Laman

Rabu, 12 Desember 2012

FF: What a Beautiful Love [Part 2]


Title : What A Beautiful Love
Genre : Romance
Length : 2 shoot
Cast :
Kim Eun Hwa
Jung Yong Hwa
 ===============================================================
 
“Ye? Lalu untuk siapa? Untuk seseorangkah? Hahaha, Jung Yonghwa patah hati..”
“Dakchigo! (diam!)” gertak Yonghwa. Aku pun diam sejenak. Ia sepertinya marah. Kalau ia marah, berarti yang ku katakan benar.
“Oh, geurae. Jadi aku benar. Kau memang sedang patah hati.” Ucapku.
“Lalu kenapa? Kenapa jika patah hati? Apa kau bisa menyembuhkan rasa sakit di hati ini?” seru Yonghwa. Ku lihat raut wajahnya yang nampak sangat serius. Dadaku bergetar. Apa kata-kataku berlebihan? Aku seharusnya tau, dia patah hati itu bukan main-main.
Yonghwa bangkit dan menyampirkan tasnya di bahunya. Ia mengambil gitarnya dan membawanya pergi bersamanya. Ia berjalan cepat. Tanpa pikir panjang aku berlari mendekatinya.
“Jung Yonghwa!” jeritku sambil terengah-engah. Yonghwa tak berhenti berjalan.
“Mungkin aku bisaaa!” seruku. Kuputuskan untuk menghentikan langkahku. Meskipun aku mengejarnya atau berteriak sekeras-kerasnya, ia tak akan berhenti, apalagi menoleh padaku.
+++++
Aku tak bisa berkonsentrasi selama Seonsaengnim memberi materi di depan kelasku. Terbayang wajah Yonghwa di depan mataku. Ada perasaan bersalah karena aku berkata yang tak seharusnya. Aku tak tau ia bisa semarah itu.
Jam pelajaran berakhir. Aku berlari menaiki tangga menuju atap. Mencari sosok Yonghwa. Sedari tadi hanya ia yang mengisi pikiranku dan menjadi tujuanku. Aku harus segera meminta maaf padanya.
Aku sampai di atap. Yonghwa ada di sana, dan memang selalu ada. Ia berdiri memandangi awan yang berarak terhempas angin senja. Aku menghampirinya. Saat Yonghwa menoleh padaku aku segera membungkuk 90.
“Jeongmal yeongsohae.. Aku tak tau kau punya masa lalu yang buruk.” Ucapku. Aku tak berubah dari posisiku sampai derap langkah Yonghwa terdengar mendekatiku.
“Kalau dipikir-pikir.. kau tidak sepenuhnya salah.” Kata Yonghwa. Aku berdiri tegak memandanginya.
“Jinjja? Jadi kau memaafkanku?” tanyaku dengan antusias.
“Ani.” Jawabnya singkat. Apa yang ia katakan?
“Mwoya? Apa kau serius?” tanyaku lagi.
“Ani.” Ia mengulangi ucapannya. Kalau ia tidak serius berarti ia bercanda. Kalau ia bercanda, bercandanya tidak asik.
“Kim Eunhwa..” panggil Yonghwa. Ini terdengar menggelitik telingaku. Ini pertama kalinya Yonghwa memanggil namaku.
“Ah, ne?”
“Kau pernah bilang padaku, jika kau melakukan suatu hal yang kau suka terus menerus, kau akan menjadi bosan. Benar kan?” Tanya Yonghwa.
“Geurae. Wae?”
“Aku bosan.” Kata Yonghwa tiba-tiba. Aku membelalakan mataku.
“Mwo?”
“Aku bosan di sini. Kau mau ikut aku?”
Sejenak pandanganku menjadi kosong. Berpikir cukup lama. Seakan kata-kata Yonghwa yang tampak begitu mudah menjadi sulit dicerna.
“Mau ikut tidak?”
“Eo? Ne!”
+++++
Geuh del bo myun ul gool ee bbal geh jigo
When i look at you my face gets red
Geuh del bo myun ga seum ee doogeun doogeun
When i see you my heart goes thump thump
Ah ee chuh reom soo joob geh mal hago
I talk with shyness like a kid
Geuh del bo myun gwen siri oo seum ee na
When i look at you i just smile out of nowhere
Babo chuh rum ja ggoo man geuh reh
Like a fool I keep doing that
Ama neh geh sarang ee on gut gatah I think love came to me
I think love came to me
(CN Blue – Love Light)
            Ku rasakan angin senja menyentuh wajahku. Matahari masih menampakan sinarnya di sepanjang kota Seoul. Aku merentangkan tanganku mencoba meraih hembusang angin yang mengelus jari-jariku. Rasanya benar-benar menyenangkan. Yonghwa mengajakku berkeliling kota Seoul dengan motornya. Menunjukkan padaku bahwa kota ini adalah kota cinta selain Paris. Kota ini sungguh indah. Dan bersama Yonghwa yaitu melengkapi keindahan itu sendiri.
            Yonghwa berhenti mengendarai motornya di pinggir jalan. Ia menoleh padaku yang duduk di belakangnya. “Turun.”
            Aku hanya menurutinya dan segera turun dari motor. Aku memandang sekeliling. Menghirup udara yang cukup berpolusi. Meski begitu, kini peraasaanku terasa lepas.
            “Wohooooo! Seoul-eun jeongmal areumdawo (Seoul benar-benar indah)!! Saranghae! Hahaha..” entah kenapa aku ingin sekali berteriak mengatakan hal itu. Tak peduli siapa yang mendengarnya dan menganggapku gila. Aku tak bisa memendam kata-kata yang ingin ku ungkapkan.
            “Kheunsorijima! (jangan berteriak!)” bisik Yonghwa padaku. Aku hanya terkekeh.
            “Kenapa kau bisa semudah itu berkata ‘Saranghae’?” lanjut Yonghwa.
            “Ye? Saranghae? Bukankah begitu mudah diucapkan? Bahkan orang yang bukan warga Negara Korea pun bisa mengucapkannya.” Ucapku seadanya.
            “Bukan begitu maksudku. Saranghae itu kan seharusnya disampaikan kepada orang yang benar-benar kau cintai. Kau tidak bisa sembarangan mengatakannya.” Jelas Yonghwa. Aku mengangguk setuju.
            “Ne, neon baro (kau benar). Tapi aku tak sembarangan mengatakannya. Aku benar-benar mencintai Negara ini.” Ucapku sambil tersenyum lebar.
            “Semudah itukah kau jatuh cinta?” Tanya Yonghwa tiba-tiba.
            “Untuk apa sulit mencintai? Cinta itu hanyalah kata lain dari kasih sayang. Lagipula, semakin banyak kita mencintai sesuatu, semakin banyak juga orang yang mencintai kita. Ne?”
            Yonghwa tersenyum pahit.    
“Cinta.. Cinta itu menyakitkan.” Kata Yonghwa. Aku memandangi wajahnya yang sedari awal bertemu dengannya tetap sama. Penuh dengan beban. Lama-lama aku kasihan pada namja ini.
“Yaa, sebenarnya siapa yang membuatmu seperti ini?” tanyaku dengan hati-hati. Takut takut menyakiti perasaannya lagi.
“Mwo?”
“Maaf jika aku ikut campur dalam masalahmu. Tapi, yang namanya membawa beban berat bersama orang lain, beban itu akan terasa lebih ringan. Setidaknya jika kau ceritakan padaku, bebanmu akan lebih ringan.” Jelasku. Yonghwa menoleh padaku sejenak. Lalu ia kembali menatap matahari yang sudah hampir berselimut awan.
            “Kau ini, kenapa kau pandai mempengaruhi perasaanku?” Tanya Yonghwa. Aku hanya tersenyum mendengarnya.
            “Aku dulu punya seorang yeojachingu.” Yonghwa memulai ceritanya.
            “Algesseumnida.” Ucapku memotong ceritanya. Yonghwa menatapku tajam.
            “Dengar dulu!” Tukas Yonghwa. Aku nyengir.
            “Hehe, ne. Mianhae. Lalu?” pintaku.
            “Dia hampir sama sepertimu. Penuh rasa keingintahuan. Sedikit mengganggu memang, tapi bersamanya menyenangkan. Dia juga pernah meminyaku menyanyikan sebuah lagu dengan gitarku. Ia lalu memintaku mengajarinya.”
            Aku mengangguk mengerti. Aku terus mendengarkannya dengan seksama. Sepertinya hubungan mereka sangat indah.
            “Dia belajar gitar dengan sangat baik. Ditambah suaranya yang indah. Dia sangat hebat.” Lanjut Yonghwa.
            “Lalu kenapa kau sedih?” tanyaku.
            “Dia memperdayakanku. Dia belajar gitar untuk berhasil masuk sebuah industri rekaman Korea. Setelah dia berhasil lolos, dia pergi. Meninggalkanku.. Padahal, dia orang pertama yang aku cintai.”
            Aku diam. Cinta pertama memang sulit, apalagi langsung ditinggalkan seperti itu. Aku bisa mengerti mengapa Yonghwa jadi sesedih itu.
            “Sejak dia meninggalkanku, aku tidak ingin berteman dengan siapa-siapa lagi. Aku merasa.. lebih baik aku sendirian.”
            Aku memandanginya terus. Ternyata trauma, yang menyebabkannya seperti ini. Karena masa lalunya itu ia jadi bersikap acuh tak acuh. Karena seorang yeoja, ia menjadi tak peduli pada orang lain.
            “Aku tau dia sangat kejam. Aku tau orang yang semacam dia di dunia ini banyak. Tapi asal kau tau, tak semua orang di dunia ini seperti dia. Jadi, jangan berpikiran untuk terus sendiri dan tidak punya teman. Kalau kau terus sendirian, tak akan terjadi hal baik maupun hal buruk. Itu sangat membosankan.” Jelasku panjang lebar. Seketika aku ingin sekali tertawa. Omonganku rasanya terlalu ‘tua’. Namun sebisa mungkin aku menahannya.
            “Gomawo.”
            Aku terkejut mendengarnya. “Ne? Bisa kau ulangi?”
            “Apa pendengaranmu buruk? Aku bilang gomawo.” Kata Yonghwa. Aku tak dapat menahan diriku untuk tersenyum riang. Seingatku, selama ini Yonghwa tak pernah berterimakasih padaku. Dan dia telah mengatakannya sekarang.
            “Ah, ne. Itu bukan apa-apa. Eh tapi, Jung Yonghwa..” Ucapku kemudian.
            “Hmm?”
            “Boleh aku tau, siapa yeojachingumu itu? Seperti apa orangnya?” tanyaku kemudian. Seharusnya aku tak boleh bertanya terus seperti ini. Tapi aku benar-benar penasaran.
            “Kenapa kau bertanya terus?” Tanya Yonghwa.
            “Ah, iya ya.” Ucapku seraya menggaruk kepalaku yang tak gatal.
            “Dia sangat cantik. Dia Seo Joohyun.“
            “Oh jinjja? Seperti nama dari Seohyun Girls Generation. Apa dia personel Girls Generation? Girls Generation make you feel the heat! Hahaha..” candaku sambil bernyanyi.
            “Ne, geurae.” Ucap Yonghwa. Aku diam seketika. Yonghwa mantan pacar Seohyun? Aku mengira bahwa Seo Joohyun yang dimaksud adalah dua orang yang berbeda. Ternyata Seo Joohyun adalah Seohyun Girls Generation.
            “J-J-J-J-Jeongmal?” tanyaku tak percaya. Yonghwa mengangguk. “Memangnya kenapa?”
            “Eomeo! Aku hanya tak menyangka temanku pernah punya pacar seorang artis. Ya ampun..” ucapku sambil terkikik.
            “Memangnya aku temanmu?” kata Yonghwa. Aku memukul bahunya.
            “Lalu kau pikir aku ini apa? Huh huh?” protesku. Yonghwa nyengir.
            “Yaa, Kau belum tau siapa aku? Sebenarnya aku ini pernah diminta menjadi member Girls Generation. Tapi karena aku tidak cocok dengan image Girls Generation, aku menolaknya.” Ucapku mengarang bebas.
            “Oh, geuraeyo?”
            “Ne, kau mau mendengarku bernyanyi? Neomu banjjak banjjak nuni busyeo No No No No No.. Neomu kkamjjak kkamjjak nollan naneun Oh Oh Oh Oh Oh.. Neomu jjarit jjarit momi tteollyeo Gee Gee Gee Gee Gee..” aku bernyanyi dengan suara pas-pasan dengan nada memaksa. Ditambah gaya dengan jari bentuk V yang ku ayunkan di depan mataku. Yang ku lakukan ini sungguh gila.
            “Hentikan! Kau memalukan sekali tau! Tariannya juga bukan seperti itu!” seru Yonghwa.
            “Yaa yaa yaa! Ini Gee Kim Eun Hwa Version tau! Oh jojeun nunbit Oh Yeah.. Oh joeun hyanggi Oh Yeah Yeah Yeah..” aku bernyanyi lagi. Yonghwa akhirnya tertawa melihat tingkahku yang setengah gila. Atau mungkin memang terlalu gila? Entahlah, aku senang Yonghwa bisa tertawa lepas seperti itu. Ini pertama kalinya aku melihatnya tertawa.
            “Ah, kau suka musik?” Tanya Yonghwa tiba-tiba.
            “Mwo? Ah, ne. Waeyo?”
+++++
            Esoknya Yonghwa mengajakku ke toko musik. Entah apa yang ia tunjukan kepadaku. Tapi rasanya seperti sangat Sesuatu *sesuatu.. yang ada di hatimu sesuatuu~ #authornumpangnyanyisyahrini*. Yonghwa melihat-lihat kaset yang berjajar rapi. Aku hanya mengekor padanya.
            “Kau tau Jimmy Page?” Tanya Yonghwa. Ia memandang poster seorang gitaris dengan penampilan ala rocker.
            “Mwoga? Ah, nan mollayo..” ucapku lalu menggaruk kepalaku.
            “Dia seorang gitaris. Permainan gitarnya cepat dan terbilang spontan yang pada akhirnya menghasilkan suara yang enak didengar dan mengagumkan. Dia dapat menyesuaikan permainan gitarnya dengan genre apapun. Aku sangat mengaguminya.” Jelas Yonghwa. Aku melongo. Aku terlihat sangat bodoh. Aku tak tau apa-apa tentang musisi dunia seperti itu. *tenang aje, author juga gatau-_-*
            “Oh, begitukah? Keren sekali.” Ucapku seadanya.
            “Kau tak tau Jimi Hendrix? Brian May? B.B. King?” Tanya Yonghwa seakan shock.
            “Aniya. Hehe.. Tapi..” ucapku.
            “Tapi apa?”
            “Tapi aku tau Super Junior, TVXQ, SS501.. Ah ya, Big Bang juga!” seruku setelah melihat album terbaru Super Junior di pojok ruangan.
            “Ayo kita kesana ya? Ye? Ye?” ucapku sambil menunjuk album Super Junior tadi. Aku lalu berjalan ke pojok ruangan. Yonghwa hanya tersenyum melihatku.
            “Yonghwa-Oppa..” panggil seseorang. Suara seorang yeoja. Aku terdiam dan tak bergerak menunggu apa yang terjadi selanjutnya.
            “Hyun-i.. Sedang apa kau di sini?” ucap Yonghwa kemudian. Hyun-i.. Hyun-i? Nama panggilan itu membuat jantungku berdetak tak karuan. Perasaanku menjadi aneh. Apa yang aku takutkan sebenarnya?
            Aku membalikan badanku menghadap dua orang yang sedang saling menatap itu. Benar saja apa yang ku pikirkan. Seohyun berdiri di depan Yonghwa. Mereka berdua berdiri mematung termasuk diriku.
            “Nan bogosipeoseo, Oppa.. (aku merindukanmu, kak)” lirih Seohyun. Kenapa? Kenapa aku menjadi bingung? Apa yang harus kulakukan sekarang?
            Seohyun memeluk Yonghwa secara tiba-tiba. Jatungku serasa berhenti berdetak sejenak. Apa yang aku lakukan? Aku hanya terkejut kan? Ya, hanya terkejut.
            “Niga.. nal bogosipeo? (kau.. rindu aku?)” Tanya Seohyun. Aku dan Seohyun hanya menunggu jawaban Yonghwa.
            “Ne. Nado bogosipeo.” Kata Yonghwa. Nafasku seperti tercekat. Seharusnya aku tau Yonghwa akan memberikan jawaban itu. Tapi mengapa aku menginginkan Yonghwa member jawaban lain?
            “Maukah kau kembali padaku?” Tanya Seohyun lagi. Yonghwa membuka mulutnya, tapi tak berkata-kata. Ia lalu menoleh padaku. Kami saling menatap. Tatapan Yongwa seakan berkata “aku harus bagaimana?”
            “Kembalilah padanya.” Ucapku kemudian. Seohyun yang baru menyadari keberadaanku terkejut.
“Eh? Nuguga? Apa dia yeojachingumu yang baru?” Seohyun melepaskan pelukannya. Yonghwa lalu tergagap.
“Aniyo. Aku bukan siapa-siapa. Sebaiknya aku pergi. Aku tak mau mengganggu kalian. Aku permisi dulu.” Ucapku lalu segera keluar dari toko tersebut. Aku pergi berjalan terus entah kemana. Aku tak punya tujuan sekarang. Tak seharusnya aku bertingkah seperti ini.
Aku sampai ke sebuah danau. Entah bagaimana caranya aku bisa sampai ke sini. Aku melihat sebuah kerikil dan mengambilnya. Lalu ku lemparkan kerikil itu di danau tersebut. Danau yang tadinya tenang kini mendapati riak-riak yang cukup besar di permukaannya. Danau itu terlihat seperti aku sekarang. Kacau.
Yaa, Eunhwa! Apa yang kau lakukan? Mengapa kau jadi bersedih seperti ini? Apa yang membuatmu bersedih? Yonghwa-kah? Bukankah memang sepantasnya dia kembali pada Seohyun? Bukankah bagus jika Yonghwa menjadi ceria lagi bersama dengan yeoja-nya? Tapi mengapa terasa sangat sakit? Bagaimana denganku? Akulah yang sendirian sekarang. Tanpa ku sadari aku merindukan namja sendirian itu. Meski aku masih bisa melihatnya, tetapi melihatnya bersama yeoja lain sangatlah sakit. Mengapa seperti ini?

Even if my heart's still beating just for you
I really know you are not feeling like I do
And even if the sun is shining over me
How come I still freeze?
No one ever sees, no one feels the pain
I shed tear-drops in the rain
(CN Blue – Teardrop in The Rain)
+++++
Next Day..      
Aku berlari. Berlari menuju atap dengan penuh harap. Aku tau aku telah melakukan hal bodoh. Tapi aku ingin bertemu dengannya. Memastikan keadaannya. Apa dia masih di sana?
Aku sampai di atap. Pemandangan yang indah tetap sama. Namun satu yang berbeda. Yonghwa tak lagi menyendiri. Ia tak ada di sini. Aku sadar, aku pikir selama ini Yonghwa akan membutuhkanku. Ternyata, akulah yang membutuhkannya. Dan sekarang rasanya seperti.. pecundang.
Aku menuruni tangga dengan perlahan. Lemas rasanya. Aku berjalan dengan gontai ke luar sekolah. Udara terasa sangat dingin. Suara petir mengejutkanku. Oh, tidak..
Seketika turun hujan. Aku sudah menduga ini. Aku tak bergerak dari tempatku.  Biarkanlah hujan membasahi wajahku. Aku rasa hujan mengerti perasaanku saat ini. Aku mengadahkan kepalaku. Menatap langit yang mendung.
“Paboya..” ucapku setengah berbisik. Mengetahui bahwa hujan membantuku menutupi semua kesedihan ini aku jadi ingin menangis.
“I-paboya! Neoreul paboya!!” kini aku sedikit berteriak. Tak ada orang di sekelilingku. Jadi ku rasa tak aka nada yang tau aku berbicara sendiri seperti ini.
“Nuga babogata?”
Suara yang tak asing mengajakku berbicara. Aku tertunduk sekarang. Tak berani menatap siapapun. Meskipun rintik hujan telah menutupi air mataku. Tib-tiba hujan tak lagi mengguyurku. Ia telah melindungiku dari hujan dengan payungnya.
“Yaa! Aku bertanya padamu, nuga babogata?” Tanya namja itu lagi. Yonghwa, mengapa kau datang di saat yang tidak tepat? Aku menarik nafas dalam dalam.
“Neo.” Ucapku.
“Naneun? Wae?” Tanya Yonghwa lagi.
“Kau.. Kau sudah hidup dengan kesendirian ditinggalkan Seohyun. Kau sudah menderita karenanya. Mengapa kau masih bisa menerimanya kembali? Tidak inginkah kau membiarkan yeoja itu menyesali perbuatannya?” ucapku panjang lebar. Aku tak bisa memendam kata-kata itu di dalam hati.
“Kau ini jahat sekali ternyata.” Kata Yonghwa.
“Aniya! aku tidak jahat. Hanya saja.. aku bukan orang yang baik.” Ucapku sambil tertunduk.
“Aku tak menerimanya.” Kata Yonghwa kemudian. Aku tercengang mendengarnya.
“Neon mworago haettji? (apa yg kau katakan?)” tanyaku seperti sulit mengerti kata-katanya.
“Aku tak menerimanya kembali. Untuk apa aku menerima orang yang sudah menyakitiku sekian lama. Aku rasa aku tidak benar-benar membutuhkannya.” Jelas Yonghwa.
“Jeongmallo?” tanyaku tak percaya. Yonghwa mengangguk. Lalu sekarang apa? Sekarang apa yang harus ku lakukan?
“Aku rasa aku membutuhkanmu, Kim Eunhwa..” lirih Yonghwa. Dadaku berdesir mendengarnya.
“Kau bilang.. apa..”
“Aku membutuhkanmu Kim Eunhwa. Aku menyukaimu. Kau menyukaiku?” Kata Yonghwa kemudian. Apa yang harus ku katakan sekarang?
“Aku juga membutuhkanmu. Tapi.. apa aku menyukaimu?” ucapku ragu-ragu.
“Kenapa tidak yakin begitu?” Tanya Yonghwa. Ia lalu tersenyum. “Gwaenchanha. Sebaiknya kau pikirkan dulu.” Kata Yonghwa. Aku tersenyum menatapnya. Tatapan Yonghwa terlihat sangat baik. Beban yang dulu ditunjukan wajahnya pun kini tak terlihat. Aku senang melihatnya. Apa ini yang disebut cinta? Tapi bukankah cinta itu menyakitkan? Apa boleh aku mencintainya.
“Mungkin coklat panas bisa menghangatkanmu. Kau mau?” ajak Yonghwa. Aku mengangguk mantap.
“Kajja!” Yonghwa menggandeng tanganku. Aku berjalan beriringan dengannya di bawah payung, di sela-sela hujan turun. Menyenangkan bersamanya. Aku rasa, aku memang menyukainya. Aku cukup takut untuk berkata aku mencintainya. Lambat laun seiring berjalannya waktu aku akan mengerti. Semua yang terjadi dalam cinta adalah suatu pelajaran. Belajar untuk bersabar, menerima, saling berbagi, dan itulah yang membuat cinta menjadi indah.
I want you oh my love, naman bara bwajwo, neomaneul saranghae
I want you oh my love Only look at me, I will only love you
sesang modu byeonhaedo
even if the whole world changes
Oh my love, neoman bomyeon ttwineun gaseum eonje kkajina
Oh my love My heart starts to thump when I look at you,
neoman damgo isseulge
I will always have you in my heart
(CN Blue – LOVE Girl)

-THE END-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar