik hujan telah menutupi air
mataku. Tib-tiba hujan tak lagi mengguyurku. Ia telah melindungiku dari hujan
dengan payungnya.
“Yaa! Aku bertanya padamu, nuga babogata?” Tanya namja itu
lagi. Yonghwa, mengapa kau datang di saat yang tidak tepat? Aku menarik nafas
dalam dalam.
“Neo.” Ucapku.
“Naneun? Wae?” Tanya Yonghwa lagi.
“Kau.. Kau sudah hidup dengan kesendirian ditinggalkan
Seohyun. Kau sudah menderita karenanya. Mengapa kau masih bisa menerimanya
kembali? Tidak inginkah kau membiarkan yeoja itu menyesali perbuatannya?” ucapku
panjang lebar. Aku tak bisa memendam kata-kata itu di dalam hati.
“Kau ini jahat sekali ternyata.” Kata Yonghwa.
“Aniya! aku tidak jahat. Hanya saja.. aku bukan orang yang
baik.” Ucapku sambil tertunduk.
“Aku tak menerimanya.” Kata Yonghwa kemudian. Aku tercengang
mendengarnya.
“Neon mworago haettji? (apa
yg kau katakan?)” tanyaku seperti sulit mengerti kata-katanya.
“Aku tak menerimanya kembali. Untuk apa aku menerima orang
yang sudah menyakitiku sekian lama. Aku rasa aku tidak benar-benar
membutuhkannya.” Jelas Yonghwa.
“Jeongmallo?” tanyaku tak percaya. Yonghwa mengangguk. Lalu
sekarang apa? Sekarang apa yang harus ku lakukan?
“Aku rasa aku membutuhkanmu, Kim Eunhwa..” lirih Yonghwa.
Dadaku berdesir mendengarnya.
“Kau bilang.. apa..”
“Aku membutuhkanmu Kim Eunhwa. Aku menyukaimu. Kau
menyukaiku?” Kata Yonghwa kemudian. Apa yang harus ku katakan sekarang?
“Aku juga membutuhkanmu. Tapi.. apa aku menyukaimu?” ucapku
ragu-ragu.
“Kenapa tidak yakin begitu?” Tanya Yonghwa. Ia lalu
tersenyum. “Gwaenchanha. Sebaiknya kau pikirkan dulu.” Kata Yonghwa. Aku
tersenyum menatapnya. Tatapan Yonghwa terlihat sangat baik. Beban yang dulu
ditunjukan wajahnya pun kini tak terlihat. Aku senang melihatnya. Apa ini yang
disebut cinta? Tapi bukankah cinta itu menyakitkan? Apa boleh aku mencintainya.
“Mungkin coklat panas bisa menghangatkanmu. Kau mau?” ajak
Yonghwa. Aku mengangguk mantap.
“Kajja!” Yonghwa menggandeng tanganku. Aku berjalan
beriringan dengannya di bawah payung, di sela-sela hujan turun. Menyenangkan
bersamanya. Aku rasa, aku memang menyukainya. Aku cukup takut untuk berkata aku
mencintainya. Lambat laun seiring berjalannya waktu aku akan mengerti. Semua
yang terjadi dalam cinta adalah suatu pelajaran. Belajar untuk bersabar,
menerima, saling berbagi, dan itulah yang membuat cinta menjadi indah.
I want you oh my love, naman bara bwajwo, neomaneul
saranghae
I want you oh my love Only look at me, I
will only love you
sesang modu byeonhaedo
sesang modu byeonhaedo
even if the whole world changes
Oh my love, neoman bomyeon ttwineun gaseum eonje kkajina
Oh my love, neoman bomyeon ttwineun gaseum eonje kkajina
Oh my love My heart starts to thump when
I look at you,
neoman damgo isseulge
neoman damgo isseulge
I will always have you in my heart
(CN Blue – LOVE Girl)
-THE END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar