Laman

Rabu, 28 September 2011

FF: Just The Way You Are

*gue asal banget kasih judul.. maap banget ya kalo rada ga nyambung dan rada berantakan.. Enjoy it..*




Cast :
- Lee Hye Min
- Kim Jong Woon (Super Junior Yesung)

            Aku meneguk air minumku yang menghilangkan dahagaku. Aku mengeringkan wajahku dengan handukku sambil duduk di pinggir kolam renang. Ibuku adalah seorang atlet renang, wajar jika hobiku memang berenang dan kemampuanku tidak bisa dibilang buruk. Saat ini aku tergabung dalam sebuah klub renang. Aku memang sangat mencintai olahraga ini.

            “Hyemin-a! Cepat ke sini!” teriak Eunhwa sahabatku. Ia memanggilku dari kejauhan dengan seorang lelaki yang tampak mungkin lebih tua dariku. Siapa dia? Aku segera menghampiri mereka berdua. “Ya, ada apa Eunhwa-ssi?” tanyaku pada Eunhwa. “Hyemin, perkenalkan ini Kim Jongwoon. Ia anggota baru klub ini.” Kata Eunhwa. Jongwoon membungkukan badannya dan memperkenalkan dirinya “Annyeonghaseyo. Kim Jongwoon imnida.” Sapanya. Aku juga membungkukkan badanku dan memperkenalkan diriku “Annyeong. Lee Hyemin imnida.” Aku pun kembali ke pinggir kolam dan membereskan barang-barangku. Jongwoon duduk di sebelahku dan juga membereskan barang-barangnya. Aku tak tau apakah aku yang terlalu percaya diri atau ini memang kenyataannya. Tapi dari tadi Jongwoon memperhatikanku terus. Aku mencoba tidak begitu memperhatikan hal ini, tapi Jongwoon terus menatapku. Aku lalu muak dengan yang dilakukannya lalu bergantian menatapnya tajam. “Hei, apa maumu huh? Kenapa kau memperhatikanku terus?” seruku. Ia hanya diam lalu mendekatiku. Eh, ia mau apa? Tatapannya tertuju pada.. bibirku. Bibirku? Apa yang ia mau lakukan pada bibirku? Tidaaaaaaaaak! Aku menutup mataku seraya menjauhkan wajahku darinya. Lalu.. lalu ia.. menyentuh.. philtrum-ku? Eh, ia bercanda?
            Aku membuka mataku dan mendorongnya. “Apa yang kau lakukan???” tanyaku sembari menyentuh philtrum-ku sendiri. Ia tertunduk. Wajahnya menjadi lesu sekaligus bercampur rasa bersalah. “Maaf, aku kebiasaan.” Ucapnya sambil kembali terduduk. Apakah aku menyakiti perasaannya? Ada apa sebenarnya? “Aku mengidap touching syndrome. Aku suka menyentuh philtrum atau lekukan bibir atas orang lain. Maaf jika aku lancang menyentuh philtrum-mu.” Ucapnya sambil mentapku. Aku terpana menatapnya. Tatapannya sungguh lembut. Membuatku tak bisa berkata. Ya ampun, apa yang aku pikirkan sih? “Sudahlah. Tak apa. Lupakan saja. Tapi jangan lakukan itu lagi padaku. Mengagetkanku saja.” Ujarku sambil beranjak pergi. Tapi Jongwoon mencegahku dan menarik tanganku. “Terima kasih, ya.” Ucapnya sambil tersenyum. Arrrh, matilah aku. Senyumnya sangat manis. “Eumm, lupakan.” Aku melepaskan genggamannya pada tanganku dan pergi menghindar. Aku tak mau ia melihat wajahku yang pasti memerah sekarang.
*****
            Malam ini teman-teman satu klub-ku mengajak makan bersama. Entah untuk merayakan apa. Aku menyantap makananku dengan tidak selera. Kepalaku pusing entah kenapa. Mungkin terlalu berlama-lama di air menjelang musim dingin begini. Padahal teman-teman satu klub-ku sudah berbaik hati mengajakku makan malam bersama mereka. Aku mual. Aku mau pulang saja deh. “Hyemin-ssi. Kau sakit?” Jongwoon bertanya padaku seraya memegang bahuku. Aku menoleh padanya lalu menggeleng. “Aku tak apa.” Ucapku sambil tersenyum. “Jangan bohong. Wajahmu pucat.” Jongwoon memegang keningku. “Kepalamumu juga panas. Kau mau pulang?” Lanjutnya. Ia seperti mengetahui isi hatiku. Aku tetap menolaknya. “Eunhwa-ssi, bolehkah hyemin pulang duluan? Sepertinya ia sakit.” Pinta Jongwoon pada Eunhwa. Eunhwa menatapku terkejut. “Hyemin-ssi, lebih baik kau pulang saja. Kenapa kau tak bilang kalau kau sedang sakit?” Eunhwa tampak khawatir, sama seperti Jongwoon. “Eum, baiklah. Tidak apa-apa aku tidak bisa makan malam dengan kalian?” tanyaku. “Jangan permasalahkan hal itu. Kau harus banyak istirahat.” Kata Eunhwa. “Baiklah aku pulang dulu ya. Maaf teman-teman.” Aku berdiri lalu segera pergi meninggalkan teman-temanku. Aku memijat kepalaku yang masih pusing. Aku rasa aku kelelahan. Benar kata Eunhwa, aku harus banyak istirahat. “Hyemin-ssi!” seseorang menyerukan namaku, dan aku sudah mengenal pemilik suara ini. “Kau tak apa pulang sendirian?” Tanya Jongwoon sambil menemaniku berjalan. “Aku tak apa. Kenapa?” aku balik bertanya. “Mau aku antar?” tanyanya lagi. “Tak usah.” Tolakku kasar. Jongwoon menghentikan langkahnya sementara aku terus berjalan. Tapi aku rasa aku sudah tak kuat berjalan. Aku menarik tangan Jongwoon. “Aku sudah tak kuat. Antar aku sampai rumah ya?” pintaku pada Jongwoon. Ia menatapku heran. Aku tau yang aku lakukan benar-benar tak sopan. Tapi mau bagaimana lagi?
            Aku masuk ke dalam mobilnya. Bersandar pada kaca mobil. Kepalaku benar-benar pusing. Dan aku rasa aku mual. “Oh, Tuhan.. Sunbae..” aku memegangi kepalaku dan perutku. Keringat dingin mengucur di dahiku. “Hyemin? Kau baik-baik saja? Kau bisa tahan rasa sakitmu?” ucap Jongwoon panic. Ia cepat-cepat menyalakan mesin mobilnya dan melaju cepat menuju rumahku. Apa Jongwoon tau rumahku? Entahlah, aku tak bisa berpikir sekarang. Dan aku rasa aku mau muntah. ‘Sunbae.. Bisa kau pelan sedikit? Aku rasa aku akan..” aku mencoba menahan rasa mualku. “Hyemin-ssi, tahan sebentar lagi.” Kata Jongwoon yang ikut panic. Dan akhirnya aku memuntahkan seluruh isi perutku. “Ah, sial!” gumam Jongwoon.
*****
            “Sunbae, bagaimana dengan mobilmu? Aku sudah mengotorinya.” Sesalku pada Jongwoon keesokan harinya. Hari ini Jongwoon menjengukku. Entah mengapa ia masih berbaik hati menjengukku padahal aku sudah membuat kekacauan di mobilnya semalam. “Ah, tidak apa-apa. Kau sudah baikan?” tanyanya. “Mmm, iya. Terima kasih.” Ucapku sambil tersenyum lebar. Aku memandangnya yang sepertinya menatap wajahku dengan seksama. Apakah ia memperhatikan philtrum-ku lagi? Tapi mengapa hanya aku? “Sunbae, bolehkah aku bertanya?” tanyaku membuka pembicaraan. “Apa?” ia balik bertanya padaku. “Mengapa kau suka menyentuh philtrum orang lain? Dan mengapa aku yang menjadi sasaranmu?” tanyaku lalu Jongwoon tertunduk. Apakah aku menyinggungnya? Apa aku salah bicara? Ya, seharusnya aku tidak menanyakan ini. “Maaf.” Ucapku. “Tak apa. Aku memang sudah begini sejak dulu. Philtrum-mu sangat bagus. Aku menyukainya. Aku berusaha menghilangkan kebiasaan ini. Tapi aku tetap melakukan itu padamu. Aku yang minta maaf.” Katanya sambil tersenyum manis. Mengapa ia selalu member tatapan sendu padaku? “Aih, subae tak salah.” Hiburku. Entah sejak kapan aku jadi suka bersamanya.
*****
Aku naik ke atas kolam renang. Tubuhku lebih segar sekarang setelah berenang. Aku sudah sehat setelah beberapa hari kejadian di mobil Jongwoon itu. Aku ke pinggir kolam dan meneguk minumanku. Aku pasti selalu haus sehabis berenang. Mataku berputar mencari sosok Jongwoon. Eh, untuk apa aku mencarinya? Aku pun tak habis piker, tapi akhirnya aku melihatnya yang sedang berjalan ke arahku. Aku senang melihatnya berjalan dengan.. dengan siapa? Siapa gadis di sampingnya itu? Apakah ia sudah mempunyai kekasih? Kenapa ia tidak pernah bercerita padaku? Oh ya, aku hanya teman satu klub-nya. Aku bukan siapa-siapa. Entah apa yang membuatku menjadi bad mood. Jongwoon memandang ke arahku. Aku membuang mukaku.
Aku berjalan melewati kolam renang dengan terburu-buru. Aku bergegas pulang. Kenapa aku jadi salah tingkah seperti ini sih? Sial. Aku menjadi kurang hati-hati. Malangnya aku terpeleset di lantai yang licin di pinggir kolam. Itu membuatku jatuh ke kolam renang. Oh, tidak. Aku tidak bisa mengatur nafasku. Aku adalah perenang hebat namun ini terlalu mengejutkanku. Rasanya sesak. Benar-benar sesak seperti dicekik. Aku seperti orang yang tak bisa berenang sekarang. Siapa saja tolong aku. Mungkin aku bisa pingsan. Dan rasanya itu benar-benar terjadi. Aku kehilangan kesadaranku.
*****
                Aku membuka mataku. Dan menyadari seseorang di depan mataku. Bibirnya menempel di bibirku. Kim Jongwoon? Ia menciumku! Aku mendorong tubuhnya. Aku terbangun dan menyadari aku masih di atas lantai kolam renang. Jongwoon menciumku di depan umum? Sebuah tamparan mendarat di pipi Jongwoon. Aku menampar pipinya yang tembam itu. Ia lalu mengelus pipinya. “Hei, aku hanya menolongmu! Mengapa kau menampar pipiku?” tanyanya sambil meringis. “Kau? Menolongku?” tanyaku dengan heran. “Kau terpeleset di pinggir kolam dan jatuh. Kau tidak lihat bajuku jadi basah begini?” omelnya dengan ketus. Ia lalu menarik tanganku dan membantuku berdiri. Ia pergi meninggalkanku masih mengelus pipinya. Aku baru ingat. Tadi aku tenggelam dan aku pingsan. Jongwoon telah menolongku. Mengapa aku berpikir hal yang buruk padanya? Aku tau, aku salah. Jongwoon, maafkan aku.
*****
            “Kau tahu, Hyemin? Jongwoon akan pindah.” Ucap Eunhwa sambil melahap es-krim coklat-nya. Mataku membelalak. “Maksudmu?” tanyaku. Setelah Jongwoon marah padaku karena aku menamparnya, kami tak berhubungan lagi. “Ia bilang, ia akan pindah rumah. Katanya, jauh dari rumahnya yang lama.” Terangnya yang masih sibuk dengan es-krimnya. “Apakah ia akan keluar dari klub?” tanyaku mulai khawatir. “Bisa jadi.” Kata Eunhwa santai. “Kapan ia berangkat?” tanyaku terus menerus. “Ia bilang hari ini. Mendadak memang. Ada apa Hyemin?” tanyanya tiba-tiba. Aku menghiraukan pertanyaannya. Kalau Jongwoon pindah rumah atau pindah klub, aku tak bisa bertemu dengannya lagi. Aku tak bisa melihat senyum manisnya. Aku tak bisa melihat mata sendunya. Dan aku ingin sekali lagi, ia menyentuh philtrum-ku. Aku tak bisa membiarkan ini. Aku beranjak dari kursiku. “Hyemin, kau mau kemana?” Tanya Eunhwa sambil berteriak. Aku tetap brlari menuju rumah Jongwoon.
*****
            “Kim Jongwoon~!” seruku meneriakkan namanya. Aku berlari terengah-engah menuju rumahnya. Jongwoon menoleh padaku. “Hyemin?” Ia menatapku heran. Aku langsung memeluknya. “Sedang apa kau di sini?” lanjutnya. “Jangan pergi dulu. Aku tak mau kau pergi. Aku baru sadar kau tidaklah mengganggu hidupku tapi akulah yang telah mengganggu hidupmu. Aku minta maaf. Kau boleh menyentuh philtrum-ku. Dan tolong jangan pergi dari klub karena…” aku menghentikan perkataanku. “Karena apa?” Tanya Jongwoon sambil tersenyum penuh kemenangan. “Karena aku merindukanmu saat kau tak bersamaku.” Ucapku sambil menyembunyikan wajahku dalam pelukanku. Wajahku memerah lagi. “Jadi intinya?” tanyanya lagi. Aku memukul kepalanya. Ia merintih memegangi kepalanya. “Aku mencintaimu, pabo!” gertakku. Mulutku telah menjadi seperti harimau. Entah mengapa kata-kata itu keluar dengan sendirinya. Jongwoon tertawa. “Kenapa kau tertawa, huh?” ucapku dengan nada marah. “Aku juga mencintaimu, pabo.” Ucapnya kemudian. Aku tahu sekarang wajahku berwarna merah padam. “Lalu kenapa kau pindah?” tanyaku sambil tertunduk. “Karena aku ingin lebih dekat denganmu.” Ucapnya sambil mendekat. “Huh?” tanyaku heran. Maksudnya apa sih? “Aku memang pindah rumah dan jauh dari rumah lamaku. Tapi justru lebih dekat dengan rumahmu, pabo!” ia tersenyum lebar. Aku cemberut, lemas. Kekhawatiranku sia-sia. Aku melepaskan pelukanku dan pergi menjauhinya. “Hyemin-ssi…” panggilnya manja. Aku menghiraukannya. Ia lalu berlari ke arahku lalu memelukku dari belakang. “Boleh aku menyentuh philtrum-mu lagi?” Jongwoon memohon padaku. Aku terus cemberut tanpa menoleh sama sekali. Jongwoon memegang pipiku dan menghadapkanku ke wajahnya. Ia lalu menciumku. Mungkin ini adalah ciuman yang kedua kalinya setelah ia memberiku nafas buatan? Hihihi, terserahlah. Aku bahagia mencintainya. Meskipun kelakuannya yang sedikit abnormal itu. Aku mencintainya apa adanya. Dan yang membuatku lebih bahagia lagi adalah ia juga mencintaiku. Mungkin lebih. Meskipun ia tak sempurna begitu juga aku, namun kita hidup untuk saling melengkapi ketidaksempurnanan itu dan menjadikannya sempurna.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar