Laman

Rabu, 28 September 2011

FF: As Long As You Love Me [Part 4]



Genre : Romance
Length : 5 shoot
Cast:
-          Kim Jang Li
-          Kang Min Hyuk

                “Ya! Apa yang kalian lakukan huh?”
                Aku membuka mataku dan menolehkan wajahku ke sumber suara itu. Yang aku takutkan terjadi. Eomma dan Appa pulang. Wajah mereka terpancar amarah. Habislah aku. Aku menjauh dari Minhyuk.
                “JangLi, apa yang kau lakukan?” seru Appa. Ia menarik tanganku dan menatapku. Aku diam. Tak berani membalas tatapannya.
                “Minhyuk, kenapa kau berbuat seperti itu? Waeyo? Apa yang ingin kau lakukan pada JangLi?” Tanya Eomma pada Minhyuk. Ia pasti marah bsar. Dan yang menjadi korban amarah adalah aku. Terang saja, Minhyuk tidak tau apa-apa. Eomma menghampiriku. Tanganku mulai berkeringat.
                “JangLi-a, apa yang telah kau ajarkan pada Minhyuk, huh? Kau tak bisa menjaganya dengan baik! Kau kan tahu Minhyuk itu bukan seperti anak pada umumnya! Mengapa kau member tahu hal seperti itu kepadanya! Kalau bukan karena kau, Minhyuk tak akan jadi seperti itu!” Eomma melontarkan semua isi hatinya. Aku lemas. Tak mampu menjawab.
                Minhyuk memegang bahu Eomma. “Eomma, kenapa Eomma marah-marah seperti itu pada JangLi? JangLi tidak salah Eomma.” Bela Minhyuk. Anak ini berani sekali membelaku di depan Eomma-nya.
                “Tidak salah? Memangnya apa yang tadi ingin kau lakukan padanya?” Tanya Eomma. Aih, Minhyuk tak mungkin berbohong . Ia jujur. Dan ia pasti akan mengatakan yang sebenarnya.
                “Minhyuk mau mencium JangLi.” Jawabnya tanpa rasa bersalah. Aku benar. Aku menggigit bibirku. Apa yang harus aku lakukan?
                “Mwoga? Kenapa kau mau melakukan itu padanya? Kau tak boleh melakukan itu!” Wajah Eomma memerah. Mungkin Eomma sudah murka dengan semua ini.
                “Karena Minhyuk mencintai JangLi.” Seru Minhyuk. Baru kali ini aku melihat wajahnya seperti itu. Wajah dengan penuh emosi yang tertahan di dalamnya. Minhyuk berjalan cepat menghampiriku. Ia menarik bahuku dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku memejamkan mataku dan ia menciumku. Hei, apa-apaan ini? Minhyuk menciumku? Aku tak bisa mengelak dari ciumannya.
                Minhyuk melepaskan ciumannya. Aku membuka mataku dan menatap Minhyuk di depan wajahku. Jantungku berdegup kencang. Aku tak bisa tenang sekarang. Yang jadi masalah adalah Minhyuk menciumku di depan Eomma dan Appa. Oh, Tuhan.
                PLAK!
                Sebuah tamparan mendarat di pipi Minhyuk. Aku menutup mulutku tanda terkejut. Appa menampar pipi Minhyuk. Appa pasti sangat marah atas perbuatannya. Minhyuk mengelus pipinya yang sekarang memerah karena tamparan itu. Eomma menarik bahu Appa.
                “Apa yang kau lakukan pada Minhyuk-ku, huh? Kau tidak seharusnya menamparnya!” seru Eomma pada Appa. Minhyuk anak tunggal, dan aku ytahu Eomma sangat menyayangi nak semata wayangnya itu.
                “Mianhamnida. Tapi ia telah mencium anakku di depan mataku.” Kata Appa tak membela dirinya. Mereka saling mencaci maki. Mereka bertengkar karena aku. Ini semua salahku. Aku melihat Minhyuk yang sedang memijat kepalanya. Apa yang terjadi padanya?
                BRUK! Minhyuk terjatuh dan tergeletak di lantai. Minhyuk pingsan. Aku pun menghampirinya dan berteriak “Oppa~!”
*****
                Minhyuk segera dilarikan ke rumah sakit. Aku menunggu Minhyuk yang sedang mendapatkan pengobatan dan pemeriksaan lebih lanjut. Aku diam tertunduk. Aku tak mempedulikan orang di sekitarku.
                “JangLi-a…” Eomma menegurku. Aku menoleh padanya. Suaranya parau. Ia seperti akan menangis. Aku tau ia menahan tangisnya.
                “Aku harus bicara padamu.” Ucap Eomma lirih.
                “Ne. Mworago?” tanyaku setengah berbisik.
                “Dulu saat aku mengandung Minhyuk…” kalimat Eomma terputus.
                “Ne?”
                “Aku mengalami kecelakaan tabrak lari.”
                “Huh?” aku tertegun tak percaya. Aku tak dapat berkata.
                “Aku hampir mati tapi aku dan Minhyuk selamat. Dan saat itu aku melakukan operasi dan melahirkan Minhyuk. Karena itulah, Minhyuk mengalami gangguan pada mentalnya dan juga otaknya. Jadi…” Cerita Eomma panjang lebar.
                “Jadi.. Minhyuk.. Apa maksud Eomma sebenarnya?” tanyaku penasaran.
                “Minhyuk mengidap penyakit kanker otak.”
                “Jangan bercanda.”
                “Aku serius JangLi.” Kata Eomma sambil menangis. Aku tercengang. Air mataku mengalir. Aku tak bisa membendung tangisku. Minhyuk.. Orang yang selalu tersenyum. Orang yang kuat. Menderita kanker otak? Aku bermimpi. Katakana padaku kalau aku bermimpi. Aku memejamkan mataku dan mencubit pipiku. Aku membuka mataku dan masih dalam keadaan yang sama. Dan aku benci menyatakan aku tak bermimpi. Ini kenyataannya.
*****
                Aku memandang Minhyuk yang sedang berada di ruang rawat inap. Minhyuk masih belum sadarkan diri. Matanya masih terpejam. Aku tak sanggup melihatnya seperti ini. Aku tak mau hidupku berjalan begitu saja tanpanya. Aku menggenggam tangannya. Aku menangis lagi.
                “Pabo!” raungku.
                “Nuguga?” aku menoleh pada Minhyuk. Ia membuka matanya. Minhyuk telah sadar.
                “Oppa…”
                “Minhyuk tidak pabo.” Katanya polos. Aku tertawa kecil.
                “JangLi kenapa menangis?” tanyanya padaku.
                “Aku tidak menangis.”
                “Bohong. Jangan nangis lagi. Nanti jadi jelek.” Ucapnya pelan. Aku tertawa dan menghapus air mataku. Aku lalu tersenyum padanya.
                “Ne. aku tak akan menangis lagi.” Ucapku riang. Dasar Minhyuk. Mengapa ia membuatku semakin tak ingin kehilangan dia? Tak lama kemudian Eomma dan Appa datang.
                “Minhyuk-i, kau sudah bangun nak?” Tanya Eomma sambil membelai rambut anaknya. Minhyuk mengangguk dan bertanya “Minhyuk dimana?”
                “Kamar baru.” Ucapku asal.
                “Kamarnya jelek.” Protes Minhyuk. Aku tertawa lagi. Eomma dan Appa menemani Minhyuk. Aku memandang sekeliling. Aku melihat seseorang di luar kaca pintu. Ia tampak sedih menatap Minhyuk tanpa berpaling. Siapa dia?
                Aku keluar kamar rawat dan menghampiri pria tadi. Ia tampak terkejut melihatku. Aku rasa aku pernah bertemu dengan pria ini. Pria ini yang menabrak Minhyuk saat kami di jembatan waktu itu. Mau apa dia ke sini?
                “Nuguga?” tanyaku menatap wajah pria itu. Pria itu memalingkan wajahnya. Ia lalu bergegas pergi. Untungnya aku mencegahnya dan menarik tangannya.
                “Mianhamnida, nuguseyo?” tanyaku sambil menaikan nada suaraku. Pria itu berganti menarik tanganku dan mengajakku ke suatu tempat jauh dari kamar Minhyuk.
                “Ya! Maaf, Tuan. Untuka apa anda mengajakku ke sini dan siapa anda?” tanyaku penasaran. Aku mulai tak sabar. Pria itu menunduk.
                “Aku… Aku adalah ayah kandung Kang Minhyuk.”
                “Mwo?”

To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar