Title : You Belong With Him
Author : @AiXia0929
Genre : Romance
Length : 6 shoot
Cast :
Choi Ryu Ri as Choi Ryu Ri
B1A4 Jin Young as Jung Jin Young
B.A.P Dae Hyun as Jung Dae Hyun
Namja itu tak mau kalah dengan Ryuri.
Tak peduli yeoja atau bukan. Ia malah berkelahi dengan Ryuri. Mencoba meninju
Ryuri, namun Ryuri menahan tangannya. Ryuri memutar tangan panjang namja itu.
Namja itu merintih kesakitan. Untuk melepas rasa sakitnya, refleks ia
membanting Ryuri.
Brak!
“ARGH!” jerit Ryuri dengan keras.
“RYURI-YA!!” Daehyun berlari ke arah
Ryuri. Tubuhnya gemetar melihat Ryuri yang terkapar di tanah. Gadis itu terus
saja memegangi kakinya. Daehyun mengepalkan tangannya gemas. Ia lalu meninju
namja yang telah membuat Ryuri seperti ini.
Berkali-kali, tanpa berhenti. Satu orang lagi mencegah Daehyun dan
membela temannya tersebut. Perkelahian pun terjadi diantara mereka. Biar
bagaimanapun, jumlah mereka lebih dari satu dan Daehyun sendirian. Daehyun
dipukuli habis oleh mereka.
Tak lama mobil polisi datang menghampiri
mereka. Joowon mengetahui tanda itu, lalu segera ia memberi tau teman-temannya
dan buru-buru pergi dengan sepeda motor mereka. Sekawanan polisi mengejar
mereka. Sebagian lagi menghampiri Daehyun dan Ryuri. Membawa mereka ke dalam
mobil.
Seorang polisi membopong Daehyun.
Daehyun berjalan sekuat tenaga. Pandangannya tertuju pada Ryuri. Dua orang
polisi menggotong gadis itu. Ryuri menangis. Wajahnya memerah. Air mata dan
keringat membasahi wajahnya. Ia berusaha keras menahan rasa sakitnya. Daehyun
terus memandanginya, sampai mereka berpisah di mobil yang berbeda. Ingin sekali
Daehyun menghampirinya. Menghapus air matanya. Dan bilang padanya, “semua akan baik-baik saja…”
*You Belong With Him*
Jinyoung berlari di koridor rumah
sakit. Wajahnya pucat, penuh kecemasan. Ia mencari-cari adiknya. Tak lama ia
melihat Daehyun yang sedang duduk di sebuah kursi panjang. Daehyun tertunduk,
wajah dan tubuhnya penuh lebam. Jinyoung menghampiri adiknya itu.
Langkah kakinya berhenti di depan
Daehyun. Ia melihat samar dari balik kaca sebuah pintu kamar. Ada seorang gadis
yang sedang di rawat di kamar tersebut. Jinyoung mengepalkan
jari tangannya dengan kuat. Gigi gerahamnya saling
menggigit berusaha menahan amarahnya.
Tak bisa.
Jinyoung tak bisa menahan dirinya. Ia menoleh ke arah Daehyun dan menarik kerah
bajunya. Lalu ia melayangkan kepalan tangannya ke wajah Daehyun. Daehyun sudah
sempoyongan. Ia tidak bisa lagi menghindar. Tapi ia memang tidak ingin
menghindar. Ia pasrah. Biarkan saja Jinyoung melakukan apa yang ia mau. Ini
semua memang kesalahannya.
“Apa yang kau
lakukan, huh?!” tanya Jinyoung sambil mencengkram bahu Daehyun.
“Apa yang kau
janjikan waktu itu? Kau masih ingat?!” Jinyoung meninggikan nada suaranya. Ia
mengguncangkah tubuh Daehyun yang lemah.
“Kau telah
membuatnya terluka. Bagaimana caranya aku masih bisa percaya padamu?”
Daehyun diam.
Ia tak bisa menjawab apapun. Untuk saat ini, diam memang hal yang paling baik
dilakukan.
Tak lama,
seorang dokter keluar dari pintu kamar tersebut. “Anda keluarganya?”
“Ah, ne,”
jawab Jinyoung. “Bagaimana keadaannya sekarang?”
“Ryuri
terjatuh dalam posisi yang tidak tepat. Tubuhnya menindih kakinya yang sedang
ditekuk. Itu menyebabkan patah tulang pada pergelangan kakinya.”
Mendengar
kalimatnya saja sudah membuat Jinyoung merinding. Rasanya, ia tak sanggup melihatnya secara
langsung. “Apakah dia baik-baik saja? Apakah ia masih bisa kembali normal?”
“Untuk
sementara itu kami belum bisa memastikannya. Tapi fisiknya sudah bisa stabil.
Hanya saja keadaan psikisnya yang masih butuh diobati. Mungkin dengan
menghiburnya bisa mengobatinya,” jelas dokter tersebut.
“Ah, araseo.
Jeongmal gamsahamnida,” ucap Jinyoung sambil membungkuk. Dokter itu pun lalu
pergi dari tempat itu. Jinyoung melangkahkan kakinya ke dalam kamar, lalu ia
berhenti sejenak. Ia menoleh pada Daehyun, “perjanjian kita batal.”
Setelah
Jinyoung masuk ke dalam kamar, Daehyun tetap terdiam. Ia menghela nafas penuh
sesal. Ia mengusap wajahnya yang sakit. Seluruh tubuhnya terasa sakit, termasuk
hatinya.
Jinyoung
melangkahkan kakinya perlahan memasuki kamar. Ia memandang Ryuri yang sedang
terbaring di atas kasur, dengan kaki yang digantung sebuah penyanggah. Ryuri
hanya memandang ke langit-langit. Air mukanya begitu sedih. Matanya terlihat
berkaca-kaca. Pandangannya tampak kosong. Terlihat begitu putus asa.
Perlahan,
Jinyoung mendekatinya. “Annyeong, Ryuri-ya..”
Ryuri tersadar dari lamunannya lalu
menoleh pada orang di sampingnya. Ryuri menyipitkan matanya, memandang jelas
wajah namja di sampingnya. Kemudian ia menatap heran. Bagaimana bisa Jinyoung
ada di sini?
Jinyoung tersenyum padanya, “kau
sudah lebih baik sekarang?”
Ryuri masih terpesona dengan apa yang
ada di sampingnya. Apakah ia baru saja terbangun dari mimpi? Apa kejadian yang
dialaminya sebelumnya hanyalah mimpi buruk? Tiba-tiba Jinyoung ada di
hadapannya dengan senyuman seindah itu?
“Seonbae..” ucap Ryuri lirih.
“Ne? Ada apa? Apa ada yang kau
butuhkan?” tanya Jinyoung.
“Sudah berapa lama… aku tak senyum
itu?”
Senyum Jinyoung terus mengembang.
Sekarang ia merasa jauh lebih lega. Mungkin tepatnya sangat lega. “Tidak cukup
lama.”
Ryuri akhirnya bisa tersenyum setelah
apa yang sudah menimpanya. Jinyoung kini ada di sampingnya. Jinyoung yang waktu
itu. Tapi ada yang mengganjal di hatinya. Ada sesuatu yang benar-benar aneh.
“Sunbae.. mengapa kau bisa di sini?
Bagaimana kau tau keadaanku? Sebenarnya, apa yang menyebabkan kakiku…” ucapannya
terhenti, mengingat-ingat apa yang telah terjadi. “Daehyun... Dimana Daehyun?”
Daehyun dapat mendengar suara Ryuri.
Suara Ryuri yang memanggil namanya. Ingin sekali ia menemui gadis itu. Ingin
melihat seperti apa keadaannya. Ingin memberi tahunya, ia ada di sini. Tapi ada
hal yang mencegahnya untuk bergerak. Ada yang mencegahnya untuk pergi.
Jinyoung tercengang mendengarnya. Ia
menjadi terbata, apa yang harus ia katakan pada Ryuri. “Daehyun? Dia… Dia…”
“Apa dia baik-baik saja?” tanya Ryuri
tiba-tiba. Jinyoung mematung untuk beberapa detik. Pertanyaan singkat terlontar
dari bibir Ryuri. Pertanyaan yang membuat jantung Jinyoung serasa berhenti
berdetak untuk sesaat. Pertanyaan itu.. apa maksud sebenarnya?
“Er.. ah, ne. Dia baik.”
Ryuri menatap perubahan ekspresi
Jinyoung, “apa Daehyun yang memberi tau Sunbae tentang aku?”
“Eh?”
“Kenapa dia memberi tau Sunbae? Kenapa bukan
orang lain saja?”
“Ah. Ryuri-ya..”
Daehyun pernah mengira Ryuri pacar
Jinyoung. Jinyoung yang selalu baik padanya, tiba-tiba berubah. Di waktu yang
tak jauh berbeda, Daehyun datang padanya dan menjadi orang yang dekat
dengannya.
“Ada apa diantara kalian sebenarnya?”
Jinyoung berdecak pelan. Apa yang
harus ia katakan? Apakah ia harus terus menyimpan rahasia? Apa ia harus terus berbohong?
Klek.
Pintu kamar terbuka. Daehyun yang
mendengar semua percakapan itu, masuk ke dalam kamar. Melihat wajah kedua orang
yang sedang bersitegang itu. Ryuri mengernyitkan dahinya menatap Daehyun yang
penuh luka. Apa sejak tadi Daehyun ada di sana?
“Daehyun-ah?” panggil Ryuri.
“Biar aku jelaskan,” Daehyun tak bisa
lagi tinggal diam. Ia memandang ke arah Jinyoung yang sudah bisa menebak apa
yang ingin dikatakannya. Daehyun mendekati Ryuri.
“Namaku Daehyun. Nama lengkapku Jung
Daehyun. Aku…” Daehyun melirik Jinyoung, “aku adik kandung dari Jung Jinyoung.”
Hening.
“Maafkan aku. Aku yang menyebabkan
semua ini terjadi.”
Kemudian Daehyun pergi. Ia tak mau
berhadapan dengan mereka untuk saat ini. Jinyoung pun tak mau banyak bicara. Ia
tak mau bicara apa-apa sebelum Ryuri yang minta.
Semuanya membuat tanda tanya besar
pada Ryuri. Ryuri memejamkan matanya. Berusaha mengusir semua pertanyaan dan
pikiran buruk yang memusingkannya. Ia tak mau memikirkannya sekarang. Atau
kepalanya akan menambah sakitnya.
*You Belong With Him*
Daehyun menelusuri koridor rumah
sakit. Menuju kamar rawat Ryuri. Perlahan, Daehyun membuka pintu kamar. Ia
berjalan dengan pelan, takut-takut nanti akan mengganggu Ryuri.
“Sedang apa kau di sana?” tiba-tiba
suara Ryuri mengejutkannya Daehyun.
“Ah, aku.. Aku hanya..”
“Menjengukku? Aku tau,” kata Ryuri.
Daehyun mengerutkan dahinya. “Kau ini.”
Daehyun memandang sekelilingnya, “apa
Jinyoung tidak ada?”
Ryuri menggeleng, “dia sedang pergi
sebentar.”
“Ah, begitu ya.”
Ryuri memandangi Daehyun, “apa kau
sudah lebih baik?”
“Seharusnya aku yang bertanya seperti
itu padamu.”
“Ya sudah, tanyakan padaku,” kata
Ryuri. Daehyun memandang wajah gadis itu. Keadaannya jelas lebih buruk. Tapi ia
terlihat jauh lebih kuat darinya.
“Aku tak perlu bertanya. Aku tau kau
sudah lebih baik.”
Ryuri mendelik, “kata siapa? Dasar
sok tau.”
Daehyun memandangi gadis itu. Wajahnya
menunjukkan seakan tak terjadi apa-apa. Ia tau, Ryuri sebenarnya menderita
dengan keadaan seperti itu. Ia mengetuk dahi gadis itu lembut.
“Kau harus baik-baik saja.”
Ryuri cemberut manja, “memangnya
kenapa kalau aku tidak baik?”
“Aku akan khawatir.”
Mereka saling pandang. Kemudian
hening. Daehyun malu sendiri akan apa yang diucapkannya, lalu mengalihkan
pandangannya. Ia memandangi kaki kanan Ryuri yang tidak bisa digunakkan untuk
saat ini.
Ryuri mengikuti arah pandang Daehyun.
Ah, kaki itu. benar-benar menyebalkan melihatnya. Oleh sebab itulah, ia
terjebak di kamar rumah sakit yang benar-benar menyesakkan ini. Suntuk, ia tak
bisa berbuat banyak selain hanya berbaring. Ia tak pernah menyangka tinggal di
rumah sakit itu seperti penjara.
“Daehyun-ah..”
“Ne?”
“Aku mau jalan-jalan.”
Daehyun menghela nafas, “kau masih
harus dirawat. Kau juga..”
“Aku bosan. Temani aku jalan-jalan.”
“Jangan sekarang. Kita tunggu
Jinyoung…”
“Aku ingin jalan-jalan sekarang.
Dengan Jung Daehyun.”
Daehyun terdiam. Memandang keseriusan
di wajah Ryuri.
*You Belong With Him*
Matahari bersinar begitu terik,
terasa seperti membakar kulit mereka. Namun tidak begitu yang dipikirkan Ryuri.
Tinggal di rumah sakit membuatnya merindukan rasanya dijemur di bawah terik
matahari. Merindukan bagaimana angin meniup rambutnya lembut. Semua terasa
begitu alamiah.
“Kesana,” Ryuri menunjuk sebuah pohon
yang cukup besar. Cukup rindang untuk berteduh. Terdapat sebuah kursi taman di
sana. Seakan menyarankan orang yang melihatnya untuk duduk menenangkan diri di
sana.
Daehyun mendorong kursi roda Ryuri
menuju pohon itu. Sekarang ia akan menuruti kata-kata Ryuri saja. Setelah
banyak mengelak, akhirnya ia menyerah. Ia menemani Ryuri berjalan-jalan di
sekitar rumah sakit. Bukannya Ia tak mau menemani Ryuri. Hanya saja ia sudah
terlalu sering mencelakai gadis itu. Ia tak mau membuat masalah lagi.
“Daehyun-ah..”
“Eo?”
“Ceritakan padaku.”
“Apa?”
“Apapun. Apapun yang belum ku
ketahui. Apa yang terjadi antara kita. Aku, kau, dan Jinyoung.”
Daehyun tergagap. “Kenapa.. Kenapa
kau tanyakan padaku?”
“Karena kau pernah bilang, kau yang
menyebabkan semua ini terjadi. Ya kan?”
Daehyun menghela nafas perlahan.
Ia benar-benar malas mengingat ingat apa yang telah terjadi. Apalagi
menjabarkannya. Namun Ryuri harus tau semua. Ia tak bisa membiarkan Ryuri dalam
ketidaktahuan terus.
“Darimana aku harus memulai?” ucap
Daehyun.
“Dari mana saja. Ceritakan saja apa
yang ada di pikiranmu sekarang,” kata Ryuri.
Daehyun menarik nafas panjang.
Pandangannya lurus ke depan agar ia bisa berkonsentrasi penuh.
“Jung Jinyoung..” Daehyun menghela
nafas pelan, “ia sudah lama menyukaimu.”
Mata Ryuri membulat. Jantungnya seperti
melompat, lalu berdetak tak karuan mendengar apa yang barusan dikatakan
Daehyun. Namun ia berusaha tenang. Tetap mendengarkan Daehyun tanpa berkomentar
dulu.
“Jinyoung itu laki-laki yang baik. Ia
juga pintar. Rajin. Penyabar. Entah kenapa bisa sesempurna itu, mungkin itu
memang bawaan sejak lahir. Sedari dulu, semua orang memujinya, menyukainya.
Appa dan Eomma juga, mereka sangat menyayanginya.”
“Jinyoung selalu menjadi kebanggaan. Selalu
diperhatikan oleh Appa dan Eomma. Sampai aku merasa semua perhatian itu hanya
untuk Jinyoung.”
Kepala Daehyun tertunduk. Menatap
kedua ujung sepatunya. Pandangannya kosong. Memikirkan hal-hal yang menyesakkan
dadanya.
“Sebenarnya, aku juga tidak ingin
seperti ini. Yah, kau tau, sering berkelahi, pulang malam, sering bolos. Tapi
meskipun aku berusaha untuk menjadi lebih baik, Appa juga tidak akan peduli.
Aku lebih memilih seperti ini daripada susah payah menjadi baik.”
Ryuri diam. Ia memandang mata Daehyun
yang menatap lurus, tak menggubrisnya. Ia bisa merasakan rasa sakit itu. Dari
luar, Daehyun terlihat begitu tidak peduli dengan sekitarnya. Bersikap kasar.
Cuek. Tapi ia tidak seperti itu. Daehyun sebenarnya rapuh. Entah bagaimana
caranya ia bisa menutupi semua sedihnya. Menyimpan sedih itu bukan hal mudah.
“Jinyoung memintaku berubah. Dan
membuatku berubah itu bukan hal yang mudah.” Daehyun menoleh ke arah Ryuri,
“aku tau ia menyukaimu. Makanya aku memintanya untuk menjauhimu.”
Ryuri membelalak, “kenapa kau lakukan
itu?”
“Itu salah satu cara..” Daehyun
kembali tertunduk, “..untuk membuatnya merasa menderita sepertiku.”
Dipandangnya bola mata Daehyun yang
sudah mulai berkaca. Namja ini benar-benar jahat. Membiarkan Jinyoung merasakan
hal sepertinya. Tapi Ryuri tetap diam, tanpa protes padanya. Karena semua bisa
terjadi. Daehyun bukannya ingin melakukan hal yang jahat kepada kakakknya. Ada
hal lain yang mendesaknya berbuat seperti itu.
“Lalu aku mengenalmu. Aku tidak
berniat merebutmu darinya. Tadinya aku hanya membuatmu menjadi umpan bagi
Jinyoung. Tapi semakin lama, semuanya berubah.”
Daehyun memandang Ryuri. Menatap
kedua matanya yang juga menatap lurus padanya. Mereka saling pandang. Membuat
desiran hebat di dada Daehyun.
“Aku menyukaimu. Entah sejak kapan
mulai. Aku juga tidak mengerti, tapi yang kurasa itu...” Daehyun menghentikan
kalimatnya. Merasa ia terlalu lancar untuk mengucapkan semua itu. Semua yang
dikatakannya terlontar begitu saja. Ia takut akan ada kata-kata yang tak
seharusnya diucapkannya.
“Daehyun-ah..” lirih Ryuri.
“Aku..”
“Karena itu kau menciumku?”
Daehyun diam. Ryuri mengingatkannya
pada saat ia melakukan hal yang paling bodoh dalam hidupnya. “Itu.. Maafkan
soal itu.”
“Daehyun-ah..”
“Sampai sekarang, Jinyoung belum bicara padaku. Aku tau, ia marah padaku. Bukan karena
ciuman itu. Tapi karena apa yang aku lakukan padamu. Aku telah membuatmu
celaka. Aku tak
bermaksud membuat kacau seperti ini. Jadi, maafkan aku.”
Daehyun menitikkan air matanya.
Kemudian ia menghapus air titik air matanya itu. Menarik nafas dalam-dalam.
Mencegah antrian air mata yang mendesak untuk mengalir lagi.
“Gwaenchanha..” ucap Ryuri. Ia lalu
mengusap rambut Daehyun lembut. Daehyun terpaku akan apa yang dilakukan Ryuri.
Ia menoleh pada gadis itu.
“Kau tau betapa inginnya aku
menangis?” tanya Ryuri. Lalu arah pandangnya menuju kakinya yang tengah dibalut
perban. Daehyun mengikuti pandangannya.
“Rasanya hidup tanpa satu kaki itu
benar-benar sulit. Aku tidak bisa melakukan banyak hal hanya dengan satu kaki.
Hanya untuk berjalan dua langkah saja, aku tidak bisa.”
Daehyun menunduk.
“Aku berusaha menahan tangisku.
Hasilnya aku tidak menangis. Makanya kau jangan menangis.”
“Kita masih punya besok. Tandanya kita masih
punya kesempatan.” Ryuri menggenggam tangan Daehyun. “Yakinlah, kau akan baik-baik
saja.”
Daehyun menatap Ryuri nanar. Melihat
senyuman tulus di wajahnya. Betapa kuatnya gadis di hadapannya ini. Dilihatnya
tubuh Ryuri yang meskipun sempat goyah, masih bisa kuat bertahan. Daehyun tidak
lebih kuat darinya. Mendadak tubuhnya lemas. Ia menyandarkan kepalanya di bahu
Ryuri. Menyandarkan hampir sebagian bebannya.
“Sebentar saja, begini tak apa kan?”
tanya Daehyun.
Ryuri mengacak rambut namja itu.
“Dasar.”
Daehyun memejamkan matanya. Menghirup
udara segar di sekelilingnya. Merasakan begitu hangatnya bersandar di bahu
gadis itu. Layaknya seperti ia sangat membutuhkan gadis itu.
“Aku benar-benar menyukaimu.”
Ya, sekarang Ryuri tau semuanya.
Pertanyaannya selama ini terjawab sudah. Daehyun mengungkap bahwa ia
menyukainya.
Oh, satu hal lagi. Jinyoung juga
menyukainya. Sejak dulu. Lalu, Daehyun? Ia tak mungkin meninggalkan Daehyun
yang kini ‘bersandar’ padanya. Lantas bagaimana?
Ryuri mengusap lagi rambut Daehyun.
Memejamkan matanya. Ia tak tau lagi yang harus dilakukannya. Ia lelah. Untuk
saat ini saja, Ryuri tak mau membuat dirinya lebih sulit. Ia tak mau
memberatkan pikirannya. Ia ingin dirinya seperti ini dulu. Tenang di samping
Daehyun.
Seikat bunga jatuh ke atas tanah.
Pemandangan di hadapannya benar-benar menyesakkan dadanya. Jika tau akan
seperti ini, harusnya ia tak usah datang. Jinyoung datang di saat yang tidak
tepat. Tapi inilah yang terjadi. Daehyun tengah bersandar di bahu Ryuri.
Jinyoung tak mau hatinya semakin
sakit. Lebih baik ia pergi.
Sudahlah. Dari awal, ia tak pernah
tau isi hati Ryuri. Mungkin saja benar, Ryuri tidak mencintainya.
*You Belong With Him*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar