Laman

Rabu, 27 Februari 2013

FF: You Belong With Him [Part 6B]




Title : You Belong With Him
Author : @AiXia0929
Genre : Romance
Length : 6 shoot
Cast :
Choi Ryu Ri as Choi Ryu Ri
B1A4 Jin Young as Jung Jin Young
B.A.P Dae Hyun as Jung Dae Hyun

I only come back to my senses
after getting slapped on the cheek
I learn the hurting feelings of an immature love
My girl’s backside that I can’t hold back
She’s leaving… My girl’s leaving…
(B1A4 – I Won’t Do Bad Things, 나쁜 할게요)

            Ryuri mencoba menggerakkan kakinya untuk melangkah. Meskipun terasa sakit, Ryuri tetap berjuang. Ia tak mau terus diam. Ia mau berjalan normal lagi. Ia mau hidup seperti sebelumnya. Semua sudah terjadi. Tak ada lagi yang bisa diperbuatnya untuk memperbaiki masa lalunya. Karena waktu berjalan ke masa depan.
Jinyoung, namja itu selalu berada di sampingnya. Tidak setiap saat memang. Tapi kapanpun Jinyoung punya waktu senggang, Jinyoung sesempat mungkin akan menemaninya. Seperti yang sekarang ini dilakukannya.
Jinyoung menggenggam tangan Ryuri. Menuntunnya selangkah demi selangkah menyusuri beberapa meter di hadapannya. Sekarang, Ryuri dalam tahap pemulihan. Sedikit, kaki Ryuri sudah bisa mulai digerakkan. Ia hanya perlu pembiasaan lagi untuk berjalan.
“Aaa!!”
Ryuri terjatuh. Jinyoung terkejut. Salahnya ia tidak menjaga Ryuri dengan benar. Jinyoung duduk di samping Ryuri, memegang bahunya. Memeriksa apa ada hal serius yang terjadi padanya.
“Kau tak apa? Apa kau terluka? Mianhaeyo, aku membiarkanmu jatuh. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku harus memanggil dokter? Geurae, kau..”
“Sunbae..” panggil Ryuri. Jinyoung menghentikan kalimatnya. “Aku tidak apa-apa.”
Jinyoung menghela nafas lega. “Syukurlah.. Geurae, aku bantu kau berdiri..”
Jinyoung menggenggam tangan Ryuri, mencoba membantunya berdiri. Tapi tangan Ryuri menariknya. Membuat Jinyoung tak jadi bangkit. Mengisyaratkannya untuk tetap duduk di samping Ryuri.
“Waeyo?” tanya Jinyoung. Ryuri terus menatap kedua mata Jinyoung. Kedua mata yang indah. Menghasilkan tatapan yang begitu sendu.
“Gomawoyo..”
Jinyoung mengerutkan dahinya, berpikir tentang apa yang membuat Ryuri tiba-tiba berterima kasih padanya.
“Terima kasih telah menyukaiku selama ini.”
Jinyoung membelalakkan matanya. Mendengar apa yang dikatakan Ryuri. Entah darimana Ryuri bisa mengetahui semua itu. Ia hanya tak percaya dengan yang barusan di dengarnya.
“Daehyun telah menceritakan semuanya padaku.”
Seperti bisa membaca pikirannya, Ryuri menjawab pertanyaannya. Jinyoung memandang gadis itu. Sebuah desiran hangat di dadanya. Jantungnya berdetak tak karuan. Ada sesuatu yang membuatnya tak tenang. Ryuri. Ia sudah tau semua. Ia sudah tau perasaannya. Tapi bagaimana dengannya? Ia belum tau apa-apa.
“Kenapa kau tak bilang padaku?” tanya Ryuri. Mereka saling menatap.
“Kenapa kau tidak bilang ‘kau menyukaiku’ lebih awal?” tanya Ryuri lagi. Jinyoung seakan tak bisa berpikir lancar. Ia tak mengerti. Ryuri terus mendesaknya seperti itu.
Jinyoung mengambil nafas, lalu mulai bicara. “Maafkan aku jika aku belum mengatakan hal itu. Tapi itu benar, aku memang menyukaimu.”
Jinyoung menguatkan hatinya, menatap Ryuri dengan tajam. Ia tak pernah merasa sesulit ini menatap mata seseorang. Namun ia tetap berusaha menatap Ryuri dengan fokus.
“Aku menyukaimu. Sudah sangat lama. Aku menyukai saat kau tersenyum. Aku menyukai apapun yang kau lakukan dengan caramu. Aku menyukai ketika aku bersamamu. Aku menyukaimu, Choi Ryuri..”
Mata Ryuri berkaca-kaca. Mendengar berapa kali kata ‘aku menyukaimu’ terucap dari bibir Jinyoung. Ingin sekali ia mengutuk namja di depannya ini. Berapa lama ia harus menunggu Jinyoung mengucapkan kata-kata itu. “Kenapa baru bilang sekarang? Aku sudah menunggumu. Kau membuatku cemas setiap hari ketika kau tidak bicara padaku. Aku merasa seperti ada yang mengganggu perasaanku setiap hari. Aku pikir kau tidak menyukaiku..”
“Ryuri-ya?”
Ryuri hampir menangis. Akhirnya semuanya terjawab. Jinyoung membalas perasaannya.
Jinyoung membelai rambut Ryuri. Lalu mencium keningnya lembut. Ia memeluk gadis yang benar-benar diinginkannya. Gadis yang begitu dirindukannya. Sekarang gadis itu ada di sampingnya.
“Bilang padaku.. Bilang perasaanmu padaku..” pinta Jinyoung.
Ryuri menarik nafas. “Aku menyukaimu.. Aku menyukai Jung Jinyoung.”
Jinyoung mempererat pelukannya.
“Saranghae..”
Ryuri merasa hatinya terbebas dari sebuah belenggu yang selama ini menyiksanya. Andai saja ia tau sejak awal bahwa Jinyoung juga menyukainya, semua tak akan terjadi seberat ini. Ryuri memeluk Jinyoung. Merasakan aroma tubuh Jinyoung yang hangat. Kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Ryuri tak pernah berpikir tentang ini. Tapi rasanya pendapatnya benar. Orang yang selama ini dinantikannya akhirnya datang. Orang yang dicintainya.
*You Belong With Him*
Matahari yang terik tak membuat keteduhan di bawah pohon tersingkirkan. Daun-daun yang bergoyang disela tiupan angin, memberi kerindangan tersendiri selain pasokan oksigen yang dihasilkannya. Malah sinar matahari yang menyengat seakan berubah menjadi cahaya yang menghangatkan. Sebuah tempat yang sempurna untuk menenangkan diri. Sebuah tempat yang selalu disinggahi Daehyun ketika dirinya merasa butuh istirahat.
Jinyoung memandangi wajah adiknya yang nampak sangat tenang bersandar di bawah sebuah pohon. Matanya terpejam. Bukankah ia memiliki cukup banyak waktu tidur? Tapi ia lebih memilih tidur di sini. Mungkin tidur di sini sebentar lebih efektif dibandingkan tidur berjam-jam di rumah.
Diguncangkannya bahu Daehyun. Jinyoung memalingkan wajahnya ke hadapan Daehyun. “Yaa, ireona.”
Daehyun belum juga bangun. Jinyoung mencoba membangunkannya lagi, “Daehyun-a, ireona..”
Melihat raut muka Daehyun yang begitu pulas, Jinyoung jadi tak tega membangunkannya. Akhirnya Jinyoung memutuskan untuk diam saja. Duduk di samping Daehyun. Menunggu Daehyun sampai bangun dari tidurnya.
Daehyun melirik ke arah Jinyoung. Ia belum mau menunjukkan dirinya sudah terbangun karena panggilan Jinyoung. Ia sedang berpikir, kenapa Jinyoung bisa ada di sini? Untuk apa? Menemui Daehyun?
“Hachii!!” tiba-tiba Daehyun bersin. Entah bagaimana ada debu yang menggelitik hidungnya, itu menyebabkan Daehyun mau tak mau mengusap hidungnya yang gatal. Dan suara bersin itu tentu mengejutkan Jinyoung.
“Daehyun-a?” panggil Jinyoung.
Masih dengan ragu, Daehyun melirik ke arah Jinyoung. “Ye?”
Jinyoung tersenyum pada Daehyun. Seharusnya ia tau kebiasaan adiknya. Setiap Jinyoung membangunkannya, Daehyun akan pura-pura masih tidur. Entah apa alasannya, tapi ia tau Daehyun akan bersikap seperti ini.
“Tidurmu nyenyak?” tanya Jinyoung.
Daehyun menggaruk tengkuknya, “eoh? Ne.” Sudah berapa lama ia tidak mendengar Jinyoung memanggil namanya. Akhir-akhir ini Jinyoung memang tak mau bicara padanya. Kalaupun bicara, jika ada sesuatu yang benar-benar penting. Lalu Jinyoung datang tiba-tiba dan bicara seramah itu padanya, hal yang sangat mengejutkan.
“Mungkin memang lebih baik tidur di sini,” Jinyoung bersandar pada pohon. Lalu mengadah ke langitnya. Menikmati keindahan yang tersaji di tempat ini.
“Tak salah kau memilih tempat di sini. Benar-benar nyaman untuk dihuni.”
 “Bagaimana kau bisa tau aku disini?”
“Ryuri yang bilang.”
“Oh..” ucap Daehyun singkat. Karena Ryuri ternyata.
Jinyoung menatap Daehyun. Wajah yang semakin terlihat tak baik. “Daehyun-a..”
Daehyun menoleh. Melihat wajah Jinyoung yang berseri. Membuatnya bingung.
“Aku memaafkanmu..”
Daehyun mengernyit.
“Ryuri sudah menjelaskan padaku.” Jinyoung tersenyum lembut pada Daehyun. “Kau orang yang lebih kuat dari yang ku kira.”

*You Belong With Him*
“Ryuri-ya..” panggil Daehyun. Matanya masih terpejam.
“Mwoya?” Ryuri menoleh pada Daehyun yang bersandar di bahunya.
“Kau menyukai Jinyoung?” tanya Daehyun tiba-tiba. Ryuri diam. Pertanyaan singkat seperti meremas hatinya. Menghentikan debaran jantungnya untuk sesaat.
 Daehyun membuka matanya, memandang wajah Ryuri yang begitu risih akan pertanyaan itu. “Bisakah kau jujur padaku?”
“Aku tidak tau.”
Daehyun mengernyit, “tidak tau?”
“Aku tidak tau seperti apa perasaanku sebenarnya. Aku bodoh. Membaca perasaanku sendiri saja aku tak bisa.”
“Kau menyukainya, Ryu.”
Ryuri menatap Daehyun. Daehyun mengangkat kepalanya. Membenarkan posisi duduknya agar bisa duduk tegap menghadap Ryuri. “Aku sudah tau lama. Kau mengenalnya. Kau memikirkannya, bahkan merindukannya. Dan sorot matamu padanya. Itu jelas.”
Ryuri menatap Daehyun lekat. Otaknya terus berputar, mencari kebenaran dari kata-kata Daehyun. Sebegitu jelasnyakah? Lalu kenapa Ryuri tidak menyadarinya? Mungkin ia terlalu bodoh untuk memahami perasaannya sendiri.
Daehyun memandanginya. “Kau harus katakan pada Jinyoung.”
“Daehyun kau..”
 “Aku tau kau, Ryu. Kau itu gadis yang baik. Sudah semestinya kau mendapatkan orang yang baik.” Daehyun kemudian mengelus rambut Ryuri. “Jinyoung itu orang yang terbaik yang bisa mendampingimu.”
“Sedari awal, aku yang membuat masalah. Jadi, aku yang harus menyelesaikannya. Aku harap, Jinyoung bisa memaafkanku.”
“Lalu bagaimana dengan kau?”
“Aku?” Daehyun tersenyum bangga, “seperti yang kau katakan. Aku akan baik-baik saja.”
*You Belong With Him*
Seandainya saja Ryuri ada di hadapannya, ingin sekali Daehyun menjitak kepalanya. Kenapa dengan mudahnya gadis itu membeberkan semua yang terjadi?
“Terima kasih..” ucap Jinyoung kemudian.
“Untuk apa?”
Jinyoung mengacak rambut Daehyun penuh sayang.“Kau sudah menjadi dewasa.”
Daehyun terpaku beberapa saat. “Kau mengorbankan perasaanmu untuk kebaikanku. Aku sangat berterima kasih untuk itu. Bagaimana kau bisa melakukan hal sesulit itu?”
Daehyun menatap kedua mata Jinyoung yang selalu sama. Sorot mata yang ditunjukkannya tulus. Mengingat seperti apa Jinyoung selama ini, sewaktu ia masih kecil sampai sekarang, Jinyoung adalah orang yang tulus apa adanya. Itulah Jinyoung.
“Karena aku..” bibir Daehyun bergetar, seakan tak sanggup mengucap. Jinyoung menunggu lanjutan kalimat Daehyun. “Aku menyayangimu.”
Jinyoung tersenyum lebar. Seperti ada sesuatu yang menyingkirkan beban di punggungnya. Hatinya serasa bebas. Membuat kebahagiaan yang meluap-luap di hatinya.
Jinyoung melebarkan kedua tangannya,“peluk aku..”
“Tidak mau,” kata Daehyun ketus.
“Yaa! Kau masih tak mau menurut, huh? Yaa!” seru Jinyoung seraya mengguncangkan bahu Daehyun.
Daehyun tersenyum nakal. Jinyoung merangkul tubuh Daehyun yang sengaja dilemaskannya. Membuat dirinya jatuh ke dalam rangkulan Jinyoung.
Jinyoung menepuk bahu Daehyun. “Aku akan memperlakukanmu dengan baik. Maka itu kau harus jadi anak baik. Geurae?” kata Jinyoung.
“Geurae..” Daehyun menatap wajah Jinyoung, “Hyung..”
Jinyoung berpikir keras untuk apa yang barusan dikatakan Daehyun. Mencoba memperkuat ingatannya, mempertajam pendengarannya, siapa tau ia salah dengar. Tapi ia tidak salah dengar, tidak juga hilang ingatan sesaat.
“Tadi kau bilang apa?”
“Haruskah aku mengulanginya?”
“Ya.”
“Bukankah sekali saja sudah cukup, Hyung?”
Jinyoung hampir tidak percaya. Sesuatu yang biasa, namun tampak seperti keajaiban baginya. Daehyun tak pernah memanggil Jinyoung dengan panggilan ‘Hyung’ setelah mereka beranjak dewasa. Jinyoung menyadari, Daehyun merupakan salah satu anugrah yang dimilikinya.
Jinyoung mencubit kedua pipi Daehyun gemas. “Kau ternyata manis sekali.”
“Hentikan! Jangan lakukan itu!” Daehyun mencoba melepas tangan Jinyoung dari pipinya. Jinyoung pun melepaskan tangannya. Wajah Daehyun merengut, tapi Jinyoung hanya tertawa melihatnya. Melihat tawa Jinyoung yang tertawa lepas, memaksa Daehyun ikut tertawa bahagia.
Daehyun tak pernah sebahagia ini. Bersama kakaknya.
*You Belong With Him*
“Jadi, kau terinspirasi karena aku kan?” tanya Ryuri sambil bertopang dagu, memperhatikan Daehyun yang sedang memperlihatkan jurus-jurus taekwondo barunya.
“Jangan terlalu percaya diri seperti itu,” sergah Daehyun.
“Lalu karena apa?” Ryuri bertanya lagi.
“Karena aku ingin melindungi diri sendiri dan juga orang lain,” jelas Daehyun dengan gayanya yang -sok- bijaksana. Ryuri hanya mencibir.
“Atau mungkin kau hanya tak terima bahwa aku yang melindungimu waktu kau diserang musuhmu itu. Siapa namanya? Joowon?” hardik Ryuri. Daehyun menatap Ryuri tajam lalu menghampirinya. Kemudian menjitak kepala Ryuri gemas.
“Aaa! Apho!” erang Ryuri.
“Yaa! Yaa! Hentikan!” seru Jinyoung. Ia berlari kecil menuruni anak tangga. Mencegah Daehyun sebelum jeritan Ryuri semakin keras.
Jinyoung meraih kepala Ryuri lalu mengusapnya lembut. “Jangan sakiti dia.”
“Aninde.. Dia yang mulai! Dia bilang..”
“Diamlah,” kata Jinyoung. “Sekarang, kau jaga rumah. Aku jaga Ryuri, geurae?”
Daehyun merengut, “apa itu? Yaa, kau curang! Rumah tidak akan lari kenapa harus dijaga?”
Jinyoung menggandeng tangan Ryuri. Perlahan-lahan menuntun Ryuri berjalan meskipun sekarang kaki Ryuri agaknya bisa berfungsi normal. “Aku pergi dulu, ya. Jaga dirimu.”
Daehyun melihat kedua pasangan itu kecewa, “Hyung! Apa aku tidak boleh pergi keluar?” tanya Daehyun penuh harap.
“Jaga rumah!” pinta Jinyoung. Ia kemudian mengendarai sepeda motornya. Ryuri mengekor di belakang Jinyoung. Ia menoleh pada Daehyun, lalu melambaikan tangannya, “jalnsseo..”
Jinyoung lalu melajukan sepeda motornya.
“Ige mwoya..”
Daehyun menghela nafasnya. Memandang ke arah sepeda motor Jinyoung yang semakin lama menghilang dari pandangannya. Menyebalkan memang. Tapi sekarang perasaannya jauh lebih lega. Sangat lega.
Terkadang hatinya masih menginginkan gadis itu. Namun hanya waktu yang bisa mengikis perasaan itu. ia hanya perlu menunggu. Ryuri memang orang yang pernah singgah di hatinya. Tapi gadis itu bukan untuknya. Gadis itu memang pernah diinginkannya, tapi gadis itu bukan yang terbaik untuknya.
Takdir yang mempertemukan mereka. Cinta yang mempersatukan mereka. Mempersatukan mereka menjadi keluarga.
Masa bodoh tentang cinta. Cinta bukanlah segalanya dalam hidup. Cinta ada dalam segala hidup. Jangan pernah takut kau tak akan dicintai. Karena jika kau mencintai, kau pasti akan dicintai.
Pasti ada seseorang untukmu. Pasti ada sesorang yang akan mencintamu. Hanya saja kau belum bertemu dengannya.
Mungkin kau akan bertemu dengannya sepuluh tahun kemudian. Atau satu tahun kemudian? Atau mungkin dua jam kemudian? Jangan pikirkan itu. Jalani saja hidupmu yang masih terus berjalan.

The clouds are always gray, yeah yeah
The sun always rises and sets, yeah yeah yeah
Though my youthful days keep getting nervous
Tell me that it’s okay, yeah yeah yeah
Just tell me that it’s cloudy only for a moment…
(Lunafly – Clear Day Cloudy Day)

-THE END-

--CERITA LEPAS--
Daehyun : Nyong, *panggilan sayang Daehyun buat Jinyoung-_-* gua bosen nih jadi single woles..
Jinyoung : lah iya? Bukannya lu jomblo ngenes?
Daehyun : siake lu nyong!
Jinyoung : xixixixi.. woles coy.. noh ama authornya aja tuh mau?
Author : *bersinar ala hyosung (?)* ada apa nih kayanya ada yang manggil gua?
Jinyoung : Pengen banget dipanggil, mbak?
Author : Gua sentil bakal mental lu nyampe Cikajang!
*maklumi, authornya stres tingkat akut-___-*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar