Laman

Rabu, 28 September 2011

FF: As Long As You Love Me [Part 2]



Genre : Romance
Length : 5 shoot
Cast:
-          Kim Jang Li
-          Kang Min Hyuk

“Mengapa pria yang di film mencium bibir wanita yang di film itu?” Tanya Minhyuk tiba-tiba. Aku tertegun. Aku mau jawab apa?
“Aaa, ehhmm.. Sudahlah lupakan.” Ucapku. Lalu aku memandang Minhyuk yang diam. Minhyuk punya rasa ingin tahu yang tinggi. Aku ingin memberitahunya, tapi bagaimana?
“Pria itu mencium wanita itu karena pria itu mencintai wanita itu.” Jawabku asal. Yah, tidak asal juga sih. Tapi hanya itu yang aku tahu.
“Cinta? Apa itu cinta?” Tanya Minhyuk lagi. Aduh, kenapa anak ini memusingkanku.
“Ehhm, cinta itu.. kasih sayang lebih. Rasa sayang kita pada seseorang yang terus ingin menjaga orang yang kita sayang. Tak ingin ia terluka ataupun jadi milik orang lain.” Jawabku mengarang bebas. Hahaha, aku tak tau apa yang ku katakana benar atau tidak.
“Jinjja? Kalau begitu Minhyuk cinta JangLi.” Kata Minhyuk dengan jujur.
“Mwo? Jeongmal?” tanyaku.
“Ne. Minhyuk mau menjaga JangLi.” Katanya lagi. Aku tertawa kecil.
“Kenapa Oppa mencintaiku?”
“Karena JangLi cantik dan baik hati pada Minhyuk.” Ucapnya sambil tersenyum aku tahu orang ini tak mungkin berbohong.
“Haha.. Kau tak bisa membedakan yang mana yang cantik dan baik.” Ujarku.
“JangLi cinta Minhyuk?” aku tertegun saat Minhyuk menanyakan itu.
‘Ne. aku sayang pada Oppa.” Jawabku. Minhyuk menunjukan senyum manisnya.
“Waeyo?”
“Karena Oppa baik, lucu, dan pintar.” Ucapku.
“Apakah Minhyuk pintar?” Tanya Minhyuk.
“Ne. hahaha.”
*****
                “JangLi, Minhyuk, Eomma pergi dulu ya.” Kata Ibuku itu sambil bergegas keluar rumah.
                “Ne.” jawabku singkat sambil terus membaca buku. Ibuku harus pergi ke swalayan untuk makan malam kami. Ayah harus bekerja dan biasanya pulang malam. Jadi ia meninggalkan aku dan Minhyuk berdua di rumah.
                Aku merasakan haus di tenggorokanku. Jadi aku menuruni tangga rumahku untuk mengambil minum di dapur yang ada di lantai bawah. Aku masih serius dengan bacaanku. Aku tak berpaling sedikitpun dari tulisan yang ada di bukuku itu. Sehingga aku lengah dan terjatuh dari tangga.
                BRUUK!
                “Ah.. Aw..”aku berteriak cukup kencang. Aku memijat mijat kakiku yang sakit. Sepertinya terkilir. Jeongmal, rasanya sakit sekali. Aku melihat Minhyuk yang berlari menghampiriku.
                “JangLi-ah, gwenchanayo?” Tanya Minhyuk.
                “Ne, gwenchana. Tapi kakiku sakit sekali. Aku tak bisa berdiri.” Rintihku sambil mencoba berdiri. Kakiku seperti tak bisa digerakan. Bergerak sedikit sangat sakit. Aku melihat wajah Minhyuk yang panic. Lucu, ia nampak berpikir.
                “JangLi, naiklah ke punggung Minhyuk.” Kata Minhyuk.
                “Mwoga?”
                “Akan Minhyuk bantu.” Minhyuk menggenggam tanganku dan membantuku naik ke punggungnya. Rasanya masih sakit. Tapi entah mengapa aku tidak terbebani dengan rasa sakit itu. Minhyuk lalu menggendongku.
                “Apa yang Oppa lakukan? Kita mau kemana?” tanyaku pada Minhyuk yang sedang mengunci pintu rumah.
                “Ke klinik.”
                “Aku kan tidak sakit parah.”
                “Tapi JangLi sakit. Minhyuk tak mau JangLi sakit.” Ucapnya sambil terengah-engah. Aku hanya terperangah menatapnya. Entah sejak kapan, dan aku baru menyadari bahwa aku mulai menyukai bocah polos dan lugu ini.
                Minhyuk berlari sambil menggendongku mencari klinik terdekat. Orang-orang memperhatikan kami berdua. Aku menegur Minhyuk “Oppa tak usah serepot ini.”
                “Minhyuk tidak apa-apa. Minhyuk senang menggendong JangLi.” Katanya.
                “Apakah aku tidak berat?”
                “Sangat berat.”
                “Ih, Oppa…” rengekku. Aku menyandarkan kepalaku di punggungnya dan memeluknya. Entah mengapa kini aku tak peduli dengan orang-orang disekitarku yang memandang kami. Bahkan aku sangat senang saat ini.
*****
                “Kakiku sudah baikan, gomabseumnida.” Ucapku pada dokter dan seorang perawat. Aku turun dari kasur dan Minhyuk memegang tanganku.
                “Nan jeongmal gwenchana.” Kataku pada Minhyuk. *bener ga tuh bahasa?* Wajahnya pucat. Hei, ia benar-benar khawatir padaku ya?
                “Oh, geurae.” Kata Minhyuk sambil tersenyum.
                Aku berjalan di samping Minhyuk. Ia hanya memperhatikanku. Cara berjalanku masih terlihat pincang. Mungkin ini yang membuatnya memperhatikanku. Ataukah aku yang terlalu percaya diri? Aku lalu menarik tangan Minhyuk dan memeluk lengannya. (?)
                “Bantu aku ya?” kataku pada Minhyuk yang terheran heran. Lalu ia tersenyum lebar dan berkata dengan tegas “Pasti…”
                Aku sampai di rumah. Eomma masih belum pulang. Minhyuk mengantarku sampai ke kamarku. Aku duduk di atas kasurku.
                “Gomapta, Oppa..”
                “Ah, gwenchana…” kata Minhyuk sambil tersenyum menatapku. Kami bertatapan. Minhyuk menatap mataku tajam. Ia mandekatkan wajahnya ke wajahku.
                “JangLi, Minhyuk, Eomma pulang.” Seru Ibuku. Ia sudah pulang rupanya. Minhyuk menjauhkan wajahnya. Ia lalu pergi menghampiri Ibunya. Jantungku berdebar. Sampai sekarang debaran kencang ini terus terjadi. Oh, lupakan. Aku menuju dapur dan juga menemui Ibuku.
*****
                Aku duduk sendirian di depan rumahku. Menatap bintang malam. Kaki-ku masih sakit. Tapi kini sudah lebih baik. Mungkin besok baru akan sembuh. Tiba-tiba Minhyuk datang menghampiriku.
                “Annyeong!” sapanya.
                “Oppa, annyeong. Oppa mengagetkanku saja.” Sahutku pada Minhyuk. Ia hanya tertawa kecil.
                “Kenapa JangLi belum tidur?” Tanya Minhyuk.
                “Memangnya kenapa? Oppa juga belum tidur.” Aku balik bertanya padanya.
                “Minhyuk tidak bisa tidur nyenyak kalau JangLi belum tidur. Kenapa JangLi belum tidur?” ia mengulang pertanyaannya. Hahaha. Dasar Kang Minhyuk. Mengapa member jawaban yang membuat pipiku merah?
                “Aku tidak bisa tidur.” Jawabku.
                “JangLi insomnia?”
                “Aniyo.”
                “Lalu kenapa?”
                “Molla.” Ucapku dengan pandangan kosong. Tiba-tiba Minhyuk mendorong kepalaku dan mendekatkannya ke bahunya. Ia lalu membelai rambutku dengan lembut.
                “Ya! Apa yang kau lakukan?” seruku.
                “Kalau Minhyuk tidak bisa tidur Eomma selalu bgini terhadap Minhyuk. Baru Minhyuk bisa tidur.” Ucapnya polos. Aku memandangnya. Aku tidak mengelak, sejujurnya aku sangat senang hari ini. Aku lalu memeluk pinggang Minhyuk.
                “Seandainya saja kita bukan saudara, apa yang terjadi ya?” kataku tiba-tiba.
                “Minhyuk tidak mau.” Katanya. Aku memandangnya lagi dan bertanya “Waeyo?”
                “Kalau kita bukan saudara, kita belum tentu bisa bertemu. Minhyuk mau bersama JangLi.” Katanya.
                “Mengapa Oppa ingin bersamaku?” tanyaku.
                “Karena Minhyuk mencintai JangLi.”  Aku tercengang. Kalau dipikir-pikir, Minhyuk telah menyatakan cintanya padaku 2 kali. Entah mengapa, aku sangat bahagia saat ini. Lebih bahagia karena aku mempunyai orang yang mengerti diriku. Apakah asekarang aku juga mulai mencintainya?
*****
                PRANG!
                Aku mendengar suara barang pecah dari ruang tamu. Aku segera menghampiri asal suara itu. Perasaanku tidak enak. Aku tahu sesuatu hal akan terjadi. Dan benar, yang ku khawatirkan terjadi. Aku melihat Minhyuk yang sedang berdiri mematung.
                Sakit rasanya. Aku memandangi vas kesayangan Ibu kandungku yang kini hancur berkeping-keping. Aku tau ia memecahkannya, Minhyuk menghancurkannya! Entah disengaja atau tidak aku tak peduli. Benda itu adalah benda kesayangan Ibuku. Dan hanya itu barang yang menjadi kenangan bagiku dan Ibu.
                Aku memandang tajam ke arah Minhyuk. “Kau tau seberapa berharga barang ini?” tanyaku seraya meninggikan nada suaraku. Minhyuk diam.
                “Taukah kau ini tak bisa diganti oleh apapun!!!” aku berteriak dengan suara parau. Air mataku tumpah. Aku segera berlari menuju kamarku.
Author’s POV..
                “JangLi-a… JangLi-a…” Minhyuk memanggil-manggil JangLi. Minhyuk berjalan menuju kamar JangLi. Tapi kakinya tertusuk kepingan vas yang pecah. Kakinya berdarah. Tapi minhyuk tetap berlari dan mengetuk-ngetuk pintu kamar JangLi.
                “JangLi-a.. Mianhaeyo..” Minhyuk merintih. Suaranya bergetar menahan sakit.  Wajahnya pucat. Tiada siapa-siapa di rumah yang bisa membantunya. Ayah dan Ibunya sedang pergi. Hanya ada ia dengan JangLi di rumah. Ia tak bisa berjalan untuk mengobati lukanya.
                “JangLi, tolong.. Jebal..”  rintih Minhyuk sambil mengetuk pintu. JangLi tampak tak peduli sama sekali. Minhyuk tetap memanggilnya. Sampai akhirnya Minhyuk berhenti memanggil JangLi dan bersandar di dinding. Ia hanya menunggu sampai ada yang bisa membantunya. *gue kejam yak?*

To Be Continued..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar