Laman

Rabu, 28 September 2011

FF: As Long As You Love Me [Part 5]



Genre : Romance
Length : 5 shoot
Cast:
-          Kim Jang Li
-          Kang Min Hyuk

                “Aku… Aku adalah ayah kandung Kang Minhyuk.”
                “Mwo?” aku terkejut mendengarnya. Ayah kandung Minhyuk kembali? Ia datang secara tiba-tiba? Ini sulit dipercaya.
                “Jeongmal? Lalu kenapa Tuan datang ke sini? Merasa bersalah, huh? Mengapa baru sekarang Tuan datang?” tanyaku bertub-tubi. Entah mengapa kini emosiku meluap.
                “Ah, aniyo. Saat itu aku benar-benar tak punya uang. Aku sempat shock karena istriku kecelakaan. Sebenarnya waktu itu aku pergi untuk mencari uang. Aku terpaksa meninggalkan istriku dan Minhyuk. Aku benar-benar terpaksa karena uang.” Jelasnya panjang lebar.
                “Kenapa tak sejak dulu Tuan mengakui hal ini pada istri Tuan? Itu hanya akan membuat mereka khawatir!” seruku tak sabar. Sebenarnya orang ini hanya ingin melakukan hal baik, entah mengapa ia tak mau berkata jujur.
                “Aku tau istriku. Dia tak akan mengizinkanku pergi. Maka dari itu aku pergi secara sembunyi.” Jelasnya sambil tertundung. Di wajahnya tersimpan rasa penyesalan yang amat sangat.
                “Ikut aku.” Ajakku pada Ajjushi tersebut.
                “Eodiseo?” tanyanya.
                “Terus terang pada istrimu dan Minhyuk.” Aku menggenggam tangan Ajjushi itu.
                “Andwae. Masih adakah kata maaf dari mereka untukku?” Tanya Ajjushi itu. Ia melepaskan genggaman tanganku. Lalu ia berlari pergi entah kemana.
                “Ya! Chamkkanman!” seruku. Tapi Ajjushi itu terus berlari tanpa menoleh. Aku menghela nafas panjang. Aku yakin ia pasti akan kembali lagi. Tapi sulit mengajaknya menemui keluarganya. Aku harap ia mau mengakui perbuatannya. Semoga.
*****
                “JangLi, jaga Minhyuk sebentar ya.” Kata Eomma. Aku hanya mengangguk. Aku menoleh pada Minhyuk yang sekarang sudah bisa duduk di kasurnya. Kesehatannya sedah mulai pulih.
                “JangLi, kenapa Minhyuk ada di kamar ini? Minhyuk tak suka. Minhyuk lebih suka kamar yang dulu.” Keluh Minhyuk.
                “Memangnya kenapa?aku tahu kamar ini buruk untukmu, Oppa. Oppa mau kamar yang lebih bagus lagi? Mungkin aku bisa memberikannya untuk Oppa tap…” belum selesai aku bicara Minhyuk menutup mulutku dengan jari telunjuknya.
                “Cerewet.” Katanya datar. Aku hanya cemberut.
                “Asalkan Minhyuk bersama JangLi, Minhyuk mau tinggal di mana saja. Minhyuk bahagia bersama JangLi.” Ucapnya sambil tersenyum tulus. Aku menatapnya dalam. Sungguhkah yang ia katakan itu? Aku menggenggam tangannya.
                “Oppa…” aku menelan ludahku. Kami saling bertatapan.
                “Bagaimana kalau kita harus berpisah?” tanyaku. Minhyuk diam dan tertunduk. Ia lalu kembali menatapku dan mendekatkan wajahnya ke wajahku.
                “Gwenchanha.” Ucapnya dengan senyum yang semakin mengembang di bibirnya. Kini, ia yang meraih kedua tanganku dan menggenggamnya.
                “Minhyuk sudah cukup bahagia bisa bertemu dengan JangLi meskipun tidak lama. Minhyuk tak akan menyesal akan berpisah atau mati sekarang.” Ucapnya tegas. Aku menelan ludahku sekali lagi. Menahan air mata yang hampir menetes. Akhirnya air mata itu jatuh juga. Aku menunduk dan segera menghapusnya.
                “Jadi kau ingin ku bunuh sekarang, huh?” candaku.
                “Tidak mau.” Katanya sambil menggelengkan kepalanya. Haha, Minhyuk. Kata-katanya menenangkanku. Aku seperti ingin hidup selamanya bersama dirimu seorang, Kang Minhyuk.
*****
                Sebentar alagi aku ujian. Aku akan menghadapi ujian kelulusan. Menyebalkan. Mengapa di saat seperti ini aku harus ujian? Seharusnya ada peraturan untuk meringankan beban peserta ujian yang galau. *curhat nih u.u*
                Aku duduk di salah satu bangku di taman rumah sakit itu. Buku pelajaran terpampang di depan mataku. Aku ingin belajar. Aku membolak-balik halaman bukuku itu. Tapi tak ada satu kalimatpun yang terbaca. Pikiranku melayang-layang. Entah apa yang aku pikirkan sebenarnya, yang jelas aku tak bisa berkonsentrasi. Aku menutup bukuku dan menelungkupkan wajahku di atas kedua tanganku.
                “Apa yang kau pikirkan?” seseorang bertanya padaku. Aku membuyarkan lamunanku dan menoleh pada orang sekarang duduk di sampingku itu. Ayah Minhyuk.
                “Waeyo?” tanyaku dengan nada malas. Aku menundukan kepalaku menatap buku di atas pangkuanku dengan pandangan kosong.
                “Apa kau akan menghadapi ujian?” tanyanya Ajjushi itu. Aku mengangguk.
                “Apa kau mencintai Minhyuk?” tanyanya lagi. Aku tertegun dan menatapnya. “Mengapa Tuan tanyakan itu padaku?”
                “Aku memperhatikanmu. Kau member perhatian lebih pada Minhyuk. Kau mencintainya kan?” ia meyakinkan kembali. Aku menundukan kepalaku. Aku tak dapat menjawab. Karena itu yang selama ini menjadi pertanyaanku. Apakah aku mencintai Minhyuk?
                “Lakukan untuknya. Berjuang untuk Minhyuk. Kau pasti bisa menempuh ujianmu. Lakukan hal baik dan yang terbaik untuk orang yang kau cintai.” Orang itu menceramahiku panjang lebar. Aku menatapnya. Apa yang ia inginkan sebenarnya?
                “Ya! Mengapa Tuan tak menemui keluarga Tuan. Aku yakin mereka akan memaafkan Tuan.” Saranku. Kalau saja orang ini tidak keras kepala mungkin ia sudah bisa kembali pada keluarganya.
                “Aku akan menemui mereka.”
                “Ne?” tanyaku antusias.
                “Tapi tidak sekarang. Aku yakin pasti aku akan mempunyai waktu untuk menemui mereka.” Lanjutnya. Aku cemberut dan kembali lemas.
                “Aku harus pergi. Annyeong.” Ucapnya sambil berlalu. Aku memandanginya. Minhyuk, sebenarnya kau punya ayah yang baik.
*****
                Aku sudah melewati hari-hari ujianku. Besok adalah hari terakhir ujianku. Aku sangat senang menghadapinya. Ujianku kulewati dengan semangat. Hanya ada satu orang yang membuatku seperti ini. Membuatku semangat menghadapi ujianku. Dan orang itu sekarang sedang terbaringdengan segala perawatan yang di jalaninya.
                Aku membaca bukuku. Mau tidak mau aku harus mempelajarinya. Mempelajari hal yang tak aku sukai. Aku belajar sampai larut, sehingga aku tertidur dengan setumpuk buku di genggamanku.
****
                Aku membuka mataku. Astaga! Aku tertidur di rumah sakit. Di atas kursiku. Dan di depan mataku Minhyuk sudah terbangun. Ia memainkan ponselku.
                “Ya! Apa yang Oppa lakukan dengan ponselku?” tanyaku sambil mengusap mataku yang masih belum mau terbuka. Minhyuk hanya tersenyum dan menunjukkan layar ponselku padaku.
                “Ya! Kau memotretku ya?” ucapku dengan suara lebih meninggi. Mataku melotot sekarang sambil menatap penuh ejek terhadap fotoku sendiri. Oh, beetapa menyedihkannya wajahku jika tertidur.
                “Ne. JangLi lucu saat tertidur. Seperti singa kelaparan. Jelek.” Kata Minhyuk. Aku memancungkan bibirku.
                “Dasar!” ujarku.
                “Hari ini JangLi ujian hari terakhir kan?” Tanya Minhyuk. Aku mengangguk.
                “Hwaiting!” seru Minhyuk sambil mengepalkan tangannya. Ia menyemangatiku. Aku tersenyum memandangnya dan berkata “Gomawo..”
                “Ini untuk JangLi.” Minhyuk melepaskan gelang dari tangannya dan memberikannya padaku.
                “Mwoga?” aku menerima gelang itu dari Minhyuk.
                “Ini dari Eomma untuk Minhyuk. Itu sangat berharga. Minhyuk mau JangLi yang menyimpannya.” Kata Minhyuk.
                “Ne? Waeyo?” tanyaku. Minhyuk memakaikan gelang itu di pergelangan tanganku.
                “Minhyuk melewati hari dengan gelang ini. Jadi ini seperti bagian dari hidup Minhyuk. Minhyuk memberikannya pada JangLi karena Minhyuk mau jadi bagian dari hidup JangLi.” Ucapnya dengan penuh harapan. Aku tersenyum.
                “Ne, aku akan menjaganya.” Janjiku pada Minhyuk.
                “Minhyuk, kau sudah terbangun?” kata Eomma yang tiba-tiba masuk ke kamar rawat Minhyuk.
                “Ne.” jawab Minhyuk singkat. Eomma membelai rambut anak tercintanya itu.
                “JangLi, ini hari terakhir ujian-mu kan?” Tanya Eomma padaku.
                “Ne, Eomma.” Jawabku.
                “Semoga sukses. Sebaiknya kau harus bersiap untuk ke sekolah.” Ujar Eomma. Aku hanya mengiyakan perkataan Eomma. Aku keluar dari kamar rawat Minhyuk. Aku melihat seseorang dari kejauhan. Orang itu tak asing lagi bagiku, Ayah Minhyuk. Aku menghampirinya untuk yang ke sekian kalinya.
                “Kenapa Tuan masih saja bersembunyi?” tanyaku secara tiba-tiba. Ajjushi ini menoleh padaku.
                “Molla.  Aku masih saja belum yakin.” katanya..
                “Tuan tak akan pernah berhasil jika Tuan tak yakin.” Ucapku. Dari mana aku dapatkan kata-kata yang menurutku… yah, puitis. Molla. Kini, tanganku menarik tangan Ajjushoi tersebut. Menuju kamar rawat Minhyuk. Mungkin aku sudah tak sabar menghadapi kelakuannya ini.
                KREK! Aku membuka pintu kamar rawat Minhyuk. Tampak Eomma yang terkejut melihat kehadiran suaminya ini. Minhyuk diam dan heran sambil memandang bergantian pada Eomma, padaku, dan pada Appa kandungnya ini.
                “Mau apa kau datang ke sini?” Tanya Eomma ketus. Ajjushi ini hanya tertunduk. *perasaan gue manggilnya ngga enak banget ya? Lanjut!*
                “Eomma, Eomma jangan marah dulu. Biarkan Ajjushi member penjelasan.”
                “Apa lagi yang harus di jelaskan?” Tanya Eomma pada suaminya itu tanpa menoleh sedikitpun.
                “Jagi, *gue bingung dia mau manggil apa* Jeongmal mianhaeyo. Aku tak bermaksud meninggalkanmu dan Minhyuk. Tapi izinkan aku bertemu Minhyuk.” Mohon Appa-nya Minhyuk.
                “Untuk apa kau pergi meninggalkanku dan Minhyuk waktu itu?” Tanya Eomma mulai meluapkan emosinya.
                “Eomma…” panggilku dengan ragu. Aku takut di bilanng ikut campur dalam masalah ini.
                “Biarkan Ia meminta maaf pada Minhyuk-Oppa. Lagipula, tak ada salahnya meminta maaf.” Lanjutku. Aku ikut memohon pada Eomma. Eomma pun menyetujuinya setelah berkali-kali ku bujuk. Minhyuk-ui Appa mendekati Minhyuk. Minhyuk hanya menatapnya dengan penuh tanda tanya, ‘siapakah orang ini?’
                “Minhyuk-i… Anakku.” Ucapnya. Minhyuk terus menatapnya lalu bertanya “Nuguseyo?”
                “Aku adalah Appa-mu, Minhyuk.”
                “Aniyo. Minhyuk tidak tau siapa Appa Minhyuk. Appa Minhyuk adalah Appa JangLi juga.” Bantah Minhyuk. Kasihan Appa kandungnya itu. Minhyuk tak mau mengakuinya.
                “Oppa..” aku berbisik pada Minhyuk.
                “Oppa, dengarkan aku. Oppa mau mendengarkanku kan?” tanyaku. Minhyuk menatapku. Wajah kami sangat dekat sekarang.
                “Ini benar-benar Appa-mu. Dia sudah kembali untuk menjenguk Oppa.” Lanjutku.
                “Maafkan Appa, Minhyuk. Jeongmal mianhae.” Minhyuk-ui Appa kembali memohon.
                “Minhyuk mau memaafkan Appa kalau Eomma memaafkan Appa.” Ucap Minhyuk sambil memandang Eomma-nya. Eomma-nya pun berfikir sejenak.
                “Tolong maafkan aku..” Ia kembali meminta permohonan maaf dari Eomma. Setelah pertimbangan yang berat, akhirnya Eomma memaafkan suaminya itu. Minhyuk lalu memaafkan Appa-nya itu. Minhyuk-ui Appa menangis bahagia.
                Aku lalu keluar dari kamar itu. Meninggalkan keluarga bahagia yang sudah lama hilang itu. Semoga mereka akan tetap seperti itu.
*****
                Aku melewati soal-soal ujianku. Arrrh, benar-benar memusingkan. Tapi aku harus tetap berusaha. Aku tak mau usahaku sia-sia begitu saja hanya karena soal yang tak bisa aku kerjakan. Sesekali aku melamun. Mengingat wajah Minhyuk. Berdoa agar Ia segera membaik.
                Akhirnya ujianku berakhir. Perasaanku sangat lega saat ini. Aku berjalan menuju rumah sakit dengan langkah riang. Bayangan wajah Minhyuk selalu berputar-putar di pikiranku. Tapi ada sesuatu yang masih mengganjal di hatiku. Entah apa itu. Aku mengecek ponselku. Ada pesan dari Eomma. Aku terkejut membacanya. Aku mencoba menghubungi Eomma. Tapi Eomma tak mengangkatnya. Perasaanku tak enak. Aku segera berlari menuju halte bis dan menumpangi bis untuk menuju rumah sakit.
                Aku cemas. Aku takut sesuatu akan terjadi padanya. Aku ingin segera bertemu Minhyuk. Tubuhku berkeringat karena tak sabar. Jalanan pun macet. Aku terjebak di dalamnya. Oh, ayolah.. Aku terus menggerutu dalam hatiku. Sampai akhirnya aku muak karena bis tak juga berjalan lancer. *emangnya ini di Indo apa?*
                Aku turun dari bis. Tak peduli apa yang orang-orang katakan kepadaku. Aku berlari menyusuri pinggir jalan. Jantungku berdegup. Aku bukanlah seorang pelari, tapi aku berharap aku bisa berlari lebih kencang dari ini. Aku berharap aku tetap bisa menemui Minhyuk. Aku tak mau berpisah darinya. Aku tak sanggup.
                Aku sudah lelah. Nafasku naik-turun tak beraturan. Aku masih terus berlari terengah-engah tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarku. Rumah sakit itu terasa sangat jauh sekali. Aku harap terdapat kejaiban. Keajaiban yang bisa memprtemukanku pada Minhyuk lebih cepat. Akhirnya aku sampai ke rumah sakit.
                Aku menelusuri koridor dan mencari kamar rawat Minhyuk. Aku masih terus berlari. Minhyuk.. tunggu aku.. Aku akan ada untukmu.. Aku datang untuk menemuimu.. Hanya untukmu..
                Aku sampai. Aku menghentikan langkahku. Hanya beberapa meter dari tatapan mataku aku melihat jelas Eomma dan Appa Minhyuk yang sedang menangis. Appa-ku hanya berusaha menenangkan mereka.
                Aku lemas. Tubuhku seperti kehabisan tenaga. Seperti tak punya daya dan upaya lagi. Aku terduduk di koridor. Aku menundukan kepalaku. Air mataku mengalir. Aku tak dapat membendungnya. Aku menggenggam gelang yang Minhyuk brikan padaku. Hatiku menjerit, meneriakan namanya. Aku tak pernah menyangka hal ini. Kang Minhyuk, orang yang selalu tersenyum dan berusaha melindungiku. Kini ia pergi. Dan aku benci itu. Ia pergi tanpa mengucapkan salam padaku. Dan aku benci, Ia pergi untuk selamanya. Dan aku semakin terisak. Oppa… jangan pergi dulu dariku. Aku masih membutuhkanmu.

Even though i know that our parting is approaching
Because you’re leaving i hold my breath
When i smile without realizing it, am i passing us by
Even though pretenting to smile without knowing why…
Truthfully I want to cry
You look into my eyes
It seems our Love is ending like this
before i know it our parting is approaching
You say ”Goodbye”
Letting you go like this is still difficult to me,
please give me a little more time
I can’t live without you,
My all is in you
If i say goodbye first,
Then you will expect that i’m letting you go first
Even though in your stare, which has changed since before
there is no longer any love, i’m okay.
Time is slowly passing/ticking by and my mouth runs dry
I’m looking at you anxiously
I’m nervous and pacing
I’m afraid you’re going to say goodbye
It seems our love is endling like this (Even though you say it’s endling like this)
Before i know it our parting is approaching (It’s already unavoidable)
You say ”Goodbye” (You say Goodbye my girl)
Letting you go like this is difficult to me (To me it’s still)
Please give a little more time
Even without me you can smile
Our Love has already run out
Eventually you say your ”goodbye” give me some time
It seems our Love is ending like this (you say it’s ending like this)
Before i know it our parting is approaching (already unavoidable)
You say ”goodbye”
Letting go like this is still difficult to me
Please give me a little more time
Love like this
Before i know it our parting is approaching
You say ”goodbye”
I still can’t let go of the one person,
who means so much to me
I can’t live without you, my all is in you
I can’t live without you, my all is in you

_Super Junior - My All Is In You (Translation)_

*****
                Aku berdiri di jembatan Seongsan. Aku menatap matahari senja yang tampak sangat bersinar. Yang tetap sama. Sama seperti hari-hari sebelumnya atau tahun-tahun sebelumnya. Masih menyimpan kenangan yang tak mungkin aku lupakan. Kenangan bersama orang-orang yang aku cintai. Kenangan indah bersama Eomma, Appa, dan Kang Minhyuk.
Minhyuk. Kita telah berpisah, Kang Minhyuk. Kau tahu? Di dalam hatiku, aku tak akan pernah mengucapkan selamat tinggal padamu. Karena kau selalu ada dalam hatiku. Selama aku mencintaimu. Taka akan ada yang berubah. Kau akan selalu menjadi bagian dari hidupku seperti yang kau katakana waktu itu. Aku mencintaimu Kang Minhyuk. Aku mencintaimu.
-THE END-

*akhirnya jadi juga nih FF.. Thanks buat Readers yang kerajinan banget baca nih FF yang gajelas.. u.u Maklum saya masih pemula.. Sekali lg  thanks and HIP HIP HOORRAY!*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar